WWW.MANDIRIQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Pages

Wednesday, August 24, 2016

MANDIRIQQ - FAMILY SEX

FAMILY SEX


Pada usiaku 35 tahun aku sudah mengalami kekecewaan berat akibat kegagalan dalam rumah tangga yg baru kubina dua tahun. Istriku yg cantik dan sexy, ternyata bukanlah istri untuk ibu rumah tangga yg ideal. Kelebihannya karena cantik dan sexy dan sering mendapat pujian banyak lelaki, membuat dirinya super egois.



Sebagai ibu rumah tangga sewajarnya dia bisa mengurusi segala urusan rumah termasuk mengurus suami dan melayaninya. Dia ternyata lebih minta dilayanui, dan sama sekali tdk becus mengurus rumah, jangankan memasak, menata rumah , mengatur keuangan sama sekali dia tdk becus. Rumahku terkesan selalu berantakan dan keuangan sangat boros.

Aku bukanlah termasuk laki-laki yg pelit. Pendapatanku yg diatas rata-rata dan bisa tinggal di daerah elit di satu kawasan perumahan di Selatan Jakarta, serta kendaraan dua unit bisa memuaskan nafsunya selalu melenggang di mall. Soal di tempat tidur, dia bukan pasangan yg hot, jauh dari kesannya sebagai wanita seksi.

Kalau mau diungkap rasanya banyak sekali kekurangannya. Aku tdk tahan hidup melanjutkan bahtera dgn sosok wanita cantik bernama Alviena. Kami akhirnya berpisah baik-baik dan semua rumah beserta isinya kuberikan kepadanya. Dalam perkawinanku itu kami belum sampai mendapat keturunan. Itu jg karena kemauan Alviena yg katanya masih ingin hidup tanpa terikat mengurus anak. Dia memilih memasang alat kontrasepsi sejak awal kami hidup bersama.

Aku memilih tinggal di apartemen di tengah kota. Kekecewaan yg demikian besar membuat pandanganku berubah terhadap wanita cantik dan seksi. Aku jadi berpandangan stereo-type terhadap mahluk cantik dan menganggap mereka tdk jauh berbeda sikapnya dgn mantan istriku.

Meski gagal di rumah tangga tetapi di dunia bisnis jenjangku terus meningkat. Sebuah usaha lagi baru aku buka dgn menyewa kantor di wilayah Jakarta Selatan. Kantorku ini bukan di gedung perkantoran, tetapi di satu bangunan yg bercampur dgn tempat kost. Sang pemilik, Pak Agung tadinya akan membangun usaha industri video game, namun setengah jalan modalnya kurang. Bangunan yg terlanjur besar akhirnya sebagian dijadikan kamar untuk kost-kostan dan sebagian lagi disewakan untuk perkantoran.

Aku memilih tempat ini karena tenang dan tdk perlu tempat yg prestige. Unit usaha biro arsitek rasanya memang cocok di tempat Pak Agung ini. Aku hanya mempekerjakan 5 orang.

Hampir setiap sore aku selalu ikut berdiskusi dgn para arsitek. Aku sendiri bukan berpendidikan arsitek, tetapi karena aku sebagai pemilik, semua keputusan aku yg ambil. Aku senang berada di lingkungan bangunan Pak Legowo. Kami pun sering terlibat ngobrol di teras rumahnya yg lumayan asri.

Suatu hari dia menawarkan sebuah televisi Sony 32 inchi. Sebelum menjelaskan menganai pesawat itu, dia bercerita latar belakang TV itu. TV itu adalah milik orang yg menyewa satu kamar agak besar di bagian rumahnya. Menurut dia, si penyewanya Bu Niesha sedang kesulitan uang, sehingga hasil penjualan TV itu untuk bayar sewa tempat. Terus terang aku sebenarnya kurang berminat membeli TV, tp cerita di balik penjualan TV itu yg mendorongku untuk akhirnya membeli.

Pak Agung cerita bahwa Bu Niesha sudah 6 bulan menempati satu ruangan di situ. Dia tadinya kaya raya, tinggal di Kemang dgn rumah besar lengkap swimming pool. Suaminya bule Prancis memberinya 2 anak kembar cewek. Namun sejak 2 tahun lalu suaminya kembali ke Prancis dan meninggalkan begitu saja Bu Niesha dgn 2 anaknya.

Pada awalnya si bule masih sering mengirim duit, tp setahun terakhir sudah tdk ada kabar lagi, apalagi ngirimi duit. Bu Niesha kata Pak Agung seperti orang stress, kadang-kadang ngomongnya rada ngaco, tp masih sering lurusnya sih. Selama nyewa kamar, bu Niesha selalu membayar dgn menjual barang-barangnya. Tadinya dia memiliki banyak barang berharga, sekarang hanya tinggal kasur pegas (spring bed) . Entah karena cara bercerita Pak Agung yg dramatis atau karena memang kisahnya memilukan, tetapi akhirnya aku jadi bersimpati kepada Bu Niesha.

Diantar Pak Agung aku bertemu Bu Niesha. Biasalah basa-basi ngalor ngidul. Dari obrolan singkat itu aku mendapat tambahan informasi bahwa Bu Niesha tinggal di kamar itu bersama dua anak kembarnya yg masih kelas 6 SD. Aku memang sering melihat anak yg mirip bule dan cantik sering main di dekat kantorku. Aku sebelumnya tdk tahu bahwa mereka ada dua orang. Keduanya memang mirip sekali dan susah membedakan. Kedua anak itu kemudian hari diperkenalkan kepadaku.

Mereka adalah Liliana dan liliany. Kedua anak ini mengingatkankan ku pada Cinta Laura. Mereka memang manis dan cantik. Mengenai Bu Niesha, dia wanita Jawa yg berpenampilan berani, usianya kutaksir sekitar 32 tahun. Mungkin pengaruh hidup bersama bule cukup lama, sehingga merubah penampilannya jadi rada ngesex. Abis perut dan udelnya selalu kelihatan. Apalagi kalau ngobrol berdua dgn ku, dia cuek saja pada susunya yg tdk terbungkus BH dan pentilnya melentung dibalik kaus ketat.

Aku sering mengomentari dan menatap susunya, tp Bu Niesha cuek saja. Dia beralasan rada susah bernafas kalau dadanya terkungkung BH. Aku jadi makin betah menyambangi kantor baruku. Jika dulu ngobrol dan Pak Agung terasa asyik, sekarang ngobrol sama si Niesha malah lebih asyik. Bukan hanya pembicaraan yg seru, tetapi jg pemandangan sering menggiurkan.

Sejauh ini aku belum menyeret Niesha masuk ke dalam pusaran birahi ku. Kelihatannya dia jg begitu. Aku akhirnya akrab dan jg dgn kedua naknya. Baru sebulan kenalan, rasanya sudah seperti kenalan lama. Liliana dan liliany sering kubawakan oleh-oleh makanan seperti pizza dan makanan-makanan junk food lainnya. Kantorku yg lainnya bersebelahan gedung dgn Plasa Senayan, jadi memudahkanku membeli makanan-makanan seperti itu. Beberapa kali kuajak Liliana dan liliany tentu bersama emaknya jalan-jalan ke mall. Mereka kubelikan baju lalu kami makan . liliany dan Liliana sering pulang kuberi uang jajan, sehingga mereka jadi manja kepadaku.

Karena kesibukanku mondar mandir keluar kota ke luar negeri. Lebih dari sebulan aku tdk ketemu Niesha dan kedua kembarnya. Ketika setelah itu ketemu kembali liliany atau Liliana melapor bahwa mereka sudah tdk sekolah lagi. Kata maminya, tdk punya uang. Aku langsung menyambangi Niesha dan menanyakan kebenaran informasi yg disampaikan kembarnya. Niesha dgn tertunduk membenarkan, Dia sudah tdk punya uang lagi untuk mengongkosi anak sekolah. Padahal kedua anak itu sudah menjelang uian akhir. Tanpa pikir panjang aku langsung menyatakan diri sebagai Bapak Asuhnya. Semua keperluannya akan aku penuhi, termasuk uang jajannya sehari-hari. Untunglah sekolahnya masih mau menerima mereka kembali. Aku jg menyuruh kedua anak itu mengikuti bimbel untuk persiapan ujian akhir.

Saudara bukan, kenal jg baru saja, tetapi hubunganku dgn keluarga Niesha sudah sangat intim. Tinggal hubungan intim saja dgn Niesha yg belum sih. Akhirnya seluruh kebutuhannya aku penuhi. Bagiku soal materi tdk begitu memberatkan. Pendapatanku dari kantor biro arsitek masih dua kali lipat dibanding pengeluaranku untuk keluarga Niesha.

Hubungan kami memang aneh, begitu akrabnya seperti orang pacaran, tp sekali pun belum pernah mengarah kepada hubungan intim. Masalahnya mungkin aku terlalu sibuk dan Niesha sendiri jg heboh mondar mandir untuk sekedar mendapatkan biaya hidupnya. Aku hanya bersimpati kepada si kembar. Tdk bisa kubayangkan jika dia putus sekolah dan Niesha hidupnya luntang lantung. Menurutku, liliany dan Liliana tdk pantas miskin, karena memang wajah dan modelnya sepantasnya kaya. Suatu hari Niesha menarikku ke ruangnya mengajak ngobrol. Dia belum pernah seserius ini.

“Mas aku mau nitip anak-anakku, aku ada kerjaan harus ke kalimantan, mudah-mudahan seminggu bisa selesai, “ katanya serius.

Niesha memang memanggilku mas. Sejenak aku memutar otak. Memang kalau mereka ditinggal hanya berdua di kamar yg disewa Niesha, kasihan tdk ada yg mengurus, baik makan maupun lainnya. Sedang di apartemenku mereka dgn mudah bisa mencari makanan ke bawah yg merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. Pada saat itu ku ingat mereka baru saja selesai ujian akhir dan libur.

Mungkin berada di apartemenku sekalian jg buat liburan, karena di kompleks apartemen ada semacam waterboom. Masalahnya apartemenku ku disain model studio meski luasnya sekitar 60 m2. Jadi hanya ada satu bed king size dan seperangkat sofa. Aku menyetujui menerima kedua anak itu ikut tinggal bersamaku. Mereka senang ketika berada di unit apartemenku. Hampir semua kebutuh rumah tangga ada dan persediaan makanan berlimpah.

Aku memang setiap saat memenuhi kulkasku dgn berbagai bahan makanan dingin dan berbagai minuman dingin. Apalagi mereka melihat fasilitas renang yg beraneka ragam permainan. Belum lagi di bawah apartemen merupakan pusat perbelanjaan yg selalu ramai. Jadilah mereka pindah sementara di apartemenku. Niesha kelihatannya senang anaknya kerasan menghuni apartemenku.

Setelah dia berpamitan, kedua anaknya langsung meluncur ke kolam renang. Aku tinggal mereka sejenang untuk kembali mengurus kantor-kantorku. Jam 8 malam aku sudah kembali, mereka sedang asyik duduk di sofa sambil menonton acara di TV kabel. Keduanya tentunya sudah makan dgn jajan di bawah apartemen.

Ini adalah malam pertamaku dgn kedua anak-anak ini. Mereka sudah siap mengenakan piyama dan aku menyegarkan diri sambil berendam di air hangat untuk menghilangkan kepenatan seharian bekerja memburu harta. Seperti biasa aku hanya mengenakan celana pendek dan kaus oblong. Kami bercengkerama di sofa sambil mengobrol. Aku banyak menanyakan mengenai papi mereka. Mereka terksesan membci papi mereka. Kesan itu mendalam sekali karena kehidupan mereka langsung melorot dari keadaan serba kecukupan menjadi kekurangan apa pun.

Aku ajak mereka tidur karena memang sudah jam 10 malam. Lampu aku redupkan dan aku rebah disamping liliany atau Liliana. Sampai sekarang aku masih sulit membedakan mana yg liliany mana yg Liliana. Mereka selalu menertawai ku jika salah memanggil nama mereka. Selimut memang hanya satu, jadi kami bertiga tidur satu selimut. Kami terdiam menjelang tidur. Tiba-tiba liliany memiringkan badannya dan memelukku yg tidur telentang kakinya menimpa k0ntolku. Aku diam saja, tetapi k0ntolku tdk dia mulai membesar karena tertindih kaki Ana.

“Oom pipinya bangun ya,” kata liliany. Dia menyebut k0ntol dgn istilah pipi. Aku diam saja.

“Oom boleh nggak liliany pegang pipi nya,” tanya liliany yg tentu saja membuatku terperanjat.

Aku tanya apakah dia pernah pegang pipi. Dia bilang dulu kalau tidur ama papi sering megang pipinya papi. Aku pikir karena dia terbiasa gitu, itung-itung aku sebagai penganti papinya jadi yg monggo saja, kataku. liliany parahnya bukan memegang tetapi malah meremas. Tentunya saja k0ntolku jadi makin keras.
“Kamu apakan pipi nya oom “ tanya ku.

“Enak kan oom,” katanya sambil tangannya berusaha menjangkau k0ntolku dari dalam celana.

K0ntolku digenggamnya sebentar lalu dikocok-kocok. Aku jadi terangsang gara-gara tingkah anak ini. Dari gerakan tangan kurasakan dia sudah terbiasa memainkan k0ntol. Aku diam dan berusaha ingin tahu apa saja yg dia ingin lakukan terhadap k0ntolku. Celanaku dipelorotkan dan malah dilepas dgn bantuan jari kakinya. Dibalik selimut aku sudah tdk bercelana lagi dan k0ntolku jadi tegang sekali.

liliany bangkit dan selimut dibukanya. Muncullah k0ntolku tegak berdiri di dalam genggaman liliany. Dia duduk bersila sambil terus mengocok-ngocok k0ntolku. Aku terpaksa membiarkan, karena aku pun merasakan enak. Tanpa aku sangka-sangka liliany Sudah mengulum k0ntolku. Dia amat lihai memainkan mulutnya di k0ntolku. Liliana pun kemudian bangkit dan bergabung menjilati kantong zakar ku.

Aku sudah semakin tdk waras dan membiarkan mereka memainkan k0ntolku. Masalahnya aku merasakan kenikmatan luar biasa di keroyok dua gadis kecil. liliany kemudian mengambil posisi duduk diatas k0ntolku dan tangannya menggenggam k0ntolku dan memenyesuaikan dgn lubang kemaluannya. Dia merendahkan badannya perlahan-lahan dan bersamaan dgn itu k0ntolku mulai tenggelam di lubang kemaluannya sampai kandas.

Aku merasa suatu kenikmatan luar biasa diperkosa oleh dua gadis cilik. Aku hanya memejamkan mata menikmati keluar masuknya k0ntolku ke memek liliany yg sempit dan mencekam. Aku merasa ada sosok tubuh yg melangkai dadaku . Ketika kubuka mataku sebuah pemandangan memukau, memek kecil tanpa bulu sudah berada dekat benar di wajahku. Ini tak salah lagi adalah milih Liliana. Di dekatkannya memeknya ke mulutku dan mulutku di gerus-gerus oleh memek kecil yg merekah karena pemiliknya dalam posisi mengangkangi kepalaku. Liliana minta dijilati memeknya. Aku segera menangkap pinggul Liliana dan lidahku langsung menuju sasaran. Memeknya menangkup mulutku dan lidahku bermain-main di clitoris Liliana.

Kedua gadis kecil ini entah sungguh-sungguh atau berpura-pura tetapi mereka merintih-rintih nikmat. Aku tak peduli lagi oleh keaslian desahan rangsangan itu, kecuali menikmati hidangan yg mereka suguhkan ke padaku. Di bawah sana terasa liliany makin cepat memaju mundurkan badannya sehingga dampaknya k0ntolku seperti dibetot-betot, sementara Liliana pinggulnya berputar-putar sehingga menyulitkanku memokuskan jilatan. Badan Liliana aku kekang . dia bisa menghentikan gerakankannya, tetapi rambutku dijambak-jambaknya.

Aku masih bertanya-tanya dalam hati sambil melaju di kenikmatan, apakah anak 11 tahun sudah bisa mencapai orgasme. Sebelum ini aku sama sekali belum pernah menyebadani cewek di bawah 18 tahun. Aku menunggu saja kejadian berikutnya. Liliana rupanya mulai menikngkat kenikmatan yg dia rasakan . Semua gerakannya berhenti termasuk mencengkeram rambutku, lalu terasa badannya ditindihkan kuat-kuat ke mulutku sehingga menutup hidungku. Aku terpaksa menahan nafas . Sementara itu terasa denyutan di seputar memek Liliana. Dia rupanya orgasme.

Di bawah sana liliany semakin hot danaku rasanya tdk mampu lagi bertahan di jepitan memek sempit yg terus menerus membetot k0ntolku. liliany menjatuhkan dirinya telungkup dan aku semakin merasa mendekati puncak. Segera meletuslah lahar dari puncak k0ntolku. Tp aku tdk bisa menikmati sepenuhnya karena Liliana malah makin dalam mengubek k0ntolku . Dia lalu menjerit lirih. Mungkin dia jg mencapai orgasme setelah terstimulan oleh semportan maniku yg hangat di dalam liang memeknya.

Kami bertiga terbaring lemas dgn masing-masing lelehan kenikmatan di selangkangan. Ini tentunya saja membuatku penasaran, mengenai dari mana mereka tahu melakukan permainan orang dewasa. Dari obrolan sei wawancara, kuketahui bahwa ayah mereka si bule Prancis lah yg mengajari mereka. Keduanya mengaku dijebol perawannya ketika menjelang kenaikan kelas 5. Mami mereka tahu bahkan si Nieshalah yg membimbing anak-anaknya melakukan dgn papinya. Ketika masih ada papinya mereka sering “main “ bersama maminya. Menurut kedua kembar, Papinya kuat bermain setiap malam dan selalu bermain dgn kedua kembar dan maminya.

Aku baru percaya bahwa memang ada incest yg melibatkan satu keluarga, setelah menemukan fakta pada liliany dan Liliana. liliany dan Liliana masih tergolong pra remaja. Buah dada mereka pun masih baru tumbuh, dgn putingnya masih seperti kacang hijau.Keduanya jg belum mendapat haid, tp sudah jebol perawannya.

Setelah ini aku tdk tahu harus membuat keputusan apa. Semuanya serba salah. Jika aku menolak melakukan hubungan dgn mereka karena masih di bawah umur dan ancaman hukuman untuk itu cukup berat, tp rasanya aku tdk mampu munafik membendung hasrat yg mereka suguhkan. Jika aku membiarkan semuanya berjalan seperti adanya, ada perasaan bersalah. Ah gimana nanti aja lah.

Sejak malam pertama itu, setiap malam aku selalu bergumul dgn cewek kembar yg manis-manis. Jika awalnya aku jatuh kasihan melihat masa depan mereka yg tdk menentu sehingga terbitlah pertolongan ku kepada mereka, selanjutnya mungkin aku akan lebih terlibat dan masuk kedalam pusaran pola hidup baru yg belum pernah aku bayangkan. Celakanya atau untungnya, Niesha tdk menepati janjinya. Dia malah hampir sebulan meninggalkan anak-anaknya. Aku memang jadi tambah repot, tetapi jg tambah kesenangan jg.

Niesha ketika datang menemuiku, tdk ada kata lain selain ucapan
“Sorry ya”. Dia datang ke apartemenku menemui anak-anaknya. Kenyataannya anak-anaknya terlihat lebih bersih, lebih terurus.

“Gimana mereka merepotkan ya mas,”. Aku harus mencermati kata-kata yg dilontarkan Niesha. Apa ada makna tersembunyi di balik pertanyaannya itu. Jelas dia pasti tahu kedua anaknya bersex ria dgn ku.

“Menyenangkan koq, tp kamu kenapa nggak jelasin kebiasaan mereka bikin aku bingung.” kataku.

Ini adalah kata-kata bersayap, yg kalau Niesha bisa menangkap sayap kata-katanya, dia harusnya mengerti bahwa jawabanku itu adalah laporan singkat.

“Warisan ekspatriat mas,” kata Niesha.

Kedua Anak Niesha memang tampak terawat setelah selama sebulan tinggal bersamaku. Mereka kelihatan lebih senang tinggal di apartemenku, karena mungkin banyak hiburan dan makanan enak. Kedua mereka lalu mengusulkan agar pindah saja tinggal di apartemenku. Ibunya menanggapi rengekan kedua anaknya hanya melakukan gesture dan matanya diarahkan ke aku. Gesture itu aku terjemahkan sebagai campuran terserah dan bagaimana.

Aku sesungguhnya tdk keberatan, tetapi apartemenku kan bentuknya studio, yg tdk ada dinding penyekat, kecuali kamar mandi. Itu pun pintunya transparan. Meski tdk jelas terlihat, tetapi siluet yg berada di kamar mandi bisa terlihat dari luar. Selain itu ranjangnya hanya satu meski ukuran kingsize. Masalah ranjang memang bisa diatasi dgn aku mengganti sofa menjadi sofa bed. Masalahnya siapa yg tidur di sofa dan siapa yg tidur di bed.

Tinggal bersama Niesha berarti aku bagaikan bersuami dia dan mempunyai dua anak. Aku rasanya masih enggan untuk menikah, trauma kali ya. Tp menolak permintaan kedua anak-anak ini aku jg tdk tega. Akhirnya kuterima keinginan mereka pindah dari kamar sewaan ke apartemenku. Sofa diganti dgn sofa bed. Aku tdk bisa membayangkan apa yg bakal terjadi pada malam pertama kami tidur bersama dgn Niesha dan kedua anak kembarnya yg sudah menjadi patner sex ku.

Malam pertama kami tinggal bersama aku merayakannya dgn memesan paket makanan dari restoran di bawah. Selesai makan, aku segera bersiap untuk mandi memberishkan badan karena debu polusi Jakarta rasanya sudah menutupi seluruh tubuh. Sedang aku asyik gosok gigi, pintu kamar mandi diketuk dan langsung di buka. Pintu kamar mandi memang tdk ada kuncinya. Kedua anak-anak itu menyusulku dan mereka sudah bugil. Mereka katanya ingin mandi berendam bersama di kolam jacuzzi yg hangat dan memberi efek pijatan dari semburan air. Kami bertiga lalu berendam. Belum 2 menit Niesha ikut masuk dan langsung melepas bajunya lalu ikut nyemplung. Kami jadi berempat berendam bersama.

Kedua anak kembar itu tdk tinggal diam mereka merogoh dan kadang-kadang menyelam lalu melumat daging kerasku di selangkangan. Niesha melihat kelakuan anaknya lalu merapat,
“Mami ikutan dong masak kalian aja,” Niesha tdk meraih k0ntolku tetapi maju dan mengatur posisi berada di pangkuanku duduk berhadapan.

Tanpa basa basi k0ntolku digenggamnya dan langsung diarahkan ke lubang memeknya. Aku tersandar di dinding bak, tdk mampu dan tdk mau protes. Lubang memeknya terasa kesat, mungkinkarena pengaruh air. Niesha dgn sabar menjebloskan k0ntolku ke dalam liang memeknya. Pelan tp pasti k0ntolku masuk makin dalam . Niesha langsung mendesah desah tanpa ada rasa sungkan pada kedua anaknya. Aku merasa kemaluan Niesha sangat kesat. Cairan memeknya bercampur dgn air panas masuk melumuri seluruh batangku.

Ekspresi Niesha sangat luar biasa. Dia berteriak, mengerang tanpa rasa sungkan. Aku mendengar dan merasakan gerakannya jadi makin terangsang. Untungnya, Niesha termasuk wanita yg cepat orgasme, sehingga baru sebentar main dia sudah berteriak tanpa mencapai puncak. Tp setelah itu masih dia teruskan mengebor diatas k0ntolku. Posisiku yg berada di bawah bisa bertahan untuk tdk buru-buru meledak. Niesha sudah orgasme 2 kali dan sambil terengah-engah dia mengatakan,
“kamu hebat mas, kuat banget, barangmu keras banget aaahhhh”. Menjelang aku orgasme Niesha sudah mendahuli orgasme dan ini adalah yg ketiga baginya. Kenikmatan memek berdenyut membuat aku tdk mampu lagi menahan ledakan di dalam memek Niesha. Malam pertama itu aku menjadi budak harus melayani ketiga cewek. Pada bagian-bagian akhir aku hanya tidur telentang saja dan kusediakan k0ntol yg tegak berdiri untuk mereka lahap.

Selanjutnya sampai mereka mereka kuliah , kami tetap menjalani family sex.

SEKS DENGAN SUPIR

Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment