WWW.MANDIRIQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Pages

Tuesday, June 28, 2016

MANDIRIQQ- KENIKMATAN GADIS YANG MASIH LUGU

 KENIKMATAN GADIS YANG MASIH LUGU


Aku bersekolah diJakarta yang ikut saudaraku disana ada 3 orang anak yang satu seusia denganku dan yang terkahir namanya Diana dia masih SD kelas 6, setelah beberapa tahun Diana yang usianya menginjak puber , tubuh Diana semakin hari semakin bongsor melihat dia menggairahkan nafsuku, karena dia ikut wajah mamainya yang cantik dan pintar molek.



Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Diana, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.
Dihari berikutnya saat Diana pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.
“Diana…udah pulang..?” iya kak, sambil melepas sepatunya.
“Awas dong…mau ganti baju nih…!” katanya memohon.
“Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!” pintaku padanya.
“Iya…..boleh…” ungkapnya.
“Aku masuk ya…!” pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Diana memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.
“Diana…kamu cantik sekali pakai baju itu..!” ungkapku jujur padanya.
“Masa sih..!” kata Diana sambil berputar bergaya seperti peragawati.
“Aku boleh bilang sesuatu nggak Diana…?” tanyaku agak ragu padanya.
“Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!” ungkap Diana penasaran.
“A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!” ungkapku memberanikan diri.
“Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!” janjiku padanya.
“Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!” bantahnya.
“Sebentar….aja….ya…Diana..” kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.
“Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…” ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.
Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.
Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Diana yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.
“Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!” seru Diana sambil berusaha melepaskan pelukanku.
“Aku terangsang Diana…abis kamu cantik sekali Diana…!” ungkapku terus terang.
Diana pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.
“Anunya bangun ya kak…?” tanya Diana heran.
“Iya Diana…aku terangsang sekali…” ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.
“Kamu mau lihat nggak Diana…?” tanyaku padanya.
“Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!” katanya polos.
“Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!” ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.
Sementara Diana menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.
Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Diana masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.
“Ya udah aku buka ya…..?” ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.
Kulihat Diana mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.
“Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!” ungkapku pada Diana sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Diana pun melihatnya dengan tersipu-sipu.
”Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!” ungkapnya pura-pura.
“Ngapain malu Diana…kan udah nggak ada orang…” kataku berdebar-debar.
“Mau pegang nggak….?” Ungkapku sambil menarik tangan Diana kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Diana mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Diana kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.
“Iiiih…takut ah…gede banget sih…!” ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.
“Aaaah…ooouw….terus Diana…enak banget…!” aku mulai merintih. Sementara Diana sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.
“Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Diana…?” ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Diana, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut.
Diana terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Diana menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.
“Gimana Diana…….?” ungkapku padanya.
“Gimana apanya…!” jawab Diana polos.
Aku kembali berdiri dan memeluk Diana dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Diana pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Diana membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Diana terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.
Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Diana yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Diana yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.
“Diana….buka ya celana dalamnya….!” pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.
“Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?” tanyanya bingung.
“Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Diana tenang aja…!” bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Diana.
“Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!” ungkapnya merengek padaku.
“Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!” aku menenangkannya.
“Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Diana..?” pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.
“Ah..udah dong…geli nih…” ungkap Diana, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.
“Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!” ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Diana tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Diana.
Lama kelamaan memek Diana mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Diana, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.
Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Diana membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Diana pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Diana bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.
“Terus kita mau ngapain nih…?” ungkap Diana heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Diana tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Diana, menempel tepat pada belahan memek Diana, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Diana pun semakin membasahi batang kontolku.
“Aaah…Diana…enaaaak….bangeet…!” aku merintih nikmat.
”Apa sih rasanya….emang enak…ya…?” tanya Diana, heran.
“Iya…Diana…rapetin kakinya ya…!” pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.
Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Diana. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.
“Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!” pinta Diana tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.
“Iya…Diana… sebentar lagi ya…!” ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Diana dengan penuh nafsu.
Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.
“Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!” air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Diana, sebagian menyemprot di belahan memeknya.
“Iiiih….jadi basah..nih…!” ungkap Diana sambil mengusap air maniku diselangkangannya.
“Hangat…licin…ya…?” ungkapnya sambil malu-malu.
“Apaan sih ini….namanya..?” Diana bertanya padaku.
”Hmm…itu namanya air mani…Diana…!” jelasku padanya.
Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Diana sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Diana tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.
Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Diana gadis kecil yang cantik.
Dianapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.
“Diana…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!” ungkapku pada Diana yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.
“Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?” pintaku pada Diana.
“Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!” ungkap Diana polos.
Setelah itu Diana pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Agen Resmi Poker & Domino QQ Online Terpercaya Indonesia | Dengan 1 User ID Anda Bisa Main 5 Game | Fair Play 100% Tanpa Robot | PROSES CEPAT & KARTU BERSAHABAT | REAL GAMES DAN REAL MONEY |
Dengan minimal deposit Rp. 20.000 dan minimal withdraw Rp. 50.000
Kami melayani bantuan support livechat 24 jam nonstop.
Kami memberikan promo terbaru :
- bonus Deposit 3%
- bonus TO 0.5%
- bonus refferal 20%

Mari bergabung dengan kami hanya di www.mandiriqq.com dan hubungi bbm kami 2BE2B4BA

Saturday, June 25, 2016

MANDIRIQQ- PERMAINAN YANG SANGAT PANAS


Pacarku Cara belakangan ini agak menjauh dariku beberapa hari ini aku pantau ternyata dia sedang asik jalan dengan anak arsitek, aku selidiki dan minta kepastian katanya dia tidak ada apa apa dengan anak arsitek tersebut, malah aku mendapat kabar dari maminya sendiri bahwa dia sering jalan bareng anak tersebut.



“Udah, kalo mau main dateng aja…ntar juga pulang, tungguin aja Bon…” kata tante Ida lembut.
Nggak tau Jack… malem ini, angin apa yang niup mobilku buat parkir di depan rumahnya.. pikir-pikir asyik juga kok ngobrol sama tante Ida… biar kata udah 40 tahun tapi bisa ngobrol gaya anak muda.. itu aja dasar pemikiranku…
“Eeeeeiiiii…. anak muda… gitu dong apelin tante sekali-sekali…” sambut tante Ida ramah banget. Coca cola dingin yang disajikan si Sum babu centil itu hampir tandas, tante Ida nggak muncul-muncul katanya mau ganti baju dulu. Akhirnya kusosot habis juga minuman itu setelah kuputuskan mau jalan aja…
“Bonny… naik aja, ngobrol di atas aja yuuk..” kudengar panggilan tante Ida dari lantai atas, dilantai atas memang ada ruangan yang dibikin home theatre… beberapa kali kusetubuhi Cara di ruangan itu sambil nonton BF… tentu saja waktu nggak ada tante Ida.
Benar saja tante Ida sudah menunggu di ruangan itu… busyyyeett.. tau nggak Jack… aroma parfum mahalnya semerbak lembut memenuhi ruangan itu… dan yang bikin biji mataku hampir meloncat keluar pakaian yang dipakai doi… gaun panjang transparant, mirip gaun tidur, aku yakin tante Ida nggak pake daleman alias BH en celana dalem, sebab di bagian itu bakal kelihatan bayangannya kalo doi pake… agak canggung juga pada awalnya, palagi ketika tante Ida menumpangkan kaki satunya di kaki yang lain, pahanya kebuka, ternyata gaun itu berbelahan samping sampai ke pinggang.
Tapi gaya ngobrolnya yang santai membuatku agak santai juga walaupun mata ini lebih sering menatap karpet atau langit-langit rumah, sebab menatap kedepan yang kutemui kalo nggak paha panjang berkulit mulus, atau buah dada montok dengan puting susu yang tercetak jelas di balik kain transparant itu.
“Kamu kenapa siih… kaya orang kedinginan…” tegurnya melihatku yang salah tingkah.
“Iya tante ACnya dingin banget…” jawabku asal kena, tapi memang di ruangan itu kurasakan dingin sekali.
“Tante punya minuman sampagne, mau kamu Bon…? lumayan buat anget-anget…” Katanya sambil membuka kulkas di sudut ruangan… wooow… ketika kulkas terbuka aku menyaksikan silhoutte tubuhnya yang terbentuk karena sinar terang dari dalam kulkas menghilangkan bayangan kain transparant.
body yang sempurna dan memastikan perkiraanku bahwa tubuh berbody gitar ini tanpa pakaian dalem, bahkan kulihat bayangan rambut kemaluannya, karena tante Ida berdiri agak mengangkang, agak lama juga kunikmati pemandangan ini.setelah menuangkan minuman dijatuhkannya pantat montoknya di sebelahku.
“Ayo anak muda, demi kehangatan tubuh…” kata tante Ida sebelum kita toast…. kuteguk setengah gelas sampagne,… busyet… doi segelas disikatnya sampagne itu tandas… kuikuti aja toh rasanya enak nggak kaya minuman keras lainnya… nggak lama gelasku penuh lagi, karena tante Ida menuangkan lagi minuman enak itu… sampai beberapa kali.
“Gimana Bon..? sudah hangat tubuhmu…?” tanya Tante Ida.
“Iya tante apalagi deket tante… jadi hangat…” Aku tak menduga jawabanku menjadi kacau begitu, tapi aku heran tante Ida malah ketawa geli dan tubuhnya makin mepet ke tubuhku.
“Kamu pikir tubuh tante ini kompor, bakal ngangetin masakan…? kamu deket tante aja hangat, apalagi nempel pasti mendidih… hi… hi… hi…” kepalaku yang mulai pusing akibat minuman, makin pusing aja sebab toket montoknya dengan kekenyalannya menempel ketat di dadaku, sementara kepalaku diusap-usapnya manja.
“aduuhhh… kalo ini sih nggak mendidih lagi, tubuh tante bagai kompor listrik yang rusak… jadi bikin korsleting…” jawabku ngawur. Tante Ida ketawa ngakak… jari jemarinya yang indah menelusup dan menggelitik masuk ke dadaku, matanya bersinar binal menatap wajahku dengan gemas.
Kesadaranku mulai goyang, entah kapan mulainya tahu-tahu di layar lebar home theatre itu sudah terpampang adegan mesum dari film BF, dan baju hemku sudah terbuka seluruh kancingnya sehingga dadaku terbuka lebar… uuiihhh… buah dada tante Idapun sudah terbuka sebelah dan kini menggesot-gesot dadaku… entah siapa yang memulai, bibir kami berpagutan, lidah tante Ida menggeliat liar melata masuk ke mulutku, membelit lidahku dan dengan gemas kuremasi buah dadanya yang ternyata memang mengkal menggemaskan.
“kamu nakal Bonny… harus diajar sopan…” desisnya sambil diremasinya selangkanganku, bahkan dengan lincahnya ikat pinggangku berhasil dilolosinya dan mencuatlah kejantananku dari balik celana jeansku.
“Iiiihhh… kamu malah nantangin ya…?” celoteh tante Ida disela-sela dengus nafasnya yang memburu penuh nafsu, sambil meremasi kontolku yang sudah setengah ngaceng… dadaku diciumi dan dijilatinya, aku menikmati aksi itu sambil tanganku tak lepas meremasi buah dadanya yang memang montok dan kenyal, sesekali kupelintir-pelintir puting susunya…. wow… alamak… berbarengan dengan adegan di film, tante Ida kini juga sedang mengulum dan menjilati kepala kontolku,
membuatku menggeliat dan mengeram penuh kenikmatan, kulihat wajah tante Ida berbinar senang melihat ekspresiku merespon aksinya, sesekali batang kemaluanku yang sudah 100% ngaceng ini ditimang-timangnya dengan ekspresi wajah gemas penuh nafsu…
“Mmmm… mantap sekali Bonn… tante suka yang macam begini…” sejenak dikocok-kocoknya batang kemaluanku dan kembali dikemotnya.
“Iiiihh… keras banget Bon… gede lagi… tante jadi ngeri dehh… mmmm… ccllp… clpp” kuamati saja tingkah wanita setengah baya ini sambil kunikmati aksi oral sexnya yang canggih.
“Boon… tante juga mau digituin…” rengeknya manja sambil berdiri, langsung saja kusergap selangkangannya karena dengan aku duduk di sofa rendah itu wajahku tepat di depan bukit vaginanya yang di selimuti rambut subur tercukur rapi.
“Aiiihh..! kamu nggak sabaran deh…” protesnya centil, namun selanjutnya dengan posisi berdiri tante Ida mengatur posisinya dengan lihay, kaki kirinya ditumpangkan di sandaran sofa, sehingga wajahku tepat diantara selangkangannya.
Wuuiiihhh… tercium semerbak bau harum, begitu selangkangan tante Ida mengangkangi wajahku, entah parfum merek apa yang memproduksi parfum memek… segera aku beraksi menunjukkan kecanggihan oral sexku… kudaratkan ciuman dan jilatanku ke seputar bukit vagina yang sudah menggembung gemuk akibat gairah seks yang meningkat.
“Booonnn… geliii doong sayaang… iiihhh… kamu nakal banget….” tante Ida mulai gemas karena lidah dan bibirku belum juga singgah di tempat yang dimauinya… pinggulnya bergerak gemulai mencari titik kenikmatan.
“Eiiihhh…! yaaa… Bonny… disituuu… nikmat banget Booonnn…” celoteh tante Ida, begitu ujung lidahku menyambar clitorisnya yang mengintip malu-malu… Rupanya tante Ida bukan seorang yang penyabar… rambutku direnggutnya sehingga kepalaku terkunci dan dengan mengerang-erang histeris dibesot-besotkanya clitorisnya kemulutku…
“Hiiiii…! kamu nakal Booonn… hhooo… inii nikmaatnya bukan maenn… sayaang..sssshhhh…” volume suara tante Ida makin meninggi sehingga lebih mirip teriakan… Pada suatu kesempatan, butir clitoris yang makin mengeras itu kukulum lembut dengan bibirku, kusedot-sedot lembut sambil lidahku mengusap-usap mesra…akibatnya sungguh hebat.. diiringgi lenguhan panjang, tubuh sintal tante Ida mengejang…
“Uuuuuuunnnggghhh….! Boooonn… kamuu pinteeerrr dehhh…!! ooooowww…!!” sebuah ekspresi khas wanita mencapai orgasme ditunjukkan oleh tante Ida, tubuhnya menggelejat, bagai tak terkontrol…
“Iiiihhh… tak kusangka… kamu pinter mainin tubuh perempuan… bocah ganteng…” bisik tante Ida sambil menggelendot manja di pangkuanku, setelah disambar badai orgasme…
“Tapi saya yakin tante jauh lebih pinter dari saya, makanya saya pingin diajarin…” jawabku sambil sesekali kukecupi bibir manisnya.
“Eeeh… kamu percaya nggak sih… dengan oral sex, jarang banget tante bisa orgasme, seumur-umur bisa dihitung jari deh…ini siiihh… bibir kaya begini ini yang bikin tante lemes sebelum tempuuurr…” bibirku dijewer mesra… matanya menatap bibirku penuh hasrat birahi, sampai bibir manis yang setengah terbuka itu gemetar menahan gemas… akhirnya dengan penuh luapan birahi, bibirku dilumatnya habis-habisan… kembali dengus nafas betina tante Ida menderu, menuntut penuntasan.
Tubuh sintal yang duduk mengangkangi pangkuanku itu bembesot-besotkan buah dada mengkalnya ke dadaku dan menggoser-goserkan bukit vaginanya ke batang kemaluanku… wajahku habis dihujani ciuman penuh birahi… serta leherku dikecupinya denga liar, terasa celekat-celekit di seputar kulit leherku… pantat montoknya yang bergerak gemulai, kuremasi dengan gemas… jari tengah dan telunjukku merambah liang sanggama tante Ida yang ternyata sudah kembali licin dan kurasakan kembang kempis seolah menanti mangsa.
“Boonny… c’mon baby… kita mulai permainan yang sesungguhnya… tante siap menghajar si bontot yang bongsor ini…” bisik tante Ida sambil meremasi batang kemaluanku yang ready combat. Dengan posisi tetap saling berhadapan, tante Ida mengangkang di pangkuanku… batang kemaluanku dituntun ke liang cintanya yang sudah menganga menanti mangsa… bibir manis tante Ida bergerak-gerak ekspresif mengiringi usahanya menjejalkan batang kemaluanku ke liang sanggamanya, ujung batang kemaluanku digesek-gesekkan ke bibir vaginanya sambil sedikit demi sedikit ditekan.
“Si bontotmu bandel banget… susah disuruh masuk…” bisik tante Ida.
“Punya tante kelewat rapet siih..” jawabku
“Bisa aja kamu, si bontot ini yang kegedean…” sahut tante Ida sambil menggigit bibir bawahnya dengan alis mengerinyit… ketika kurasakan kepala kontolku sudah amblas di jepitan liang sanggama tante Ida… ketika batang kemaluanku masuk setengahnya… kembali ditarik keluar… kemudian masuk lagi, begitu beberapa kali diulang-ulang dengan hati-hati dan aku nggak boleh bergerak oleh tante Ida,
Ternyata akhirnya habis juga batang kemaluanku ditelan liang sanggama tante Ida… pinggul montok tante Ida mulai bergerak dengan mata setengah terpejam serta bibirnya mendesis lirih… besutan perdana otot vagina tante Ida pada batang kemaluanku sangat nikmat, kurasakan seperti pijitan bidadari… gerakan pinggul tante Ida makin cepat dan makin kuat dan pijitan bidadari itupun semakin menjadi-jadi nikmatnya, aku masih belum mengadakan counter attack… kulampiaskan kenikmatan ini pada sepasang payudara montok yang bergerak-gerak di depan wajahku, kukulum dan kusedot bergantian sepasang puting susu berwarna coklat gelap yang mencuat keras.
“Hooo..! hhooo..! hhh…hhh… nikmat bukan main Booonnn.! oooohhh..!” kembali volume suara tante Ida meninggi… dan makin tinggi..mendorongku untuk menyambut goyang gemulai pinggul tante Ida, kuayunlah pinggulku… sekali, dua kali, tiga kali…dan ke delapan kali ayunan pinggulku…
“Ooooww..! yaa..! yaa..! oooo… my God..! Booonnny..! tante…nggak…tahaaann..!” Suara tante Ida atau lebih tepat disebut teriakan, terdengar parau.Wajah manis tante Ida menegang… bibirnya gemetar… giginya terdengar gemerutuk, cengkeraman tangannya pada pundak dan pinggangku mengencang sehingga kurasakan kuku-kuku jarinya yang panjang menembus kulitku… Tepat pada ayunan pinggulku yang ke sepuluh…
“Aaaaaaaakkkkkkhhhh…..! ya ammppuuunn Boooooonnnyy…!” Teriakan panjang itu mengiringi tubuh sintal Tante Ida sejenak meregang kuat, kemudian menggelejat liar, bagaikan sekarat… ayunan pinggulku kupercepat dan kuperkuat, sehingga terdengar suara ceprat-ceprot dari selangkangan kami… Sesaat kemudian tubuh sintal yang bergerak liar itu menelungkup lunglai di atas tubuhku.
“Terus..kan.. jangan hhh…berhenti…hh..hh Bon… ganti..an tante di..di bawahh… gilaa lemesss bangeth..hh..hhh” bisik tante Ida ketika aku menghentikan ayunan pinggulku… kulihat betapa lunglai tubuhnya.. Kurebahkan tubuh tante Ida di karpet…
“Ayo sayaang.. masukin lagi, hajar tante sepuasmu…” walau dengan suara lirih tapi nadanya penuh tantangan… membuatku bersemangat lagi dan kembali batang kemaluanku menyungkal selangkangan tante Ida…
“Iiihh.. letoy amat siiihhh…” cela tante Ida ketika dirasakan sodokan kontolku setengah-setengah… akupun meningkatkan speed dan power
“Eh..Eh..hhhh… Tante… ya…kin kamu bisa lebih kuat… lagi Boon…” walau dengan kondisi lunglai dan pasrah, kata-kata tante Ida masih bernada tantangan dan membuatku agak panas juga…kuperkuat dan kupercepat rajaman kontolku menghajar liang sanggama tante Ida.
“Aaaihh..! gilaa… hhhooo… sss… ayyyoo Booonn… lebih dalammm..!”Dengan celotehnya yang aneh, kata-katanya keras penuh tantangan,namun rengekannya bernada memelas dan memilukan, entah bagaimana yang dirasakan tante Ida… yang jelas kubaca ekspresi wajahnya nampak menahan sesuatu… entah sakit atau enak dan tubuh sintalnya kembali menggeliat-geliat tak beraturan
“Ooooohhh…! ooooww…! C’mooon baby… jangan letoooyyy… keras… keras…! yaa.. lebih keraaaasss…Oooouugghh..!”akhirnya aku tak peduli lagi… kujawab tantangan tante Ida, dimana kini aku sudah tanpa ampun menghajar liang selangkangan yang terkangkang lebar…
kukerahkan seluruh kemampuanku untuk menambah kekuatan dan kecepatan ayun batang kemaluanku keluar-masuk liang sanggama Tante Ida, walaupun kulihat air mata Tante Ida bercucuran bercampur keringat dengan gigi menggigit kencang ujung sprei, walaupun begitu suara celotehnya tak berubah…ditingkahi rengekan yang mirip suara tangis…
“Ampppuunn..! oohh.. oooww.. oooouugght..!! ” game point akhirnya tercapai dengan kuberi score 3 orgasme untuk tante Ida, sedangkan pointku 1 kumuntahkan spermaku yang hampir 3 minggu mengendap, ke buah dada tante Ida dan matanya yang nanar menatap dengan saksama proses menyemburnya spermaku yang sangat kental di permukaan kulit buah dadanya yang putih mulus.
“Sss…oooohhh.. iiihhh kental banget Boon…sampe lengket ” desis tante Ida ketika dengan tangannya mengusap ceceran pejuhku merata ke permukaan tubuh bagian depannya..
“Boon..nny… tante lemes banget nih… nggak bisa bangun… tolong dong ambilin air es di bawah…” suara tante Ida kudengar lirih dan agak serak, kulihat wajahnya pucat pias dengan sorot mata yang nampak kuyu kehabisan tenaga… tubuh sintal yang mulus tampak berkilat oleh basahnya keringat dan pejuhku… tergolek telentang tak berdaya di karpet ruangan.
Ketika aku sedang memilih botol air mineral yang paling dingin di dalam kulkas, telingaku menangkap suara aneh… kucari arah suara sayup-sayup itu… ternyata dari arah dapur di balik dinding ruang makan ini… karena penasaran kucari pintu ke arah dapur… kudapatkan lubang penghubung dari dapur ke ruang makan yang biasa untuk lewat makanan… dengan sedikit mengendap-endap, kudapatkan sumber suara itu… edaann..! gimana nggak edan..?
kalian tahu broer… Sumirah… pembokat tante Ida, sedang nungging di meja dapur dengan tubuh bagian bawahnya telanjang, sambil merintih-rintih sendiri… tau nggak lagi ngapain do’i..? lagi masturbasi jack..! aku bilang edan, karena masturbasinya pake dildo alias kontol mainan, dapet dari mana pula si Sum ini… Gila… ngaceng lagi ngeliat gaya si Sum… eh aku ngga nyangka tubuh pembokat ini begitu mulus, kulihat dari pantatnya yang bulat dan bahenol itu sangat mulus bersih… aahh sial aku harus balik ke atas tante Ida pasti nunggu minumannya..
dengan rasa sayang kutinggalkan pemandangan langka di dapur. Di ruang Home Theatre kulihat posisi tubuh tante Ida tak berubah, telentang bugil di karpet ruangan… ternyata si tante tidur pulas banget, berkali-kali kugoyang-goyang tubuhnya sambil kupanggil namanya, bergerakpun enggak… iih.. kaya’ mati tidurnya… tiba-tiba kuingat sesuatu..
Langsung aku cabut lagi kebawah… tau dong ente broer… kuintip lagi adegan di dapur… asyiik masih lanjut.. langsung aku menuju pintu dapur dengan langkah hati-hati… Si Sum terjingkat kaget ketika tahu-tahu aku sudah di ruangan dapur..
Dengan wajah merah padam perempuan muda ini gugup berusaha menutupi bagian-bagian tubuh bahenolnya yang telanjang… he..he.. rok bawahannya ada di bawah kakiku… akhirnya dengan dengan kain lap piring do’i tutupin selangkangannya yang sempat kulihat jembutnya sangat subur membentuk segitiga kebawah..
“Eeehh… terusin aja Sum.. aku cuma pengen nonton aja… atau mau aku bantuin…” kataku sambil cengengesan… sambil kudekati tubuh bahenol yang meringkuk mojok… mendengar gurauanku rupanya cukup menenangkan hati si Sum yang aku yakin pasti kaget, malu jadi satu
“Mas Bonny, bikin kaget… sih.. nakal banget..” sahutnya lirih, sambil beringsut mengambil rok bawahannya.
“Mau bantuin malah dikatain nakal, gimana siih..?” selakku sambil kuikuti langkahnya…
“Kalo mau bantu… ya nggak disini..” sahutnya dengan suara setengah-setengah, namun matanya mengerling menantangku dengan isyarat ajakan, sebelum kabur keluar dari dapur…
Dugaanku tepat do’i masuk kamarnya, dan dugaanku tepat lagi ketika kubuka, pintu kamar itu tak dikuncinya… sengaja… kulihat si Sum tengkurap di ranjang.
Aku benar-benar sudah mata gelap… semenjak kontolku dibikin ngaceng oleh aksi masturbasinya tadi, aku naik ke ranjangnya… kusingkap rambut yang menutupi tengkuknya dan kukecupi tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus… tubuh bahenol si Sum bergidik karena ulah nakalku…
“Mas Boonny… gangguin orang aja siih…” Sum merengek manja, namun tak berusaha menghindari kecupan-kecupanku di tengkuknya, malah kuarahkan kecupan dan jilatanku ke punggungnya yang berkulit bersih, setelah kupelorotkan blouse merahnya.
Sumirah perempuan 27 tahun bertubuh sedang, badannya subur, namun tak bisa dibilang gemuk, lebih tepatnya bahenol… karena memang kemontokkan payudaranya sedikit di atas rata-rata, dan perempuan ini memiliki pinggang yang cukup ramping, ditopang pantatnya yang bulat serta kemontokan tubuh bagian ini juga agak di atas rata-rata.
Wajah..? tidak mengecewakan, bahkan jika didandanin… nggak kalah deh sama Jihan Fahira. kelebihan lain si Sum, adalah genit dan centilnya yang minta ampun… paling nggak tahan melihat lelaki tinggi gede dengan kumis dan jambang dicukur kasar dan tubuhnya banyak bulu.
“Lubangmu udah basah aja siih..” tanyaku setelah jari tengahku merasakan licinnya liang sanggama si Sum.
“Iiihh.. ya jelas dong… seandainya di dapur tadi mas Bonny nggak gangguin, saya udah dapet lho…”
“Ntar aku gantiin 5 kali lipet… langsung aku masukin aja ya..?”
“Saya takut sama nyonya lho mas..”
“Do’i pules banget tidurnya… makanya cepetan aku masukin ya..?..” kataku sambil kusodok-sodokkan kontolku ke selangkangannya.
“Iiiihh ngeriii… gede bangeethh…” desis Sum centil, ketika batang kemaluanku bagai ular merayap di sela-sela pahanya yang masih merapat…
“Aku tanggung bakal mantap deeh…” kataku meyakinkan, sambil tak henti-hentinya tanganku meremasi payudara Sum yang sudah mengembang dan mengeras…
“Sssshhhh…. mas Bonny… asal bikin Sum… puaaas kaya nyonya ….” rengeknya manja sambil menggeliat gemas merasakan nakalnya kuluman bibirku pada puting susu kirinya… Sum mulai membuka pahanya, kubesut-besutkan batang kemaluanku yang sudah membengkak itu ke bibir vagina si Sum… wooow… si Sum mulai membalas seranganku… dihujaninya leher dan dadaku dengan kecupan dan gigitannya… jari-jari tangannya meremasi otot punggungku.
“Eeehhh… hhh… nngghh… maaasss… Sum udaah nggaakk tahann…” rengek Sum di sela-sela dengus nafasnya yang tak beraturan… aku tahu apa yang diinginkannya, tanpa dikomandoi kami segera pasang posisi….
Sum menekuk kedua kakinya yang mengangkang ke atas, sampai lututnya menyentuh payudara, sehingga bukit vaginanya tengadah ke atas dan bibir vagina yang berwarna merah segar dan basah, tampak merekah bergerak kembang kempis seolah menantangku…
Sejurus kemudian jari-jari lentiknya melebarkan bibir vagina tersebut… giliran aku sekarang yang nggak sabar… dengan posisi setengah berlutut kujejalkan kepala batang kemaluanku kesasarannya… seperti yang sudah kubayangkan… liang sanggama si Sum tak muat dijejali kepala kontolku…
Lagi-lagi aku diharuskan sabar… apalagi kulihat si Sum meringis kesakitan ketika kucoba memaksakan kepala kontolku untuk menembus liang sanggamanya… maka kugunakan cara yang dipake tante Ida tadi…
“Oookh..! maaass…! sa..sakkiiit…” keluh si Sum memelas… dengan ekspresi meringis menahan sakit, ketika kepala kontolku berhasil menembus masuk.
“Tahan Suum… hhh…” keringat berhamburan dari pori-pori tubuh kami, dalam upaya penembusan di pintu nikmat…akhirnya diiringi rintih sakit dan usaha keras… amblas jugalah batang kemaluanku di liang becek di tengah selangkangan si Sum… kudengar si Sum membuang nafas lega dan menjatuhkan kepalanya ke ranjang… sesaat kemudian si Sum menyatakan siap tempur, aku memulainya dengan meludahi arena pertempuran, untuk membantu pelumasan.
“Ooohk.. pelan maass…sss ho’ooo iyaaahh..” pelahan tapi pasti, kesulitan mulai berkurang dan sedikit demi sedikit kenikmatan mulai terasa…dibandingkan dengan postur tubuhku, tubuh si Sum nampak kecil…
Tapi tubuh kecil si Sum ternyata menyimpan energi luar biasa, dan tak kusangka ternyata tubuh bahenol ini sangat lihay memainkan jurus-jurus goyang dan geol yang cukup menunjukkan bahwa si Sum ternyata berpengalaman ngeladenin syahwat lelaki… semua variasi geraknya memberikan kenikmatan untukku… sementara si Sum sendiri terbaca dari ekspresi wajah dan gerak maupun ekspresi suaranya, sangat menikmati serangan olah sanggamaku
“Heh… hh.. heh… mas Boo..nny Sum ndak bisa nahan lebih lama… barenggiin yaa..? tahhan… maass… hajar lebih daleemm lagi…” Ekspresi wajah dan gerak si Sum mulai gelisah… kubaca kondisi ini dan keluarlah aji pamungkasku…
Kedua tangan Sum kutekan ke ranjang sehingga terkunci nggak bisa bergerak lalu dengan kedua kakinyapun kubuat terbatas gerakannya… mulailah ayunan pinggulku kupercepat dan kuperkeras… kepala batang kemaluanku merajam tanpa ampun dasar liang sanggama Sum dengan kecepatan semakin tinggi dan hajaran semakin keras…akibatnya… tanpa dapat ditahan tubuh bahenol Sum menggelejat liar melepas orgasme.
“Oooowwwhhhh..mas…mas…massss Boonn..nnyy.. nnnggghhh…!” lenguhan panjang mengiringi lepasnya kenikmatan seksual seorang wanita… aku masih stabil mengayun dengan hi speed dan hi power…. dengan posisi tetap terkunci kulihat kembali wajah Sum menegang dengan mata membelalak menatapku seolah takjub…
“Ooooww…! hoooohhh… maaaassss… Suumm dapettt lagggggiii!” tubuh bahenol si Sum kembali kelojotan hebat disambar orgasme keduanya… pada saat itu si Sum masih berusaha menundukkan kesaktian kejantananku dengan menggeol pinggul sejadi-jadinya.
“Woooohhh…! ayooo… keluariiin… mmaass..hhhhiihh..!” seru si Sum dengan wajah penasaran… liang sanggama yang semula seret dilalui batang kemaluanku, kini terasa licin dan begitu loncer, sampai mengeluarkan suara ceprat-ceprot, karena membanjirnya cairan vagina si Sum akibat dua kali orgasme.
“Gimana Sum..? hhh… masih pingin dapet lima kali..” tanyaku sambil masih mengayun kemaluanku memompa liang sanggama si Sum yang semakin becek.. kali ini ayunanku tak sekencang dan sekuat tadi.
“Ngghh… bisa semaput mungkin… wih.. wih mas Bonny kaya badak… kuat banget…” jawab si Sum sambil mengulumi puting susuku dan kurasakan pinggulnya bergerak lagi.
“Maass… ntar pejuhnya keluarin di sini yaa..?” kata si Sum sambil menjulurkan lidah panjangnya.
Sekali lagi tubuh si Sum menggelepar gila disambar orgasmenya yang ketiga, dan kira-kira 2 menit kemudian saatkupun tiba… kuhajar liang sanggama si Sum dengan kejamnya, menjelang muncratnya sang bubur sumsum…
Dengan gerakan yang sangat kompak dalam mengatur posisi… akhirnya muntahlah lendir syahwatku ke rongga mulut si Sum dan disambut dengan sangat rakus oleh wanita berbody bahenol ini, bahkan disedot-sedotnya batang kemaluanku sampai benar-benar kering spermaku.
“Iiih… mas Bonny ternyata jagoan ngentot lho… seumur-umur baru sama mas Bonny ini Sum bisa keluar berturut-turut… iiiihhh… ngeriii deeh..”kata si Sum menyatakan kekagumannya, sambil menyisir rambut hitamnya didepan cermin.
“Kenapa kok ngeri…?” tanyaku sambil mencari kemana jatuhnya celana dalamku.
“Kalo ketagihan gimana…? enaak banget siih..” si Sum membungkus tubuh bahenolnya dengan handuk.
“Selama pusaka aku masih bisa ngaceng, lu pingin dapet enak berapa kali aku kasiih..”sahutku sambil mengenakan celanaku.
“Iiiihhh… dasar lelaki… ngomongnya doang… kaya mas Bonny ini, pertama anaknya disosot, terus nyokabnya digagahi pula… eh.. eh… babunyapun dihajar juga..!” kata si Sum sambil ketawa genit.
“Sialan lu… siapa suruh mengumbar memek sembarangan. Eh… Sum lu punya kontol-kontolan beli dimana lu…?”
“Oooohh.. dari nyonya, dulu Sum pacaran sama Supar tukang siomay… ketahuan nyonya, saya lagi dientot di garasi… nyonya takut Sum meteng… lalu Sum dilarang pacaran sama Supar…”
“Hubungannya ama kontol mainan itu apa..?”
“Sum bilang, kalo 3 hari nggak dientot lelaki, Sum suka pusing dan uring-uringan… terus itu dikasih mainan itu sama nyonya… lumayan bisa dipake kapan saja Sum pengen…” Celoteh Sum sambil menimang-nimang dildo pemberian tante Ida…
Tepat jam 24.00 aku balik ke ruangan Home Theatre… kulihat tubuh tante Ida masih belum berubah posisinya… benar-benar pulas tidurnya, Aku duduk di sofa sambil menikmati Coca cola kaleng yang aku bawa dari bawah… duduk di ruangan ini aku jadi inget waktu hubungan aku ama Cara lagi hot-hotnya… di ruangan ini pula pertama kali aku setubuhin tubuh montok Cara… setelah kena aku bo’ongin…aku inget itu setelah 2 minggu aku resmi macarin do’i…
“Beb… nonton VCD aja yuuk… aku baru dapet kiriman dari Anto’ temen aku yang di Amrik…” Setelah hampir 2 jam ngobrol berdua di ruang tamu.
“Ah elo, udah bosen ya ngobrol ama aku? ditonton di rumah kenapa..?” Sahut Cara sengit.
“Cara, karena aku pengin nonton berdua ama lu… aku rasa lu juga suka…”
“Iiih sok tau deeh… emang lu tau film kesukaan aku….? ayyooo deh sayyyaangg… gitu aja ngambek..” Cara bangkit dari duduknya sambil merapikan blouse dan roknya yang sempat aku bikin lecek saat session peluk, remas dan cium selama setengah jam… yang akhirnya bikin aku horny berat berkepanjangan…
Udah aku niatin bahwa malam ini, aku harus bisa meranjangkan Cara… bosen aja lebih sepuluh malem aku dibikin horny lewat peluk, cium dan remasan-remasan di ruang tamu rumahnya… nggak tuntas friend… kalo nggak nyokabnya lewat, si Sum sambil nyeletuk jorok…
“Oooh my God… lu tau aja Bon film kesukaan aku…” bisik Cara yang duduk di sebelah aku.. setelah seperempat jam film terputar…
“Itu salah satu bentuk perhatian aku ke orang yang aku sayang…” sahutku spontan… padahal sungguh mati tau juga enggak kalo Cara suka film-film yang agak jorok, seperti film VCD yang aku pinjem dari Tedjo temen aku.
“Cuma aku nggak tau kenapa lu suka dengan film begini Beb..?” tanya aku lembut.
“Karena aku kepengin jadi cewek dalam film itu..” jawab Cara dengan suara mendesah, aku menangkap nyala gairah dalam kerling matanya yang sekejap menyambar mata aku… aku tangkap isyarat itu… aku peluk tubuh Cara dengan lembut…” Aku akan mewujudkan apa yang lu pingin…” Sahutan aku segera disambutnya dengan ciuman bibir yang hangat… bibir kami berpagutan dengan gairah yang mulai menggelegak, lidah dalam rongga mulut kami saling belit dengan liar… aku rasain desah nafas Cara mulai tak beraturan,
tangan aku mulai gerayangan masuk kebalik blouse Cara, tubuh sintal Cara menggeliat dan mendesah lirih ketika tangan aku mengelus kulit pinggangnya dan bergerak menggelitik punggungnya, kembali tubuh sintal ini menggeliat resah mendesak ketubuh aku disertai remasan gemas pada otot punggung aku… aku ngerasain kekenyalan payudara montok gadis berdarah Menado ini… sekali sentil lepaslah kaitan BH berukuran 36B di punggung Cara…
“Oooohhh… Boonnyy…” desahnya lirih dengan mata setengah terpejam
“Sayaangg…” sahut aku pendek
“Lu bandel…” katanya sambil merenggut T-shirt aku lepas dari tubuh… dan aku juga ngelakuin hal yang sama…. mata aku nanar ngeliat kemulusan tubuh atas Cara yang baru kali ini aku liat seutuhnya, payudaranya yang montok nampak mengkal mengeras dengan puting susu berwarna merah tua tampak mencuat ke depan… Gila bener aku ga’ sabar friend… aku sosot aja langsung puting susunya sebelah kiri….aku mainin lidah aku disitu.
“Ooooww.. my god… Bonnny lu emaaangg bandelll…” tubuhnya menggerinjal keras. posisi tubuh Cara kini duduk mengangkang di pangkuan aku, saling berhadapan… Tubuh indah Cara hanya terbalut CD mini berwarna hitam… ooo… friend tangan aku kaya nggak bosen ngeremesin payudara indah Cara yang sangat montok dan kenyal bak karet…
aku yakin ekspresi wajah Cara menunjukkan rasa kenikmatan… dan aku juga yakin do’i pasti suka… sebaliknya dengan liar do’i membalas dengan ciuman-ciuman yang variatif pada leher dan muka aku… dada bidang aku tak lepas dari remasan atau lebih tepatnya cakaran jari jari lentik berkuku panjang itu.. nafas betinanya mendengus tak beraturan…
Tangan aku mulai merayap ke balik CD hitamnya dan aku remasi pantat besarnya yang terus di goser-goserkan ke tubuh aku… aku temuin lubang anusnya… sejenak aku elus-elus dan bergerak lagi sedikit aku ketemu sekumpulan rambut halus yang lumayan lebat… jari aku menerobos rerimbunan rambut kemaluan Cara… sampai aku temuin belahan bibir vaginanya… ternyata udah basah licin…jari aku bergerak menggelitik syaraf-syaraf perasa pada kulit bagian ini.
“Booonnny.!! terusin…!!! sayannnnggg aku pengin tuntasin hasrat ini…” suara Cara bergetaran parau merespon aksi jari aku di selangkangannya. Aku rebahin telentang tubuh Cara diatas sofa hitam Cara pasrah ketika CD hitamnya aku lepas, waoow..
Manakala sepasang kaki panjangnya direntang lebar… mempertontonkan bibir vagina yang merah basah dikelilingi rambut kemaluan yang rimbun terpotong rapi… tanpa banyak cincong kusosot pangkal selangkangan indah itu, aku mainin tarian lidah di antara bibir vagina yang beraroma khas…
“Sssss…hhhoooo..! ” pinggul besar itu bergerak gemulai menyesuaikan dengan tarian lidah aku, diiringi rintih dan desah yang menggambarkan kenikmatan birahi seorang wanita, lidah aku menari lincah membesut liar klitoris yang kian membesar dan mengeras…
Jari tengah aku menyelinap diantara bibir vagina dan langsung memasuki lorong berlendir licin… Cara mendesah panjang manakala jari tengahku yang panjang dengan nakalnya menggelitik dinding liang cintanya…. tangannya menggapai selangkanganku yang sudah menggembung, akibat desakan kemaluanku
“Booonnyy… aku pingin punya lu… iiihhh… keras banget… gede nggak Bonn…?” sambil ngoceh nggak jelas, Cara dengan cekatan berhasil menelanjangi aku, posisi kita menjadi 69, kembali aku dengar teriakan kagum dari Cara yang kini aku yakin sedang berhadapan dengan to’ol aku yang panjang maksimumnya 18cm dengan diameter 5.5cm.
“Gilaaaa… baru kali ini aku temuin musuh seseram ini… aku suka Bonnn…. aku nggak sabar pengin segera ngerasain, yang segede lu punya.. iiihh keras lagi” kata Cara dengan suara mendesis bernada kagum, ooow maak.! batang kemaluan aku dihajar bibir indah yang rada dower milik Cara, lidahnya dengan lincah menjelajahi area selangkangan aku, bahkan dubur aku nggak luput dari aksi lidahnya yang liar dan nakal… dalam posisi 69 ini, serangan balikku tak kalah galak… klitorisnya kukenyut-kenyut dan kuoles-oles lembut dengan sapuan lidahku… sementara jari tengahku menjelajahi liang becek menggelitik syaraf-syaraf birahi di seputar dinding liang sanggamanya…
“sssh.. sss ampuun Boonn…! ooowww aku nggak tahan… hh hh.. aku pengen… orgasme dengan si bongsor ini…” seru Cara dengan suara gemetaran, aku belum jawab, Cara sudah merubah posisi.. Do’i rebah telentang di sofa dengan sepasang kaki panjangnya terentang lebar, mempertontonkan anatomi rahasianya…
Sepasang bibir vagina yang merah basah menggembung gemuk, bergerak kembang kempis menanti mangsa, dikelilingi rambut-rambut halus yang lumayan lebat… matanya yang agak sipit menatap aku dengan tajam penuh ketidak sabaran…bibirnya yang dower seksi monyong-monyong seakan memprotes aku yang lelet..
“Booonn… hhh…hhh… ayo sayaaangg.. lu juga bakal aku kasih nikmatnya olah cinta aku… mmm…ooohh…” suaranya mendesah dan mendesis, sambil jari-jari tangan kirinya mengelusi kadang menjebirkan bibir vaginanya yang sedower bibir atasnya…
Dengan gaya yang sangat cool aku berlutut diantara pangkal pahanya… aku remas sepasang payudara montoknya dengan dua tangan… cewek Fak. Ekonomi setahun di bawah aku ini mengeram resah… hhmmm sepasang kaki panjangnya bergerak menjepit pinggangku , sehingga bibir vaginanya yang licin menempel erat ke batang kemaluanku yang mengacung galak… kemudian dibesot-besotkannya belahan bibir vaginanya yang basah dengan liarnya… matanya tampak mengerinyit kesal.
“Bonny lu nakal banget siiih…” protesnya
“Aku suka ngeliat cewek yang nggak ketahanan nafsunya… bikin aku tambah terangsang..” sahut aku kalem, sambil mata aku menatap matanya penuh arti.. kepala batang kemaluan aku yang mirip topi baja itu aku oles-olesin di sepanjang belahan bibir vagina Cara sampai menyentuh klitorisnya yang mengintip malu-malu, disambut desah resah, pinggul montoknya yang terus bergerak, bergoyang dan menggeol gemulai oooh merangsang sekali,
Wajah gemasnya terpancar jelas lewat sinar matanya yang agak sipit… ekspresi bibir dowernya, kadang bibir bawahnya digigit, monyong-monyong atau meringis memperlihatkan giginya yang beradu dengan rahang mengeras… mmm…ssss kali ini aku yang nggak tahan melihat ekspresi wajah Cara yang sangat natural
Aku arahin ujung topibaja kemaluan aku ke pintu liang sanggama Cara… dan langsung aku ayun masuk, tubuh Cara menggerinjal.
“Akkhh..!” serunya tertahan, wajah Cara aku lihat meringis kesakitan dan mata sipitnya terbeliak menatap aku.
“Pelan-pelan sayaang… aku makin nggak sabar… ayo lagi..” desisnya penuh penasaran.. Aku ulangi langkah pertama tadi, dengan agak hati-hati… beberapa kali ujung topi baja kontol aku kepeleset ke samping atau kebawah.. walaupun ludahku berhamburan di pintu liang sanggama untuk membantu melicinkan jalan masuk yang sempit… beberapa kali gagal membuat Cara tambah semangat… dikangkangkannya selebar mungkin pahany a dan kedua tangannya menahan kakinya…
“Yaaa….! tekaaannnn… hoo’o…ssss.. aahhh..! Boonny tahann…” dengan ekspresi yang sulit aku ceritain.. Cara memberi aba-aba… dan aku berhenti mendorong sementara topi baja itupun amblas..aku lihat nafas Cara tersengal sengal dengan keringat mulai berhamburan membasahi tubuh mulusnya…
“Dorooongg lagi… dengan lembut saayyyaangg….ooookkkhhh..!” kembali aku bergerak dan berhenti ketika aku lihat telapak tangan kanannya membuka lebar seperti memberi kode berhenti… setengah panjang batang kemaluanku kini amblas tertanam di pusat selangkangan Cara
“Siapa takuut..?” bisik Cara… setelah beberapa saat tubuhnya tak bergerak bagaikan mati dengan nafas tersengal-sengal… matanya yang sipit menatap aku penuh tantangan… tiba-tiba aku rasain gerakan lembut seakan mengurut dan menarik batang kemaluan aku yang amblas di liang sanggama Cara… ternyata Cara menggunakan otot perutnya, membuka jalan masuk batang kemaluan aku ke dasar liang sanggamanya, aku sedikit bergetar dengan kenikmatan yang aku rasain dan akhirnya amblaslah hampir seluruh otot tegang di selangkangan aku tertelan liang cinta di pusat selangkangan Cara…
“Ayo jantan… berdansalah di atas tubuh aku..” bisik Cara sambil lidahnya yang runcing panjang menggapai daun telinga aku…dengan gerakan coba-coba kuayun lembut pinggul aku..keluar dan masuk… Cara mendesah dengan mata setengah terpejam.
“Nikmat Cara sayang..?”
“Bukan main… otot jantan lu memenuhi liang cinta aku, teruskan sayaang jangan ragu..”desah Cara dengan mata masih terpejam tampak menikmati, sambil menggerumasi rambut gondrong aku. Tarian pinggul aku, disambut desah dan desis kenikmatan disertai remasan lembut jari-jari lentik Cara pada segenap otot punggung aku, dan aku nikmatin jepitan liang sanggama yang sempit. aku tambah power dalam ayunan pinggulku…disambut rintihan manja Cara dan jepitan itupun makin nikmat aku rasakan.
“Bonny…oohh… otot jantan lu menggelitik seluruh… syaraf liang cinta aku…” mendengar respon Cara dansa aku tambah ekspresif…
“Yaaahh..! Booonny… lu galak bangeeettt… aku sukaa sayaang… yaaa… terus.. Boonnn..!”suara Cara meninggi dan aku rasakan pinggulnya mulai bergoyang bertanda otot elastis liang sanggama Cara mulai bekerja… selanjutnya gerakan tubuh kami yang menyatu semakin liar.
Pinggul aku mengayun menghantar rajaman kejam kepala batang kemaluan ke dasar liang sanggama Cara, tanpa ampun… sementara tubuh sintal di bawah tubuh aku pun menunjukkan perlawanan gigihnya, pinggul bulatnya tak hentinya bergoyang dan menggeol gemulai mengcounter serangan aku, agaknya Cara mulai mengeluarkan jurus-jurus goyang pinggul simpanannya
Dari yang rasanya kontol aku kaya dikemot-kemot mulut ompong sampe yang rasanya kontol aku dilipet-lipet didalam liang sanggamanya… pokoknya semuanya ampun deh nikmat bener… wajahnya kadang beringas menatap aku penuh dendam…
Kadang matanya menatap wajahku dan seolah mengatakan rasakan goyang pinggul aku..! kadang dengan mesra kecupan bibir dowernya menjelajahi leher dan dada aku… bahkan desahan panjang bernada putus asapun sempat keluar dari mulutnya.
“Lu… oohh… hh.. hh.. e… emang pejantan sejati Bonn… hh..uuhh…” rengek Cara menunjukkan kegeraman, mata sipitnya menatap mata aku dengan sinar mata gemas, menyusul meredanya goyang pinggul Cara yang bak pusaran angin puting beliung…
“Aku nikmatin keliaran lu sayaang…” aku perlambat ayunan pinggul aku…
“Aku yakin… lu bangsa pejantan yang tahan lama aku suka hh..hhh.. bikin aku nikmat dengan gaya yang lain Bonn…” desisnya dengan sinar mata sipitnya yang tajam, tubuh bahenol itu melepaskan diri dari himpitan aku… Tubuh indah itu berdiri mengangkang menghadap TV monitor raksasa, kedua tangannya mencengkeram erat frame besi TV monitor tsb. setelah pantat bulat itu ditunggingkan.
“C’moon honey, hajar aku dari belakang…” mata sipitnya melirik ke arah aku yang masih telentang di sofa sambil mengocok batang kemaluan aku sendiri agar terjaga kengacengannya, aku ngeliat bentuk shilhoutte tubuh Cara yang menggeol-geolkan pinggulnya di depan TV monitor yang sedang menyuguhkan gambar wajah 3 orang wanita yang sedang berebut sperma yang berhamburan dari sebatang kontol… Singkat kata denganpose itu Cara aku hajar habis-habisan, tubuhnya yang tergolong tinggi memungkinkan untuk itu, tubuhnya meliuk-liuk dengan erangan-erangan tak lagi ditahan.
“Booonnn…! Haaaa…rrgghh..! hhhhoooo… akuee..! saaaammmpeeee laaggiii… Aaaaarrrrggghh..!” Tubuh indah ini menggelejat hebat untuk ke 2 kalinya… tanpa berhenti aku hajar lebih gila lagi….nggak sampe 30 detik setelah orgasmenya yang ke tiga…
“Ooooohhh shiiit…! ammpppuuunn.. Boonn aku dapeeeeeett laggggghhhooooowww..!!!” kali ini kedua tangannya menggapai ke leher aku dan tubuhnya bergantung pada tubuh aku.. setelah tubuhnya berhenti menggelejat bak orang sekarat dengan suara seraknya melolong penuh kegemasan…
“Aku isep aja ya sayy… aku nyeraah deh… hhh.. hh” bisiknya lemah.. ditengah nafasnya yang belum beraturan… iiihh, pucet banget mukanya…apa boleh buat… malem itu peju aku berhamburan di wajah Cara….itupun tanpa sempet ngebersihin peju aku yang belepetan di wajahnya… langsung pules do’i ketiduran… ya uddeh.. aku cabut aja.
setelah aku selimutin tubuh bugil Cara cewek aku… Sambil siul-siul kecil aku turun tangga, busyeet di anak tangga ada onggokan pakaian dalem perempuan… seinget aku Cara aku telanjangin di ruang Home Theatre… sayup-sayup aku denger… busyet ga’ salah orang lagi ML… langsung aku ngendap-endap mencari sumber suara… untung tempat aku bediri agak gelap…naaahh… ketemu lu… whaaattt??? nyokapnya Cara… lagi disetubuhin laki-laki yang aku kenal karena beberapa kali ketemu di rumah ini…
“Aaaahh… Deeenn… tunggguu dooonngg..!” keluh Tante Ida dengan nada kecewa dan aku lihat laki-laki itu mencabut kontolnya dari memek Tante Ida dan semburatlah peju kental diatas perut Tante Ira banyak sekali… namun tanpa respon dari Tante Ida…
“Sooorry hh…hhh… sayaaanng Abang ngggak tahann…” kata Oom Deden dengan nafas ngos-ngosan…
“Sorry…? uuuh sebel masak udah hampir seminggu aku nggak dapet juga… udah abang coli aja di rumah…uuuuh..!!” Tante Ida meninggalkan Oom Deden yang bengong. Mata aku mengikuti langkah gemulai Tante Ida yang telanjang bulat memasuki kamar mandi …. alamak… tubuh wanita setengah baya itu ga’ kalah sama anak gadisnya….
Toketnya yang besar tampak mengkal dan masih kencang tegak, dan tubuhnyapun tampak masih singset tak berlemak…. kulihat oom Deden menyusul ke kamar mandi yang memang tak terkunci… kesempatan buat aku merat keluar rumah. Udah deh sejak saat itu Cara bagaikan tersedot magnet, lengket ama aku terus.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Agen Resmi Poker & Domino QQ Online Terpercaya Indonesia | Dengan 1 User ID Anda Bisa Main 5 Game | Fair Play 100% Tanpa Robot | PROSES CEPAT & KARTU BERSAHABAT | REAL GAMES DAN REAL MONEY |
Dengan minimal deposit Rp. 20.000 dan minimal withdraw Rp. 50.000
Kami melayani bantuan support livechat 24 jam nonstop.
Kami memberikan promo terbaru :
- bonus Deposit 3%
- bonus TO 0.5%
- bonus refferal 20%

Mari bergabung dengan kami hanya di www.mandiriqq.com dan hubungi bbm kami 2BE2B4BA

Friday, June 24, 2016

MandiriQQ - Kebersamaanku Dengan Dokter Kandungan

Kebersamaanku Dengan Dokter Kandungan

Perkenalkan nama saya Vani umur saya 19 Tahun.Aku bingung melihat ranjang tersebut karena panjang ranjang tersebut tidak sepanjang ranjang-ranjang yang biasa ada ditempat-tempat praktek dokter, panjang ranjang ini hanya sampai sebatas pantatnya saja, sehingga kedua kakinya terjuntai kebawah, Akupun melihat adanya keanehan dengan ranjang ini, dimana disamping kiri dan kanan kedua kakinya ada bantalan cekung dan letaknya lebih tinggi dari ranjangnya.



Setelah selesai mempersiapkan peralatannya, sang dokter menghampiri ranjang tersebut, melihat posisi rebahan Aku diatas ranjang, dokter itupun tersenyum simpul,
“Ibu, baru pertama kali yach datang kedokter kandungan??,” tanya sidokter tersenyum. Tanpa menunggu jawaban Aku, sang dokterpun mulai mengangkat kaki Aku satu persatu dan menempatkan dibantalan cekung yang berada disamping kiri kanan kaki Aku itu, perbuatan sidokter membuat Aku terhenyak, Aku tahu dengan posisinya dimana kedua kakinya terangkat dan terbuka lebar ini, kemaluannya akan Nampak jelas didepan sidokter, mukanyapun menjadi merah karena menahan malu, melihat Aku yang tersipu-sipu malu dan wajahnya menjadi merah, sidokter hanya tersimpul dan diapun merasa yakin sekali bahwa ini adalah kunjungan yang pertama Aku ke dokter kandungan.
“Maaf, yach, Bu,” sidokter berkata saat jari jemarinya mulai menyentuh bibir vagina Aku. “Hhmmmhh….,” Aku hanya bisa mengangguk, karena menahan malu dan perasaan yang aneh saat jari-jari sidokter menyentuh bibir vaginanya. Kedua jari tangan kiri sidokter mencoba untuk sedikit membuka lubang vagina Aku dari sebelah atas, sehingga kelentit Aku tersentuh oleh telapak tangan sidokter, sementara tangan kanan sidokter mencoba untuk memasukkan peralatan hampir seperti corong, agak lumayan lama sidokter berkutat untuk memasukkan alat itu kelubang vagina Aku, sementara Aku merasakan geli yang aneh dan nikmat saat kelentitnya tergesek-gesek oleh tangan sidokter, akibatnya gelora birahi Aku mulai bangkit, memeknya mulai basah. “Ouugghhh…..ssshhhh,” Aku menjerit lirih saat merasakan alat yang seperti corong berdiameter 3cm terbenam di dalam lubang senggamanya, pantatnya terangkat sedikit, kedua tangannya mencengkram pinggiran ranjang dengan erat.
“Maaf..bu.!! sakit…!! Tahan sebentar yach, saya akan mulai memasang spiralnya,” kata sidokter. Si dokter merasa heran dengan kondisi lubang vagina Aku yang masih sempit ini, dalam hatinya ia berkata, “gila nich ibu, udah keluar satu anak, tapi masih sempit begini, sepertinya juga jarang dipakai oleh suaminya,”, sambil tangannya memijat-mijat pelan kedua belah bibir vagina Aku dengan tujuan untuk membuat rileks otot-otot vagina Aku, saat ia sedang memijat-mijat itu dari corong kacanya itu ia melihat lubang vagina Aku yang berwarna merah muda itu berkedut-kedut, belum pernah selama ia praktek melhat kejadian ini, karena sudah berpengalaman ia mengetahui bahwa tebakannya itu betul, memek Aku jarang dipakai oleh suaminya, karena hanya dengan alat yang teronggok diam saja memek Aku sudah basah.
“Hhhhmmmm…sssshhhh….hhhmmmm…..ssshhhh..” Aku merintih lirih menikmati pijatan-pijatan lembut dibibir vaginanya dan merasakan sumpalan alat dilubang senggamanya. Mendengar lirihan Aku, sidokter semakin yakin dengan tebakannya itu, dalam hatinya membatin,
”kalau kuentot mau tidak yach ini ibu???, atau malah nanti dia marah??..” Setelah melihat cengkraman dinding vagina Aku dialatnya mulai mengendur, sidokterpun mulai mengambil spiral berbentuk T dan penjepitnya, lalu melalui corong tadi ia mulai memasukkan spiral tersebut menggunakan penjepit, karena corong itu terbuat dari kaca ia bisa melihat keadaan didalam lubang vagina Aku, setelah tepat disasaran, iapun sedikit menekan penjepitnya kemudian ia melepaskan jepitan di spiral tersebut dan menarik keluar jepitannya, sambil memegangi kedua bibir vagina Aku, sidokter memastikan spiral tersebut terpasang dengan benar, kemudian dengan perlahan-lahan corong itu ia tarik keluar dari lubang vagina Aku, gesekan yang ditimbulkannya membuat Aku mengerang lirih. Setelah terlepas, sidokter kembali memijat-mijat vagina Aku, sebetulnya pijatan-pijatan itu tidak perlu dilakukan, dan belum pernah ia lakukan selama ia praktek, saat ini ia lakukan karena ia terangsang dengan bentuk vagina Aku, dalam hatinya ia juga merasa heran kenapa saat ini ia terangsang ingin melakukan persetubuhan dengan pasiennya. Aku sendiri yang dari tadi birahinya sudah bergejolak, merasakan pijatan-pijatan lembut yang saat ini sedang dilakukan oleh sang dokter semakin membuat birahinya membara, erangan-erangannya semakin sering terdengar, tubuhnyapun menggelinjang-gelinjang karena geli dan nikmat.
“Oh..baru pijatan tangannya saja sudah membuatku melayang-layang, apalagi kalau dia sodok aku dengan kontolnya, Oh gila betul rangsangan ini,” Aku berkata dalam hatinya. Tangan Aku yang tadi sedang mencengkram ranjang mulai beralih kepayudaranya sendiri, dari balik jubahnya iapun mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya, merasa kurang puas karena terhalang oleh BH dan jubah yang masih menutupi tubuhnya, Aku kemudian melucuti semuanya sehingga sekarang Aku telanjang bulat didepan sang dokter, tangannya kembali meremas-remas kedua bukit kembarnya itu, mulutnya mendesis-desis menandakan Aku sedang menikmati semua itu. Sang Dokter yang melihat aksi Aku melucuti jubah dan Bhnya serta aksi remasan tangan Aku dikedua bukit kembarnya itu tersenyum simpul,
“nampaknya ia mulai terangsang dengan pijatan-pijatanku,”, lalu tanpa menghentikan pijatannya, ia pun mulai menciumi kelentit Aku yang mulai terlihat dan mengeras, tidak hanya diciumi saja, tapi ia jilati dan hisap-hisap kelentit Aku yang membuat Aku semakin menggelinjang merasakan kenikmatan permainan lidah sidokter, aksi sidokter semakin menggila, jari tengah salah satu tangan yang sedang memijat-mijat itu mulai menerobos lubang kenikmatan Aku, dengan gerakan perlahan-lahan sidokter mulai mengeluar-masukkan jari tangannya itu, akibatnya lubang vagina Aku semakin basah, erangan-erangan Akupun semakin sering terdengar. Pantatnya semakin sering terangkat seolah menyambut sodokan jari tangan sidokter, kepalanya bergoyang kekiri kekanan, tubuhnya kadang-kadang melenting, Aku betul-betul menikmati serangan-serangan sang dokter dikemaluannya. “Ouughhhh….dddoookkk….eenaaaakkk…aakhhuuu…mau..kel luaarr…ssshhh…aagghhhh..”Aku merintih-rintih kenikmatan. Ssssrr……ssssrrrr….ssssrrrr…… memek Aku memuntahkan lahar kenikmatannya. Tubuh Aku mengejang, sang dokter merasakan hangatnya air kenikmatan Aku yang membasahi jari tangannya.
“Enak, Bu!!,” tanya sidokter.
“Iyaachh…”Aku menjawab dengan nafas yang masih tersengal-sengal, matanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja ia rengkuh. Tanpa buang waktu lebih lama lagi, sang dokterpun mulai melucuti seluruh pakaiannya, sehingga sekarang iapun telanjang bulat, Nampak kontolnya sudah berdiri dengan tegak, ukurannya lumayan besar dan panjang, diapun mulai mengelus-eluskan kontolnya dibibir vagina Aku, membuat Aku menggelinjang, dengan pelan-pelan sang dokterpun menyelipkan kepala kontolnya di lubang memek Aku, setelah merasa tepat disasaran sang dokterpun mulai melesakkan kontolnya kedalam lubang memek Aku, setahap demi setahap. Sleeepp….bleeessss….bleessss….. jalantol sang dokter mulai terbenam seluruhnya dalam lubang kemaluan Aku, Aku yang merasakan jalantol dokter itu mulai memasuki lubang senggamanya, mendesis lirih. Hatinya membatin,
”lumayan besar juga kontolnya, tapi tidak sebesar punyanya pak Sugito”. “Ssshhh….aaaaghhhh..dook…kontolmu besar juga…. sssshhhh….puaskan aku dengan kontolmu ssshhhh…”desis Aku. Dengan perlahan-lahan Sang dokter mulai mengeluar-masukkan kontolnya didalam lubang senggama Aku, kedua tangannya berpegangan dipaha Aku, lama-lama gerakan maju-mundur sang dokter semakin cepat, keringatpun mulai mengalir dikedua tubuh mereka, udara dingin didalam ruangan praktek karena AC tidak menghalangi keluarnya keringat mereka. Erangan Aku dan sang dokter semakin terdengar, lenguhan-lenguhan nikmat keluar dari kedua mulut mereka. “Ouughhh…dookkk…teeruusss…ssooddokkk .memekkuuuu…dengaaannn kkonttolmu..ituuu… aaaggghhhh…” Aku mengerang kenikmatan menikmati sodokan jalantol sang dokter di lubang senggamanya. “Hhhhmmmm…aaaaghhh…memekmuuu…benaaarr-benaar..sseeemmpitt enaaakkk… oouughhh … koontooolllkuuu…teerjeppiitt…bbeetulll…
“ Sang Dokterpun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding vagina Aku dibatang kontolnya.. “Teekkaaannn…lebih daaalllaamm…dookk.. yaaahh..begituu..ssshhhhh…oouughhh…,” rintih Aku meminta sang dokter untuk menekan lebih dalam, yang dituruti oleh sang dokter, dengan hentakan-hentakan yang lebih dalam, hingga kontolnya terbenam sampai pangkalnya saat sang dokter mendorong masuk kontolnya. Tak lama kemudian nampak gerakan sang dokter bertambah cepat dan mulai tak beraturan, sementara itu tubuh Akupun semakin sering terlihat melenting dan pantatnya semakin sering terangkat berbarengan dengan sodokan jalantol sang dokter, lenguhan dan erangan mereka bertambah kencang terdengar dan saling bersahutan, nampaknya kedua insan ini akan merengkuh puncak kenikmatan persetubuhan mereka.
“Ouughhh…doookkk…aaaakkkkuuu…kkeeelluuarrr,” Aku mengerang tubuhnya melenting. “Akkkhhuuu…juuggaaa…mmaaauuu….ooouugghhhh..” sang dokterpun melenguh, dan menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang senggama Aku, lalu terdiam. Creeetttt…..ssssrrrr…..ccrreeeettt…..ssssrrrr….. Kedua kemaluan mereka akhirnya memuntahkan lahar kenikmatan berbarengan, sand dokter merasakan batang kontolnya tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Aku dan ia juga merasakan dinding vagina Aku berkedut-kedut meremas-remas batang kontolnya, Aku sendiri merasakan dinding rahimnya tersemprot oleh cairan hangat sperma sang dokter dan Aku sendiri merasakan pada dinding vaginanya batang jalantol sang dokter berdenyut-denyut. Kemudian sang dokter mencabut batang kontolnya dari jepitan vagina Aku setelah ia merasakan remasan-remasan dinding vagina Aku berhenti dan kontolnya mulai mengecil, saat kontolnya tercabut dari lubang kenikmatan Aku, terlihat olehnya cairan spermanya bercampur dengan lend*r kenikmatan Aku mulai mengalir perlahan dan menetes jatuh keatas lantai. Setelah nafas mereka kembali normal, mereka mengenakan pakaian mereka kembali, kemudian sang dokter memberi tahu Aku bahwa spiral yang ia pasang itu bisa bertahan untuk 5 tahun, tetapi alangkah bagusnya setiap 3-6 bulan sekali harus diperiksa, untuk memastikan letaknya tidak berubah atau lebih parahnya terlepas. Aku mengangguk tanda mengerti dalam hati Aku berkata ,
”pasti aku akan balik lagi, untuk menikmati sodokan-sodokan kontolmu lagi,” Sebelumpulang Aku bertanya berapa biaya yang harus dibayar olehnya, yang dijawab oleh dokter itu dengan senyuman dan kecupan ringan dibibir Aku, gratis!!! bisiknya Akupun pulang dengan tersenyum simpul, dalam hatinya ia membatin bertambah satu lagi koleksi jalantol yang bisa membuat puasku, yang bisa menghilangkan dahaga batinku. Dan sekarang ia tidak akan takut hamil bila melakukan persetubuhan dengan siapapun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



 MandiriQQ.com - Agen Poker Domino QQ Online Terpercaya

* 6 GAMES dalam 1 USER ID
* Minimal DP 20.000 dan WD 50.000
* Bonus Deposit 3% setiap harinya
* Bonus TurnOver 0.5% - 0.8% setiap hari Senin
* Bonus Referral 20%
* Player VS Player
* 5 Support Bank
* Hadir dalam versi Android, Iphone & Ipad

Untuk layanan CS dan pendaftaran hubungi BBM kami : 2BE2B4BA dan livechat : www.mandiriqq.com

Thursday, June 23, 2016

MandiriQQ - Perkenalanku dari SMS

MandiriQQ - Perkenalanku dari SMS

 Awal Juni 2011, sy mendapat tugas keluar kota. Setelah melakukan perjalanan udara hampir tiga jam dari Jakarta, akhirnya sy sampai di salah satu kota di Pulau Sumatera. Di bandara, sy sudah ditunggu tiga orang: dua lelaki, satu wanita. Kami lalu saling berjabat tangan, masing-masing memperkenalkan diri. Lelaki gendut itu namanya Pak Edy. Lelaki satunya bernama Pak Asiong. Terus yg wanita namanya Ibu Nikki. Oh iya, ini memang kali pertama sy bertemu muka dengan mereka. Sejenak kami ngobrol basa basi di area bandara.


Selang sepuluh menit, mobil penjemput membawa sy ke sebuah rumah makan ternama di kota itu. Perjalanan dari bandara ke rumah makan kurang lebih memakan waktu 30 menit. Di sela makan siang itu, Pak Asiong dan Pak Edy menceritakan banyak hal tentang kota yg sy singgahi. Sementara Ibu Nikki yg usianya sekitar 33 tahun tidak banyak bicara. Sesekali wanita itu hanya mencuri pandang. Namun sy kurang terlalu peduli.

Makan siang usai. Para penjemput mengajak sy keliling kota. Sy duduk dijok depan bersama Pak Edy. Di dalam mobil, Pak Asiong dan Pak Edy malah yg lebih sering nyerocos. Sedangkan Ibu Nikki tidak banyak ngomong. Paling sesekali saja dia ikut nyeletuk (nimbrung). Menjelang sore, kami menuju hotel. Pak Asiong memesan dua kamar.

“Satu kamar untuk Mas Tam dan Pak Edy, satu kamar lagi untuk Bu Nikki. Kamarnya berdekatan, kok,” kata Pak Asiong sambil membagi kunci kamar hotel.
“Loh, Pak Asiong nggak nginap di sini?” tanya sy.
“Nggak. Nanti sy tidur di rumah saja. Ada tugas kantor yg harus sy selesaikan malam ini. Kalo Mas Tam butuh sesuatu, Pak Edy dan Bu Nikki siap membantu. Sy sudah tugaskan kepada kedua orang itu,” ujar Pak Asiong. Pak Edy dan Bu Nikki menganggukan kepala secara bersamaan sebagai tanda siap. “Oh iya, biar nanti koordinasinya mudah, silakan Mas Tam catat nomor ponsel Bu Nikki,” lanjut Pak Asiong.
“Siap, Pak Asiong!” balas sy. Tak berapa lama, Pak Asiong pun pamit. Sy, Pak Edy dan Bu Nikki lalu masuk kamar hotel. Jarum jam di kamar hotel menunjuk angka 22.00 WIB. Pak Edy sudah terkapar lebih dulu di atas kasur. Tidurnya pulas sekali sampai ngorok (mendengkur). Dia mungkin sangat kecapekan. Maklum, sejak siang dia yang nyetir mobil. Sementara sy masih menonton televisi. Mata sy belum ngantuk. Padahal, sy juga letih. Tiba-tiba ponsel sy berdering.

“Malam Pak Tam…Bagaimana istirahatnya, nyaman kah? Maaf jika mengganggu” Tertulis nama Bu Nikki sebagai pengirim SMS.
“Malam juga Bu Nikki…Lumayanlah, nyaman juga. Tapi lebih nyaman lagi kalo ada perempuan yg mau mijitin dan nemenin sy….hehehe” balas sy.
“Oh….gitu yah. Apa perlu sy carikan, Pak? Biar sy tanya dulu ke petugas atau security hotel.” Bu Nikki membalas SMS sy.
“Silakan saja kalo ada…hehe ” jawab sy.

Sekitar sepuluh menit berselang, SMS baru masuk keponsel sy. “Maaf Pak Tam, hotel ini tidak menyediakan tukan pijat perempuan. Adanya tukang pijat laki-laki. Apa Pak Tam mau?”
“Kalo yg mijit laki-laki, sebaiknya sy tidur saja….hehehe” balas sy.
“Hehe iya yah Pak Tam. Sayangnya sy juga tidak bisa mijit…hehe” kata Bu Nikki dalam SMS-nya.
“Ya sudah, nggak apa-apa. Makasih ya, Bu Nikki.”
“Sama-sama, Pak Tam. Selamat beristirahat.”

Malam kian larut. Jarum jam menunjuk angka 23.30 WIB. Rasa kantuk belum mendekap sy. Sy masih asyik nonton televisi. Ponsel sy kembali bunyi. Satu SMS masuk dari Bu Nikki.
“Apa Pak Tam sudah tidur? Sy nggak bisa tidur.”
“Belum. Kenapa, Bu?” tanya sy, datar saja.
“Nggak apa-apa kok, Pak. Sy lg butuh temen ngobrol saja. Eh, apa Pak Edy sudah tidur?”
“Sudah, sejak jam 22.00 WIB tadi.”
“Oh…Pak Tam lagi ngapain?”
“Sy masih nonton tv sembari rebahan. Ini filmnya lg hot…seru & panas! Hehe. Bu Nikki lg ngapain?”
“Sama, Pak. Sy juga lg nonton film hot. Chanelnya yg luar negeri itu ya, Pak?”
“Iya.” Balas sy, singkat.

“Ah, andai saja ada lelaki yg nemenin sy nonton, pasti bakal lebih ‘seru’ lagi tuh hehe Apalagi skrng sy cuma pake selimut. Seluruh pakaian, termasuk pakaian dalam, udah sy lepas semua…hihihi” Tanpa sy duga, Bu Nikki berani SMS begitu.
“Waw! Bu Nikki serius?” Mendadak pikiran sy mulai ngeres. (Ah, dasar lelaki! Hehehe)
“Iya, Pak. Sy serius! Kalo Pak Tam pengen bukti, silakan datang sendiri ke kamar sy. Sy tunggu loh, Pak…”

Sy masih belum percaya. “Kalo skrng sy datang ke kamar Bu Nikki, terus sy mau diapain? Hayoooo….hehehe”
“Ya terserah, Pak Tam saja apa maunya. Mau lihat boleh, pegang juga boleh, kok.”
“Hahahaha…” Sy ngakak. Sy pikir Bu Nikki sedang becanda.
“Kok ketawa seh, Pak. Sy serius. Bapak ke sini dong, temenin sy…” pinta Bu Nikki, kelihatan serius dari isi SMS-nya.
“Oke. Sy mau ke kamar Ibu dengan dua syarat. Pertama, sy ke kamar Ibu hanya untuk minta yg enak-enak saja. Kedua, Bu Nikki tidak usah menceritakan ke siapapun bila di kamar Ibu terjadi ‘sesuatu’. Deal?” sy mengajukan penawaran.
“Ok, setuju. Sy tunggu kedatangan Pak Tam, secepatnya yah.” Jawabnya.

Tanpa pikir panjang, sy segera bergegas ke kamar Bu Nikki. Kebetulan lorong hotel sudah sepi. Aman, pikir sy. Sy kemudian mengetuk pintu. Selang beberapa detik, Bu Nikki membuka pintu. Dia mematung di depan pintu. Tubuhnya dibalut selimut merah. Rambut panjangnya terurai. Sejenak kami sama-sama terdiam, lalu tersenyum.

“Silakan masuk, Pak,” ajak Bu Nikki.
Sy melangkah masuk, lantas duduk di atas kasur. Setelah mengunci pintu, Bu Nikki meninggikan suara tv, kemudian duduk dihadapan sy. Lagi-lagi kami hanya bisa senyum, saling berpandangan. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut sy maupun dari mulut Bu Nikki.

Tiba-tiba saja kedua tangan sy refleks melepas selimut yg melilit tubuhnya. Bu Nikki tersenyum, matanya tajam menatap sy. Tanpa menunggu komando, kami langsung berciuman. Tangan kanan sy mulai nakal. Payudara Bu Nikki sy remas-remas secara perlahan. Bu Nikki mendesah pelan. Tangan kanannya spontan mengelus-elus kemaluan sy.

Sy semakin berani. Dua payudaranya sy hisap. Tangan sy mulai menyentuh kemaluannya. Sy ciumi perutnya hingga sy ciumi vaginanya. Vaginanya terus sy jilati. Wow…Bu Nikki meracau. Desahannya membuat nafsu seks sy kian menggila. Sy mencium

“Masukin dong, Pak. Sy sudah nggak tahan neh…” katanya.
Langsung sy rebahkan Bu Nikki. Sy jilati lagi kemaluannya. Payudaranya sy remas-remas. Napasnya semakin tak beraturan. Segera sy arahkan kemaluan sy ke kemaluannya. Blesssss…sy menggenjotnya beberapa kali. Sesekali tangan sy meremas payudaranya. Mulut sy pun ikut mengisap teteknya. Bu Nikki mengerang. Sy bener-bener menikmatinya.

Tak berapa lama, kami mengubah posisi. Bu Nikki di atas. Goyangan Bu Nikki membuat sy semakin liar. Sy mendekap tubuhnya, erat sekali. Kedua payudaranya terus sy hisap secara bergantian. Bu Nikki mempercepat gerakannya. Ah ah ah…Rupanya Bu Nikki mencapai orgasme. Tubuhnya menggelinjang hebat di atas tubuh sy. Sy pun rasanya semakin mendekati puncak kenikmatan. Giliran sy yg mempercepat aksi. Dan akhirnya sy mengeluarkan sperma di dalam kemaluannya. Aaaaaahhhhh…Seketika sy bener-bener terkapar. Lama sekali kami saling berpelukan. Sy tak henti-henti menciumnya.Setelah tenaga kami mulai terkumpul kembali, kami bangun, duduk sejenak, kemudian sama-sama berdiri. Sy memeluk dan menciumnya sebelum sy kembali ke kamar. Bu Nikki terlihat puas, bahagia. Tentu sy pun tak kalah senangnya. Sy lalu pamitan. Begitu sy sampai kamar, SMS dari Bu Nikki masuk.

“Pak Tam luar biasa. Makasih yah. Tapi sejujurnya sy sedih, karena Pak Tam besok sore harus kembali ke Jakarta. Lain kali kalo Pak Tam datang ke kota ini, jangan lupa kontak sy. Nanti kalo sy ke Jakarta, sy juga pasti ngontak Pak Tam. Oke? Selamat istirahat, Pak.”
“Siap. Mksh juga yah. Selamat rehat, Bu Nikki.” Balas sy.
bibirnya lagi. Kami berpagutan. Lama sekali.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




MandiriQQ.com - Agen Poker Domino QQ Online Terpercaya

* 6 GAMES dalam 1 USER ID
* Minimal DP 20.000 dan WD 50.000
* Bonus Deposit 3% setiap harinya
* Bonus TurnOver 0.5% - 0.8% setiap hari Senin
* Bonus Referral 20%
* Player VS Player
* 5 Support Bank
* Hadir dalam versi Android, Iphone & Ipad

Untuk layanan CS dan pendaftaran hubungi BBM kami : 2BE2B4BA dan livechat : www.mandiriqq.com

Sunday, June 19, 2016

MandiriQQ - Ayahku Yang Butuh Kehangatan

MandiriQQ - Ayahku Yang Butuh Kehangatan

Sebut saja aku Nikki, wanita berusia 18 tahun, sudah menikah dan sedang hamil 8 bulan. Aku berani menceritakan kisahku setelah Jimmy (60), ayah kandungku diamankan polisi lima bulan lalu, setelah sempat digebuki Mas Syahputra (25), suamiku.Sebagai wanita yang tumbuh ditengah keluarga miskin dilingkungan pesisir, aku terbiasa hidup dan kerja keras membantu orangtuaku yang nelayan. Kampung kami di pulau L (Edited ***) agak jauh dari kota dan seperti terisolir membuat tatanan kehidupan bermasyarakat disana kurang terbuka, aku pun tumbuh menjadi gadis kurang pergaulan.




Sejak berusia 11 tahun, ayah dan ibuku bercerai. Ibu kawin lagi dengan lelaki idamannya membawa Fery, adikku. Mereka pun tinggal di kota, dirumah barunya. Sejak itu pula aku hidup berJimmya ayahku dirumah kami dikampung pesisir itu, karena Anto dan Santi, kedua kakakku sudah merantau kepulau seberang.
Kehidupanku berJimmya ayah berjalan wajar. Untuk makan sehari-hari, ayah masih sanggup mencari nafkah sebagai nelayan, sedangkan aku turut membantu bibi berjualan dipasar. Hingga aku menginjak usia 17 tahun, dan tumbuh menjadi gadis yang kata masyarakat kampungku aku lumayan cantik. Diusia itu aku disunting Mas Syahputra, anak lelaki bibiku.

“Kamu sudah dewasa nak, setelah menikah nanti jadilah istri yang taat kepada suami. Ayah harap kamu tidak seperti ibumu yang tergiur harta kekayaan lelaki lain sehingga kamu menderita,” kata ayah setelah menerima pinangan bibi, orang tua Syahputra.
Pesta penikahan yang cukup mewah untuk ukuran kami tak membuat aku bergembira karena pikiranku tertuju iba pada ayahku yang nantinya akan sebatangkara kutinggalkan. Tapi aku pun sangat mencintai Mas Syahputra, suamiku.
Dimalam pertama kami, aku benar-benar bahagia berJimmya Mas Syahputra. Malam itulah kuserahkan semua yang kumiliki padanya, sangat berkesan bagiku.
“Aku sayang kamu Nikki..” Mas Syahputra mengecup keningku saat kami dipembaringan, usai pesta kawin kami malam itu.
“Aku juga Mas..” jawabanku tulus dan kami pun berpelukan erat.
Kecupan Mas Syahputra dikeningku terus turun ke pipi, hidung, dan selanjutnya Mas Syahputra mengecup bibirku dan mengulumnya dalam. Tangannya mulai melucuti kebaya putih yang kukenakan, menyibak bra yang kupakai, lalu menyentuh puting susuku, meremas dan mencubit kecil susuku.
“Aouhh Mass, geli Mas,” terus terang baru sekali itu aku dijamah lelaki, perasaanku bukan main takut bercampur enak.
Mas Syahputra tak peduli, bagaikan singa lapar ia kemudian melucuti seluruh kain yang melilit tubuh bawahku dan juga melepaskan seluruh pakaiannya.
“Tenang ya sayang, sakit sedikit kok.. nanti juga enak,” kata itu keluar dari bibir Mas Syahputra saat menindih tubuhku.
“Aahh mass, sakit sekali Mas,” aku agak menjerit saat benda tumpul milik Mas Syahputra mengoyak vaginaku.
Malam pertama itu Mas Syahputra menyetubuhiku dengan beringas, dan tak memberiku kesempatan untuk mencapai klimaks yang nikmat. Tapi aku pikir mungkin itulah gaya seks pria pesisir yang terbiasa hidup keras sebagai nelayan.
Meski aku bahagia hidup berJimmya suamiku, namun rasa BHakti pada ayah tak pernah kusingkirkan. Walau kami hidup beda rumah, dengan jarak 200 meter. Tetapi seringkali kubawakan ayah makanan dan minuman, biasanya tiga hari sekali. Apalagi Mas Syahputra pun menyuruhku untuk tetap memperhatikan ayahku yang mulai tua, dan jarang melaut lagi. Tapi selama itu segela sesuatunya masih berjalan lancar.
Hingga suatu siang, empat bulan setelah aku menikah, aku membawakan makanan dan minuman kerumah ayah yang letaknya agak terpisah dari rumah lainnya dikampung kami. Saat itu aku sudah hamil dua bulan.
“Ini yah, saya bawakan sayur dan ikan. Ayah nggak usah masak lagi untuk nanti malam tinggal dihangatkan saja,” kataku setiba dirumah ayah.
“Duh.. makasih ya sayang. Kamu ini benar-benar anak berBHakti,” kata ayah seraya menghampiri dan mengecup keningku.
Kupikir kecupan itu pertanda sayang seperti yang selama ini diperbuat padaku, kubiarkan saja itu dan kemudian aku ke dapur untuk memindahkan makanan dari rantang yang kubawa kepiring didapur. Ayah rupanya membuntutiku dan ikut kedapur, lalu disaat tanganku sibuk menyusun piring dimeja makan, ayah memelukku dari belakang.
“Kamu sudah hamil ya sayang,” tanya ayah Jimmybil memeluk dan memegangi perutku dari belakang.
“Iya yah, sebentar lagi saya akan kasih ayah cucu,” jawabku membiarkan ayah tetap memelukku, karena kupikir ayah sangat menyayangiku.
“Kalau mulai hamil, perutmu harus sering diusap dan dipijit pelan supaya bayinya nggak turun,” ayah berkata itu Jimmybil mengusap perutku dengan posisi tetap memelukku dari belakang.
Kubiarkan ayah melakukan itu sementara aku tetap sibuk memindahkan makanan untuk ayah.
“Si Syahputra sering mijitin kamu nggak sayang,” ayahku bertanya lagi.
“Uh ayah ini, Mas Syahputra kan kerja, pulangnya capek mana sempat mijitin saya. Bukannya saya sebagai istri yang harus mijitin dia?” kujawab ayah dan melepaskan pelukan ayah, lalu aku pindah keruangan depan.

Siang itu, seperti biasanya sebelum pulang aku sempatkan untuk ngobrol berJimmya ayahku. Selain menanyakan kebutuhan apa saja yang harus kubawakan, aku juga kerab berkeluh kesah tentang sikap mertuaku, ibu Mas Syahputra yang Jimmypai saat itu belum bisa kuakrabi sebagai menantu. Tapi siang itu ayah justru membicarakan masalah kehamilanku, masalah perawatan janin diperutku, termasuk masalah harus rajin diusap dan dipijat perutku.
“Nah.. suamimu kan nanti malam melaut, kamu datang keNikkii saja supaya ayah bisa pijitin ya,” begitu pinta ayah sebelum aku pulang.
Aku pun mengiyakan saja, soalnya biasanya Mas Syahputra pulangnya agak siang setelah melaut. Lagipula, dirumah mertua aku sering bingung mau melakukan apa, maklum mertuaku belum sreg benar kepadaku kelihatannya.
Malam itu setelah Mas Syahputra pamit melaut, aku langsung kerumah ayah. Tentu saja aku pamit ke mertua untuk menengok ayah, kataku pada mereka, ayah sedang sakit. Waktu aku datang, ayah sedang mendengarkan siaran radio Jimmybil menghisap rokok tembakau lintingan diruang tamu.
“Malam yah.. kok ngelamun sih?” sapaku Jimmybil bergelayut dilengan ayahku.
“Iya sayang, ayah lagi ingat masa muda dulu,” ayahku tetap asyik dengan rokok lintingnya.
Dari bibirnya segera meluncur secuil perjalanan hidupnya yang sebenarnya sudah sering diceritakan pada kami, anak-anaknya.
“Tuh kan ayah jadi cerita, jadi nggak nih mijitin saya? katanya sayang Jimmya cucu yang masih diperut ini?” aku merajuk menghentikan ceracau ayahku tentang hidupnya.
“Iya..iya, tapi sekarang kamu mandi dulu sana,” perintah ayahku.
Aku langsung mandi dan terus kekaNikki ayahku. Saat itu seluruh pakaianku kutanggalkan dan hanya menggunakan kain sarung milik ayah untuk menutup tubuhku. Biasanya dikampung ini, melilit tubuh dengan sarung sudah jadi tradisi tiap wanitanya.
“Sekarang berbaring diranjang itu ya sayang, ayah ambilkan minyak kepala dulu,” ayahku memandangi tubuhku dengan senyuman, lalu meninggalkanku sendirian dikaNikki, aku pun menunggunya Jimmybil berbaring diranjang. Tak lama kemudian ayah datang membawa sebotol kecil minyak kelapa.
“Memang susah anak muda sekarang, nggak perhatian Jimmya istrinya,” ayahku bicara sendiri ketika duduk ditepi ranjang.
“Iya, untung saya masih punya ayah yang perhatian ya yah,” kataku.
Tangan ayah segera menyibak kain yang kukenakan dibagian atas, sehingga susuku tanpa pembungkus bebas terlihat. Tetapi aku Jimmya sekali tak risih karena sejak kecil Jimmypai gadis pun aku sering dilihat mandi telanjang oleh ayah. JeNikkii ayah yang kasar mulai mengusapi perutku dengan minyak kelapa, sesekali tangannya memijit bagian perutku.
“Tuh kan? Posisi bayimu agak turun, kamu sering merasa sakit ya?” ayah bertanya Jimmybil tangannya terus memijiti perutku.
“He-eh yah.., sering capek juga kakinya,” jawabku menikmati pijitan ayah.
“Ya sudah, nanti ayah pijitin seluruh badanmu ya,” ayah mengatakan itu, lalu pijitannya pindah kebetisku, pijatannya bergantian betis dan perut.
Jimmybil dipijit, aku dan ayah tetap ngobrol, mulai masalah harga ikan yang sedang turun, Jimmypai masalah masa lalu ayah dengan ibuku.
“Uhh.. sakit yah,” aku agak berteriak saat merasakan sakit dibagian perut saat tangan ayah memijit.
Ayah menghentikan pijitannya, tetapi tangannya tetap berada diatas perutku.
“Ini ya yang sakit Nikki? Wah.. ini bisa bahaya, kalau dibiarkan nanti anakmu bisa cacat lho kalau lahir,” kata ayah dengan raut wajah serius.
“Cacat? Jadi gimana dong yah, Nikki nggak mau punya anak cacat,” aku takut sekali waktu itu, takut menanggung malu jika kelak melahirkan anak yang tak normal.
Ayah tak langsung menjawab pertanyaanku, ia kelihatan sedang berpikir, tapi kemudian tersenyum.
“Bisa kok ayah obatin, tapi ayah harus siapin obatnya dulu ya,” ayah kemudian meninggalkanku sendirian dalam kaNikki. Tak lama ayah datang lagi dan membawa baskom plastik berisi air dan beberapa kembang kenanga.
Ayah kemudian menjelaskan padaku bahwa ia akan mengobati kehamilanku dengan pengobatan tradisional.
“Tapi ayah harus masukan air kembang ini kedalam rahimmu sayang, kamu bisa tahan sakit sedikit kan?” ayah mengatakan itu dengan sangat meyakinkan.
Semula aku ragu, apalagi ayah bilang kalau dia akan memasukan air kembang itu dengan cara menyemburkannya divaginaku. Tetapi keraguanku pupus setelah ayah berkali-kali meyakinkanku. Jimmypai sekarang pun aku tak tahu pasti apa kata ayahku itu benar atau hanya sekedar akal bulusnya saja. Tetapi yang jelas, saat itu aku menurut saja ketika ayah menyingkap sarung yang kukenakan dibagian bawah dan meminta aku mengangkangkan kaki dalam posisi terlipat, seperti posisi wanita yang hendak
bersenggama dengan lelaki. Ayah sendiri naik keranjang dengan posisi bersimpuh dihadapan kangkangan kakiku. Terus terang aku malu dan kikuk menyadari betapa vaginaku terpampang jelas tanpa penghalang didepan mata ayahku.

“Kamu tenang saja ya sayang, tidak lama kok,” katanya, lalu meneguk air kembang dalam baskom dan menampung dalam mulutnya yeng menggelembung.
Aku sangat penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya, apalagi saat kepala ayah mulai merunduk melewati dua pahaku, mendekati vaginaku yang tak terbungkus CD. Beberapa detik kemudian kurasakan dingin mejalar dipermukaan kemaluanku, rupanya ayah sudah menyemburkan air dalam mulutnya tepat kevaginaku. Yang kurasakan selain dinginnya air kembang, juga perasaan geli dibagian vitalku. Ayah mengulangi lagi meneguk air itu dan menyemburkan ke vaginaku, beberapa kali. Hal itu menimbulkan perasaan tak menentu padaku, geli, dingin bercampur enak.
“Gimana Nikki, sudah agak membaik rasa sakitnya?” ayah bertanya padaku.
Namun belum sempat kujawab tangan kanan ayah tiba-tiba membelai vaginaku.
“Sabar ya, ayah harus pastikan air kembang itu masuk Jimmypai kerahimmu,” katanya, Jimmybil tangannya terus mengusapi bibir vaginaku.
Usapan tangan ayah divaginaku yang sudah basah terkena air kembang membuat sensasi tersendiri kurasakan, aku pun tak bisa berkata-kata lagi karena mendadak lemas seluruh sendi tubuhku.
“Uhh yahh.. sudah yah.., Nikki nggak bisa tahan geliinya,” bibirku meminta ayah menghentikan aksi usapnya, tetapi kedua tanganku tak menahan tangan ayah yang aktif, tetapi tanganku justru meremasi sprei ranjang kanan dan kiri.
“Disini ya sayang yang geli itu,” ayah bertanya Jimmybil jempol kanannya menekan klitorisku dan menguyak-nguyak benda sensitifku itu memutar kecil.
“Nnnghh.. iya yah.. geli sekali disituhh,” nafasku mulai tersengal menahan geli yang nikmat dibawah usapan jempol ayah dibagian klitorisku.
asa gatal yang sangat kurasakan dipucuk-pucuk kedua susuku yang putingnya sudah mengembang pertanda birahi yang kualami.
Ayah meneruskan aktifitasnya mengusapi klitorisku dengan jempolnya, usapan itu perlahan melemah dengan posisi jempol beranjak menjauh dari klitorisku. Saat itu aku sudah sangat terangsang oleh ayah, pinggulku kini yang naik mengejar jempol ayah agar tak meninggalkan klitorisku. Aku menggelepar dengan napas sudah sangat tidak beraturan lagi, pikiranku sudah melayang dan tak ingat lagi bahwa yang merangsangku adalah ayahku sendiri. Tapi disaat aku sudah sangat terangsang seperti itu, ayah justru menghentikan aktifitasnya di klitorisku. Pinggulku yang tadinya sedikit mengangkat mencari jempol ayah langsung terjerembab lagi, aku terpejam menahan gejolak yang berkecamuk ditubuhku.
“Auhh yahh, kenapa?” tanyaku agak kecewa, tapi mendadak malu saat ayah menatapku, malu karena aku seperti meminta hal yang lebih dari ayahku.
“Nikki.. sepertinya air kembang itu tidak masuk benar dalam rahimmu. Ayah ulangi semburannya ya,” kata ayahku.
“Yah.. sudah saja ya, Nikki.. nggak tahan gelinya,” pintaku, tapi anehnya tubuhku tetap berbaring seolah tak ingin menjauhi ayah.
Ayah tak menjawab permintaanku dan kembali meneguk air kembang lalu ditampung dimulutnya. Aku memejamkan mata saat kepala ayah kembali tunduk mendekat ke pangkal pahaku. Aku kembali merasakan dingin di permukaan vaginaku saat ayah mulai menyemburkan air kembang, tapi kali ini lain, setelah semburan itu aku merasa ada benda kenyal nan lembut menyapu permukaan
vaginaku. Kupikir itu jeNikkii tangan ayah, tetapi tidak, itu bukan tangan, benda bertekstur lembut, hangat, dan kenyal itu adalah lidah ayah. Ya, ayah mengusapi tepatnya menjilati permukaan vaginaku dengan lidahnya.
“Ihh.. mmpphh yaahh, aauhh hhsstt,” aku tak kuasa menahan rasa nikmat dijilati ayah, terus terang sejak kawin dengan Mas Syahputra belum pernah aku diperlakukan seperti itu. Mas Syahputra selalu main langsung tembak, tanpa rangsangan lebih dulu sehingga selama ini aku sendiri belum pernah merasakan apa yang disebut kenikmatan orgasme. Jilatan ayah mulai meningkat, kini lidahnya justru sering menelusup belahan bibir vaginaku yang mulai banjir. Cairan bening kental dari vaginaku diseruput ayah seperti menyeruput kopi hangat dari gelasnya.
“Ngghhsstt.. yah.. Nikki nggak bisa tahnn.. ouhh..” aku mulai menggelinjang tak menentu rasanya.
Namun disaat aku mulai melambung tinggi, ayah menghentikan lagi aktifitasnya di vaginaku, membuat aku menggelepar menahan birahiku sendiri.
“Nikki.. ayah agak sulit masukan air kembang itu kerahimmu. Tahan sebentar lagi ya,” katanya.
“Yah.. cepetan ya, Nikki nggak kuat lagi, geli sekali yah,” aku merasa semakin lemas karena birahiku dipermainkan seperti itu.
Saat itu aku berhayal seandainya Mas Syahputra ada tentu dialah yang akan memuaskanku dengan penisnya, karena aku merasa sudah siap betul dan ingin sekali untuk disetubuhi lelaki. Tapi pikiran itu kutepis, karena bukankah ayah yang sedang mengobati kandunganku? Aku tak berpikir bahwa ayah pun terangsang saat itu.
Tapi tak lama kemudian kurasakan nafas ayah kembali mendekati vaginaku, setelah meneguk air kembang yang hampir habis di baskom. Ayah tidak lagi menyemburkan air itu dengan berjarak dari vaginaku, tetapi bibir ayah langsung menempel dibibir vaginaku dan ia menyemburkan air itu. Kurasakan aliran air itu masuk hingga ke dinding rahimku, rasanya Jimmya seperti saat Mas Syahputra menumpahkan spermanya ketika kami bersenggama. Setelah itu bibir ayah melumati bibir vaginaku, lidahnya mulai masuk dibelahan vaginaku membuat nikmat yang sangat dibagian sensitif itu, aku benar-benar kepayang dibuat ayah. Kini jeNikkii tangan ayah turut menyibaki vaginaku, membukanya lebar dan lidahnya menyapu klitorisku dari atas kebawah dan sebaliknya dari bawah keatas.
“Ouhh.. yah.. suddhh yaahh, Nikki mau kencingg rasanya ah..” seluruh sendiku terasa ngilu dan mengembang berJimmya kedutan kecil didinding vaginaku, aku hampir Jimmypai puncak orgasmeku.
“Iya sayang, sudah selesai kok,” lagi-lagi ayah menghentikan aktifitasnya, tapi saat kubuka mata ternyata kali ini tubuh ayah sudah berada diatas tubuhku dengan bertopang pada dua tangannya.
“Yah.. kok ayah begitu? Ouhh yahh.. ahh,” belum habis kagetku karena ayah menindih, aku merasakan ada benda keras yang masuk ke vaginaku.
Ternyata ayah sudah melepaskan celananya dan penisnya yang tegang dimasukan ke vaginaku. Aku hendak berontak karena hal itu tabu dikampungku dan dimanapun, bukankah seorang ayah tak boleh melakukan itu pada anak perempuannya. Perang bathin kualami saat itu, aku ingin mendorong tubuh kekar ayahku tetapi aku sudah sangat lemas saat itu. Sementara dorongan birahiku ingin segera terpuaskan dengan senggama berJimmya lelaki.
“Oohhgg, Nikki.. angap saja ayah Syahputra Nikki.. ouhh ayahh nggak tahhann,” ayah tetap menindihku dan kini pinggulnya mulai naik turun diatas tubuhku membuat penisnya bebas keluar masuk diliang nikmatku yang sudah licin dan becek oleh cairanku sendiri.
“Nghhg.. aahsstt, yahh..” aku tak kuasa lagi menolak penis ayah yang mulai mengobati rasa gatal di vaginaku.
Dengan mata terpejam aku malah ikut menyambut goyangan ayah dengan goyangan pinggulku. Merasa aku tak melawan, ayah pun semakin liar menyetubuhiku, anak kandungnya. Kini Jimmybil menggenjotku, bibir ayah menjelar menghisapi puting susuku, sehingga senggama kami sempurna dan kenikmatan yang kurasakan pun semakin tak tertara bila dibanding senggamaku berJimmya suami.
Sekalipun usia ayah sudah kepala enam, tetapi kondisi fisiknya masih kuat dan kurasakan penisnya pun masih normal dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari punya Mas Syahputra.
“Yahh.. Nikkir mauu kencinghh yahh uuh..sstt,”
Sepuluh menit berlalu dalam senggama, kurasakan kenikmatan mulai mengumpul di pangkal pahaku, bongkahan pantatku, ujung-ujung jari kakiku, dan juga di liang nikmatku. Kedutan semakin terasa didinding vaginaku, dan akhirnya kurasakan kejang dibagian pinggul Jimmypai kakiku, kakiku kemudian kugunakan untuk menjepit pinggul ayah dan menekannya agar lebih dalam penisnya bersarang di vaginaku. Tanganku memeluk tubuh berkeringat ayah, sementara kepalaku terangkat dengan bibir menyedok kulit dada ayah. Dalam kondisiku yang puncak itu, ayah masih menggejot penisnya beberapa kali sebelum akhirnya
ayaHPun mengejang dan mengerang diatas tubuhku.
“Ahhgg Nikki.. ngghh,” ayah lalu lunglai dan berbaring diJimmypingku yang juga lemas tak bertenaga. Tulangku seakan dicopoti saat itu, namun kuakui itulah kali pertama aku kepuncak nikmatnya senggama.
Malam itu aku tidur berJimmya ayahku dirumahnya, dan paginya kami seperti melupakan kejadian itu. Akupun pulang kerumah mertua pagi harinya, dan bersikap seperti biasa saat Mas Syahputra pulang melaut.
*****
Kejadian pertama berJimmya ayah, membuat aku agak malu untuk datang kerumah ayah lagi. Sudah dua minggu ini aku tidak menjenguk atau mengantarkan makanan untuk ayah. Entahlah, walau sebenarnya aku tak keberatan disetubuhi nikmat oleh ayah, tetapi aku malu kalau disangka ayah ingin mengulangi kenikmatan itu lagi.
Sore itu, sebelum Mas Syahputra melaut seperti biasa ia meminta jatah dilayani kebutuhan biologisnya. Sebagai istri kulayani suamiku semaksimal mungkin. Tapi seperti biasa juga, Mas Syahputra hanya memikirkan kepuasannya saja, dan sudah mengejang menyemprotkan air maninya sebelum aku merasa terangsang, apalagi orgasme.
“Mhh, aku sayang kamu Nikki..” Mas Syahputra selalu mengatakan itu Jimmybil mengecup keningku setiap kali usai menikmati klimaks diatas tubuhku, lalu ia mengenakan kembali pakaiannya dan meninggalkanku sendiri dikaNikki, ia pun melaut berJimmya teman-temannya.
“Hati-hati Mas..,” hanya itu yang kuucapkan melepas pergi suamiku.
Aku tetap berbaring diranjang tanpa mengenakan kembali pakaianku, rasa kecewa terhadap suamiku tumpah lewat air bening yang meluncur ditepian mataku. Aku merasa tersiksa dua minggu ini setiap kali berhubungan intim dengan suamiku, tersiksa karena tak mendapatkan nikmat yang maksimal seperti yang kudapat dari ayahku. Setelah suamiku menhilang dibalik pintu, aku bangkit dan mengunci kembali pintu kaNikki. Kembali berbaring diranjang tanpa busana, aku menghayalkan kenangan nikmat berJimmya ayah. Tak terasa tanganku mulai meremasi payudara sendiri, Jimmybil membayangkan ada lelaki yang sedang mencumbuiku, aku pun menjelajahi bagian tubuh sensitifku sendiri. Malam itu aku mencapai orgasmeku dengan masturbasi Jimmybil menghayalkan ayahku, lalu tertidur pulas.
Esoknya, pagi-pagi benar sebelum Mas Syahputra pulang melaut, aku menyiapkan makanan untuk kubawa kerumah ayah. Entahlah, aku ingin sekali kerumah ayah pagi itu.
“Eh kamu Nikki.. ayah kira siapa,” kata ayah menyambut ketukan pintuku.
“Iya nih yah, bawakan ayah makanan,” aku menjawab tanpa mampu menatap mata ayah, aku malu dan jadi canggung pada ayahku sendiri.
Ayah kemudian menyuruhku masuk, dan seperti biasanya aku langsung kedapur untuk memindahkan makanan dirantang yang kubawa kepiring di dapur rumah ayahku.
“Gimana sayang, sudah nggak sakit lagi perutmu?” suara ayah menyapaku, dan aku agak terkejut ketika ayah tiba-tiba sudah mendekap tubuhku dari belakang Jimmybil tangannya mengusapi perutku yang nampak sedikit membuncit dengan usia kehamilan 3 bulan.
“Eh ayah.. Nikki Jimmypai kaget. Kadang-kadang masih tuh yah, tapi agak membaik kok setelah dipijit ayah waktu itu,” aku bingung harus menjawab apa saat itu.
“Gimana kalau ayah pijit lagi? biar nggak sakit-sakitan perutmu itu,” nafas ayah tepat menghembusi tengkukku, membuat aku menahan geli dan merinding.
Sebelum aku menjawab, tangan ayah kurasakan membelai bongkahan pantatku dan mulai menyingkap naik bagian bawah daster yang kupakai pagi itu.
“Enghh ayah.. jangan lagi ah,” aku berusaha menepis tangan ayah dan kembali meneruskan kegiatanku merapikan piring di meja dapur ayah. Tapi tangan ayah seperti tak mau pergi, dari belakang itu ayah malah memasukan tangannya kebalik dasterku dan mengusapi bongkahan pantatku, sesekali meremasinya.
“Ya sudah, kalau nggak mau dipijitin dikaNikki, ayah pijitin disini saja ya. Kamu kan bisa Jimmybil rapikan piring itu,” ayah semakin berani menyusupkan tangannya kebalik CD ku, sehingga kini tangan kasarnya mengusapi pantatku tanpa penghalang. Saat tangan ayah langusng menyentuh kulit pantatku secara langsung, aku merasakan desiran aneh yang kemudian memacu libidoku.
Kucoba menahan desiran itu dan tetap merapikan makanan diatas meja dapur, tetapi aku tak lagi menepis aktifitas ayah, aku membiarkan ayah berbuat semaunya.
“Asshtt yah.. janganhh geli yah,” aku menggelinjang saat bibir ayah mengecup tengkukku, tapi aku tak mampu menghindarinya.
“Kamu merunduk diatas meja ya sayang, tenang saja.. supaya perutmu cepat sembuh, ayah pijitin Jimmybil berdiri ya,” ayah menekan bahuku dari belakang sehingga posisi tubuhku merunduk dengan kedua tangan menopang dibibir meja.
Penasaran juga apa yang akan ayah lakukan, aku pun tak bisa menjawab selain mengikuti perintah ayah itu. Kini pekerjaan merapikan piring sudah tidak ada lagi, yang ada aku merunduk pasrah di meja itu, menunggu apa yang akan ayah lakukan selanjutnya.
Desiran yang kurasa semakin menjadi saat ayah melorotkan CD yang kupakai lalu menyingkap naik bagian bawah dasterku. Posisiku jadi nungging membelakangi ayah dengan tubuh bagian bawah bugil. Ayah lalu memandu kedua kakiku untuk lebih merenggang jarak, lalu ia pun berlutut dibagian itu.
“Bagus sekali kemaluanmu ini Nikki..” ayah memujiku.
“Ayah, saya mau diapakan lagi sih?”
Aku penasaran apa yang akan diperbuat ayah terhadapku. Tapi lagi-lagi ayah bilang kalau itu termasuk pengobatan tradisional yang akan mempermudah aku melahirkan kelak. Jimmybil menjelaskan itu padaku, tangan ayah mulai menjelajahi belahan pantatku
dan kadang menyusup Jimmypai kebibir kemaluanku.
“Hsstt ahh,” aku tak bisa menahan desah yang keluar akibat napasku mulai tersengal menahan dampak aksi ayah.
Perasaan geli menjalari vitalku dan membuat tenaga dikedua kakiku seperti melemah, posisiku jadi lebih merunduk dengan tangan terlipat dimeja dan susuku terhimpit antara badan dan meja. Aku melangkah mundur sedikit menjaga agar perutku tak tertindis tubuh dan terhimpit meja. Posisi itu rupanya membuat ayah semakin mudah menggapai vaginaku dari belakang karena tinggi meja yang hanya satu meter membuat aku nungging maksimal membelakangi ayah yang berlutut.
“Tahan sebentar ya sayang.. cuma sebentar kok,”
Ayah tak lagi mengusapi bongkahan pantatku, kini kedua tangannya menahan bongkahan pantatku dan menguaknya agar bibir vaginaku terlihat. Ditengah penasaranku, tiba-tiba kurasakan lidah ayah sudah menyapu bibir vaginaku. Ritme jilatan ayah di vaginaku sungguh teratur, setiap lima kali menjilat naik turun ayah selalu menghentikannya dibagian klitoris untuk menekan klitorisku dengan lidahnya itu.
Kendali benar-benar dipegang oleh ayah saat itu. Aku sudah tidak mampu lagi bergerak, apalagi menolak perlakuan ayah padaku. Cairan kental kurasa sudah mulai keluar dari vitalku membuat ayah semakin leluasa menjilat, mengecup, dan mengulum bibir vaginaku. Dendam nikmat yang tak kuraih dari Mas Syahputra semalam, ingin kutumpahkan disini, berJimmya ayahku.
“Aduhh yahh.. gelhihh sekalhii ehhsshh,” saat ritme jilatan ayah menekan klitorisku, pantatku menyambut bergerak kebelakanng membuat wajah ayah tenggelam dibongkahannya, aku ingin agar lidah itu menekan lebih keras klitorisku. Tanganku menggapai apa saja yang ada diatas meja, meremasi gelas dan serbet disana demi menikmati sensasi itu. Koyakan-koyakan lidah ayah menembusi belahan bibir vaginaku, sesekali ayah menyedot dan menelan cairan kental yang keluar, lalu mengoyak lagi dan lagi.
“Ehm.. kemaluanmu sudah mulai berkedut Nikki, apa sakit diperutmu sudah mulai hilang?” ayah menghentikan jilatannya dan bangkit mendekap tubuhku yang tetap nungging.
“Mhh aahh, belum yahh.. masih sakit perut Nikki,” aku menjawab begitu agar ayah meneruskan lagi jilatannya dan membuai lagi birahiku.
“Belum? Kalau begitu ayah teruskan ya pijitannya, kalau begini enak tidak sayang?” ayah berdiri dibelakangku, kedua tangannya mencengkeram pinggulku. Belum lagi aku menjawab pertanyaan ayah, kurasakan benda hangat dan tegang ingin menembus vaginaku.
“Ohh yaahh..,” penis ayah yang sudah berada digerbang liang nikmatku langsung amblas separuh di vaginaku saat aku mundurkan pantatku.
Tapi ayah seperti ingin menyiksa birahiku, ia tetap berdiri mematung sekalipun penisnya sudah masuk separuh ke liang nikmatku. Kini akulah yang aktif memburu batang perkasa ayah, pinggulku memutar dan mundur-mundur menahan gatal yang ingin agar penis itu masuk utuh divaginaku. Beberapa menit seperti itu, ayah pun tak bisa lagi menahan birahinya, dan siap
menggenjotku. Tetapi baru saja ayah terasa akan menekan pinggulnya kedepan, mendadak terdengar ketukan pintu rumah. Ayah beranjak menjauhiku dan menaikan celananya lagi.
“Ada orang Nikki.. kamu perbaiki bajumu ya, ayah lihat siapa yang datang,” ayah meninggalkanku didapur.
Agak kesal memang saat itu karena aku sudah terlanjur birahi dan ingin sekali terpuaskan. Tapi kesal itu luntur saat terdengar suara Henny, adik bungsu Mas Syahputra.
“Mbak Nikki ada Pak Jimmy.., saya disuruh panggil, Mas Syahputra sudah pulang,” begitu suara Henny terdengar.
“Oh.. ada nak, Mbak Nikki ada disini baru ngatur makanan untuk saya. Nikki, Nikki..” ayah memanggilku.
“Eh Henny, Mas Syahputra pulang ya.., yuk kita pulang. Yah Nikki pulang dulu ya,” aku berpamitan dan mengajak Henny pulang kerumah mertuaku, hari sudah beranjak siang saat itu.
Jimmypai dirumah Mas Syahputra memintaku membuatkan kopi untuknya, lalu dia banyak bercerita tentang hasil melautnya semalam.
“Cakalang sedang banyak Nikki, mungkin setelah makan siang nanti saya berJimmya kawan-kawan kembali ke laut, mumpung rejeki nih,” katanya.
“Iya Mas, tapi hati-hati ya,” jawabku.
Setelah minum kopi, Mas Syahputra menarikku kekaNikki, dan minta aku melayani nafsu seksnya. Untung baru beberapa saat aku dirangsang ayah sehingga aku sangat senang melayani Mas Syahputra. Tapi seperti biasa, Mas Syahputra main tubruk saja. Menindih tubuhku masih lengkap dengan baju, Mas Syahputra hanya membuka resleting celananya. Dasterku hanya disingkap keatas dan CD dipelorot kebawah lalu ia menggenjotku.
“Ohh mass, enaakhh mass,” walaupun Mas Syahputra tak merangsangku namun dengan membayangkan buaian ayah tadi, aku bisa terangsang dan benar-benar ingin dipuaskan. penis Mas Syahputra menembusi vaginaku dengan cepat.
“Iyahh sayangghh enaakhh sekalii.. pepekmu ougghh,” Mas Syahputra melenguh, padahal baru beberapa menit penisnya masuk di pepekku.
“Ouhh.. Sstthh.. janghaann duluu mass, ahh,” ingin kuhentikan saat merasakan penis Mas Syahputra berkedut menyemburkan sperma kerahimku. Oh, lagi-lagi dia hanya memikirkan kepuasan sendiri, tanpa mengerti perasaanku yang juga ingin merasakan nikmatnya disetubuhi suami.
“Uhh, nikmat sekali sayang, makasih ya,” katanya, mengecupku, lalu pergi.
Aku ingin sekali Nikkiah, berteriak, dan maki-maki, tetapi semua hanya bisa tumpah lewat tangisan siang itu.
Sore hari setelah Mas Syahputra melaut, aku berpamitan kepada mertuaku untuk menjenguk ayah. Lagi-lagi alasanku ayah sedang sakit. Begitulah, sore itu aku kembali berada dirumah ayah, dan tak ingin membuang waktu aku langsung memluk tubuh ayah begitu masuk rumahnya.
“Oh.. ayahh, Mas Syahputra jahat yah..,” aku menangis dipelukan ayah diruang tamu.
“Kamu kenapa Nikki..? kenapa kamu..?” ayah nampak khawatir melihat aku menangis.
“Dia menyetubuhiku tapi perutku tambah sakit yah, ini yah disini sakit,” aku menuntun tangan ayah keperutku yang mulai membuncit.
“Disini ya, sayang. Sudah, kamu diam ya nanti ayah obati.., nah disinikan yang sakit? disini juga ya..?” ayah seperti mengerti apa yang kuinginkan dalam posisi berpelukan Jimmybil berdiri, tangan ayah mulai merayapi dari perut Jimmypai selakanganku, membuat gairahku bangkit seketika.
“Ayo sayang, ayah obatin dikaNikki.., ups..”
Ayah membopong tubuhku dan membaringkanku diranjang kaNikkinya. Setelah itu, bagai serigala lapar, ayah melucuti pakaianku dan pakaiannya juga. Ayah langsung menerkam selangkanganku yang membasah dan menjilati lagi vaginaku.
“Ohh iyaahh yaah.. begitu yahh.. aahh,” aku tak lagi bisa mengendalikan ocehanku, nikmat sekali perlakuan ayah itu.
Mendengar celotehku tangan ayah naik merambati susuku, meremas, dan mencubiti putingnya. Sepuluh menit mempermainkan vagina dan susuku, ayah rupanya tak tahan juga. Apalagi pagi tadi pasti ayah pun sangat menyesal nafsunya tak tuntas.
“Uh Nikki.., angkat kakimu ya.. begini sayang,” ayah membimbing kakiku menopang dipundaknya.
Dengan posisi itu ayah menepatkan penisnya dibelahan bibir vaginaku.
“Yahh.., obatin Nikkir yah.. cepet yahh,” aku sudah merasa gatal sekali ingin segera menerima sodokan penis kekar ayahku.
“Nikki.., kalau lagi hamil muda memang wanita butuh beginian, kalau suamimu susah, kamu sering keNikkii ya, biar ayah obatin.
Lagipula, wanita hamil paling enak memeknya.. kayak kamu ini,” ayah sengaja lagi mempermainkan birahiku, aku diajaknya ngobrol sementara kepala penisnya yang bulat dibiarkan membenam di pintu vaginaku tanpa memasukan batangnya.
“Gimana Nikki? Kamu jawab donk sayang..?” tanyanya.
“Duhh ayahh.. masukinn dong yahh, Nikki nggak bisa nahan lagihh, ahh.. iyaa uhh,” belum selesai aku memohon, ayah menekan pinggulnya, membuat penisnya masuk keliang nikmatku.
Bless.. cleepp..
Posisi yang dibimbing ayah ternyata membuat syaraf divaginaku menerima rangsangan yang maksimal. Dengan posisi itu penis ayah menekan cukup diklitorisku setiap kali keluar masuk menembus bibirnya. Penis ayah yang sedikit lebih gemuk dari penis suamiku serasa membuat bibir vaginaku ikut monyong-monyong menerima sodokannya. Tangan ayah meremasi susuku dengan keras, dan tanganku hanya bisa melampiaskan nikmatku dengan meremasi bantal dikepalaku.
Kunikmati setiap gerakan ayah, aku juga berusaha menggoyang ayah dari bawah memutarkan pinggulku semampuku, aku pun ingin ayah merasakan kenikmatan yang Jimmya seperti yang kudapat darinya. Mungkin benar kata ayah, saat hamil muda wanita sangat butuh seks dan butuh terpuaskan. Rambutku yang panjang sudah acak-acakan mengikuti gerak kepalaku yang liar. Keringat ayah dan keringatku bercampur membasahi tubuh kami dan juga sprei ranjang.
“Ohh Nikkir.. bukan mainn Nikki.. enakh sekali pepekmu nak..,” ayah sudah hampir jebol, gerakan menggenjotku semakin cepat.
“Oyaahh..mmphh aahhsstt.. enaakk juggaa konntollnyaahh.. aahhsstt,” saat gerakan ayah lebih cepat, rangsangan diklitorisku menjadi puncak.
Aku juga hampir jebol, meski berusaha kutahan tapi kedutan kecil dinding vaginaku semakin menjadi, Jimmypai akhirnya kupiting leher ayah dengan betisku yang menggatung.
“Amphuunn yahh.. aahhsstt,.. enghh.. ahhsstt..enghmm.. yahh.. ohh,” aku jebol, vaginaku berkedut menjepiti penis ayah.
“Maarr.. ennaakk ohh.. ouhh.. ohh, ennaakkh Nikkir ohh,” beberapa detik kemudian ayah menyusul orgasmeku, tubuhnya mengejang dan tangannya semakin keras meremas susuku.
Ayah menurunkan kedua kakiku dari pundaknya tanpa melepaskan penisnya yang terjepit vaginaku, dan mengarahkanku untuk berbaring miring berhadapan dengannya yang terkulai diJimmypingku, kelamin kami tetap menyatu saat itu. Jimmypai akhirnya penis ayah mengecil dan melepaskan diri dari jepitan vaginaku. Saat lelah kami terobati dengan tidur beberapa jam, malam itu aku pulang kerumah mertua, dan melanjutkan tidur nyenyak dengan perasaan nyaman sekali.
Seperti kejadian pertama, meskipun aku terpuaskan bukan main tapi kejadian kedua berJimmya ayah menyisakan sesal dibathinku. Apalagi setiap kali aku mendengar ceramah rohani, aku merasa dosa terhadap Mas Syahputra suamiku. Selain itu aku juga merasa dosa melakukan hubungan intim dengan ayah kandungku, bukankah kami sedarah dan tabu untuk melakukan itu?
Tapi entahlah, dibalik rasa sesal itu, ada rasa ingin mengulangi yang juga Jimmya besarnya. Dua perasaan itu berkecamuk dibathinku seminggu ini, selama itu aku ingin sekali ke rumah ayah tetapi batal karena rasa sesal tadi. Pagi itu aku merasa perang bathin lagi, tapi nampaknya rasa sesalku kalah kali ini dengan rasa ingin mengulangi nikmat berJimmya ayahku. Apalagi semalam aku kembali kecewa dibuat Mas Syahputra. Walaupun semalam Mas Syahputra Jimmypai tiga kali menindih tubuhku dengan nafsu, tetapi ia selalu selesai sebelum aku puncak.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumahku, aku mengemasi makanan untuk kubawa kerumah ayah yang sudah seminggu ini tak kukunjungi. Kupikir aku bisa menghabiskan waktu disana karena Mas Syahputra baru subuh tadi berangkat dan tentu pulang malam. Maklum arah angin berubah sehingga hari itu Mas Syahputra melaut pagi.
Waktu aku Jimmypai dirumah ayahku, rupanya pintu tak terkunci sehingga aku bisa langsung masuk. Kulihat ayah tertidur di kursi bambu ruang tamu, hanya pakai sarung dan telanjang dada. Kubiarkan ayah tidur sementara aku kedapur memindahkan lauk dari rantang ke piring yang ada dimeja dapur. Setelah itu aku kembali keruang tamu dan memperhatikan ayahku yang tertidur dikursi panjang dari bambu. Dibanding Mas Syahputra, ayah memang bertubuh lebih bagus walau sudah cukup tua. Dada bidangnya masih menonjolkan otot semasa muda dulu membuat tubuh yang tingginya mencapai 178 cm masih terlihat kokoh jika berdiri.
Mataku menjelajahi tubuh ayah yang terlentang, dari kaki Jimmypai wajah. Wajah ayah juga masih menawan untuk lelaki seusianya, mirip-mirip aktor gaek Pit Pagauw yang mancung dan ganteng itu. Kuyakin, sebenarnya banyak wanita yang tergila-gila pada ayah, hanya saja ayah benar-benar sudah trauma dengan kegagalan perkawinannya dengan ibuku. Huh.. seandainya aku lahir di zaman ayah dan bukan anak ayah, ingin rasanya aku kukawini ayah dan menjadi istrinya. Tentusaja kenikmatan dapat kuraih setiap saat darinya, tapi mungkin bukan itu ukuran kebahagiaan tiap wanita, buktinya ibuku memilih meninggalkan ayah dan kawin lagi dengan pria yang lebih kaya.
“Ngghh..” ayah menggeliat tetapi tetap tidur, kaki kanannya yang terangkat membuat sarung yang dikenakan singkap hingga pangkal paha ayah terlihat jelas.
Oh.. Kekarnya penis ayah langsung membayang dibenakku, apalagi saat itu ujung penis tidurnya terlihat. Ayah tak menggunakan CD rupanya, sehingga penisnya menggelayut keluar dari kain sarung ketika kaki kanannya terangkat dan sarung itu tersingkap. Penis ayah yang tidur saja sudah hampir Jimmya besar dengan milik suamiku, dadaku langsung berdesir saat itu, birahiku merambat naik.
Entah setan apa yang menguasaiku saat itu, aku mendekat dan bersimpuh dilantai menghadap kursi tempat ayah tidur. Posisi wajahku berada beberapa centimeter dari penis ayah yang keluar dari sarung. Dengan sangat lembut kusentuh penis ayah yang masih tidur, dan pelan-pelan kugenggam penis itu dan kuusap-usap mengocok-kocok penis ayah. Walau ayah hanya bergumam kecil dan tetap tidur, tetapi reaksi penisnya positif, batang nikmat itu perlahan membesar dan menegang seirama dengan kocokanku. Aku benar-benar blingsatan sendiri menyadari penis ayah sudah on dan siap aksi, entahlah hari itu sebelum mendapat foreplay dari ayah, aku justru sudah terbakar birahi.
“Ouhh.. Sayangg..” ayah mendadak terbangun, tangannya meremasi rambutku dan menuntun kepalaku mendekat ke penisnya.
“Tolong hisap sayang, seperti ayah menjilati vaginamu itu,” ayah memerintahku, dan perintah itu kulaksanakan tanpa keberatan, walau sebenarnya baru kali itu aku menghisap penis lelaki.
“Mmmphh ssthh mmpphh.. Ahh, enak yah?, mmphh sshtt,” kulakukan pekerjaanku dengan baik.
Tubuh ayah Jimmypai menggelinjang beberapa kali menahan kenikmatan oralku. Saat mulutku mengulum penisnya, ayah menggerakkan tangan yang memegang rambutku maju-mundur ke arah penisnya, membuat mulutku secara otomasi maju mundur pula menelan dan melumat penis ayah. Cairan bening yang keluar dari penis ayah kutelan dengan penuh nafsu. Jimmybil mengulum penis, kuperhatikan sensasi wajah ayah yang semakin tampan meringis menahan buaianku itu. Ayah mencengkeram rambutku lebih kuat dan lebih cepat menggerakan tangannya memaju mundurkan kepalaku.
“Hsstt ohh.. Nikmaattnyaa saayyhh.. Oghh.. Aahhgg.. Ayhh puass Nikkir.. Ohh,” tubuh ayah kejang dan penisnya menyemburkan sperma kental yang cukup banyak, kutarik wajahku menjauh sehingga puncratan sperma ayah tercecer ke lantai.
“Ohh.. Sayang sini sayang, duduk diatas sini ya,”
Setelah beberapa menit menarik nafas, ayah menyuruhku duduk di kursi bambu itu sementara ia beralih berlutut dilantai dengan posisi menghadap perutku. Ayah mengakat kedua kakiku dan menopangnya kemeja di depan kursi, tubuh ayah seolah kujepit diantara kedua pahaku. Kini gantian ayah yang mengoralku. CD yang kupakai tidak dilepaskan ayah, tanganya mengamit CD bagian bawah dan dibawanya kekanan sehingga bibir vaginaku tersembul lewat celah CD itu, lalu ayah merunduk dan kurasakan sapuan nikmat di permukaan vaginaku.
“Ohh yaahh.. hhsstt,” gantian juga, kini aku yang meremasi rambut ayah dan menekan kepala ayah agar lebih terbenam menjilati vaginaku yang membasah. Perlakuan ayah sungguh lelaki, jilatannya membuat aku menggelinjang kenikmatan semakin memuncakkan nafsu birahiku.
“Enghh uhh.. Enak sekali yahh, disitu yahh, oh ya disitu.. Isap yang kuat yah,” desahanku semakin menjadi, sesak dadaku menahan rasa ngilu nikmat disekitar vagina dan merambat hiingga boongkahan pantat dan jari-jari kakiku. Aku berusaha bertahan cukup lama, tetapi setelah lima belas menit diperlakukan begitu akhirnya pertahanku jebol.
“Duhh yahh.. Ohh Nikkir yahh.. Uhh, hsstt.. Enghh enakk.. Ahhsst,” saat vaginaku mulai berkedut, kutekan kepala ayah agar lebih membenam di vaginaku, cairan yang keluar dari liang nikmatku disedot ayah, membuat sensasi nikmatnya orgasme bagiku. Saat kedutan itu selesai, aku langsung terkulai dikursi bambu itu, dan ayah bangkit duduk diJimmypingku membelai kepalaku.
“Enak Nikki?,” ayah membelai pipiku dan menatapku.
“Enghh ayah, iya enak sekali yahh..” aku lalu menyandarkan kepala didada ayah. Kami duduk dengan posisi begitu hampir setengah jam, aku dan ayah terlibat obrolan tentang kenangan indah ayah berJimmya ibuku, dan juga tentang aku dan suamiku. Kepada ayah kuceritakan betapa irinya aku terhadap hubungan ibu dengan ayah yang jauh lebih indah dibanding dengan aku dan Mas Syahputra, tak terasa aku pun menangis dipelukan ayah.
“Kasihan kamu nak, pasti kamu menderita tak terpenuhi nafkah bathinmu selama ini,” ayah membelaiku lagi penuh kasih. Setelah membelaiku, ayah memegang tanganku dan menuntunnya ke arah penisnya. Astaga, penis ayah sudah tegak kembali dengan perkasa.
“Nikkii Nikki.. ayah tuntaskan kenikmatan tadi untukmu,” ayah membimbingku lagi untuk berdiri menghadap kursi dan menopang tangan pada sandaran kursi bambu itu.
Aku menurut tuntutan ayah, saat itu aku pun ingin segera menerima penis ayah, aku ingin disetubuhi ayah dari belakang, doggy style. CD ku yang basah dipelorotkan Jimmypai lutut dan dasterku disingkap sehingga bongkahan pantatku terlihat jelas. Ayah memelukku dari belakang, tangannya mengusapi perut buncitku dan meremasi susuku. Ayah juga mengecupi leher belakangku.
“Ouhh yaahh.. Nikkir nggak tahann yah..” aku mulai tak sabar disenggamai ayah, merasakan penis besarnya merangsek vaginaku.
“Iyahh sayangg.. Nihh ayahh berii.. Ouhh nikmatnyya pepekk inii,” ayah menepatkan penisnya dibibir vaginaku dan menekan pinggulnya kedepan, gerakan itu membuat penisnya langsung amblas diliang nikmatku yang sudah banjir saat itu.
“Iya yahh begiituu yahh.. Enakk sekalliihh ohh,” aku merintih menahan nikmat dibagian vitalku.
Ayah mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga penis kekarnya menerobos keluar masuk di vaginaku. Senggama doggy style memang nikmat, apalagi baru kali itu aku mengalaminya, setelah beberapa siang lalu gagal lantaran hampir kepergok Henny, adik iparku. Ayah benar-benar memacu birahiku, vaginaku mulai berkedut menginjak menit ke dua puluh kami bersenggama.
“Ahhsstt.. Hhngghh.. Duhh yaahh.. Enhaakkhh ouuhh, iyaa lebih kerass yaahh.. Enaakkhh hngghh,” aku kelabakan menerima sodokan ayah, kedutan kecil divaginaku kutahan sebisa mungkin, aku belum mau secepat itu orgasme, aku ingin lebih lama merasakan kenikmatan itu. Kugoyangkan pinggulku berputar mengimbangi gerakan ayah, otot perut kutegangkan sesekali agar ayah merasakan jepitan vaginaku dipenisnya.
“Ohh Nikkir.. Enakknyaa pepeekkmuu.. Ohh,” ayah pun mulai merasakan hal yang Jimmya, celotehnya semakin menjadi Jimmybil tangannya meremasi bongkahan pantatku. Ayah menggenjotku lebih keras, penisnya menumbuki vaginaku Jimmypai menimbulkan keciplakan berpadunya kelamin kami.
Aku tak tahan lagi, otot-otot kakiku mengejang seiring denyutan vagina yang semakin sering muncul. Nafasku dan nafas ayah berpacu melenguh, mendesis, memndesah, dan berteriak kecil.
“Iya yahh.. Kuatin yahh.. Nikkir Jimmypaii yahh.. Ouhh.. Aahhsstt ighh.. Ammphuunn aahh,” kurasakan seluruh ototku mengejang, kenikmatan mengumpul dari kaki, pantat hingga vaginaku yang semakin keras berkedut, aku hampir orgasme.
“OuuhHPp Nikkir.. Iinnii diaa.. Ohh.. Ohh ayah hampir juga Nikki.. Ohh,” ayah pun mengerang, tangannya menjambaki rambutku dan tubuhnya semakin cepat menggenjot tubuhku.
“Ouhh.. Ammphunn yahh.. Amphunn.. Aahhsstt.. Ohh.. Ampphunn..” aku Jimmypai berteriak menerima orgasmeku, aku jebol.
“Iya Nikkir.. Inii.. Ayahh juggaa.. Aahh,” ayah masih menggenjotku berkali-kali saat aku sudah puncak.
Tetapi, “braak..” pintu rumah ayah yang lupa kami kunci terbuka lebar. Menyusul suara pintu itu, Mas Syahputra masuk dan berdiri terpaku memandang ke arah kami.
“Ouhh Maarr.. aaghhkk.. Ohh.. Iyaahh.. Ohhggh,” sangat tanggung saat itu, meskipun kami tahu kehadiran Mas Syahputra tetapi puncak nikmat yang datang tak mungkin lagi terhindar, ayah meneruskan memompaku Jimmypai ia sendiri kejang dan memeluk tubuhku dari belakang.
“Ohh ammphunn yaahh..” aku sangat kenikmatan saat itu.
Mas Syahputra terpaku memandang kami, tetapi setelah mendengar aku berkata ampun, Mas Syahputra segera menuju ke arah kami dan menarik tubuh ayah.
“Kurang ajar kau orangtua, anakmu sendiri kau perkosa.. Huh”
Sebuah pukulan menyasar kewajah ayah Jimmypai ia terjerembab kelantai. Rupanya Mas Syahputra berpikir kalau barusan tadi aku diperkosa, ia lalu menghampiri ayah yang jatuh dan menendang tubuh tua ayah beberapa kali. Aku tak tahu mesti bagaimana saat itu, selain mengenakan kembali CD-ku dan membenahi pakaianku.
“Kamu nggak apa-apa sayang?,” suamiku memelukku setelah ayah tak berdaya.
“Enggak Mas.. Nggakk apa-apa,” aku pun memeluknya, sungguh aku takut sekali saat itu.
Takut ketahuan, dan takut ditinggalkan suami. Beberapa menit kemudian suara ribut hardikan Mas Syahputra kepada ayah mengundang masyarakat datang. Ayah kemudian diarak ke rumah Pak Rahmat, Kadus dikampungku. Setelah sehari diamankan di rumah Kadus, Mas Syahputra melaporkan perbuatan ayah kepolisi dan ayah diamankan di kantor polisi sekaligus dijerat sebagai pemerkosa anak kandung. Aku ingin sekali membela ayah, tetapi aku tak mampu.
Kini, sudah lima bulan berlalu. Ayah sudah melalui proses peradilan dan meringkuk di LP sebagai terpidana tiga tahun penjara. Kisah kami tetap kusimpan rapi, dan sebulan sekali aku masih mengunjungi ayah di LP walaupun kulakukan tanpa setahu suamiku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~




MandiriQQ Agen Judi Poker Uang Asli Indonesia Terpercaya menyediakan 5 game dalam 1 web : POKER - CAPSA SUSUN - ADUQ - DOMINO QQ - BANDAR Q dalam 1 akun.

PROMO DAHSYAT MandiriQQ :
-BONUS DEPOSIT 3%
-BONUS TURNOVER MINGGUAN 0.5% - 0,8%
-BONUS REFERRAL 20% SEUMUR HIDUP

Kelebihan Bermain Di MandiriQQ:
- Proses Deposit dan Withdraw Hanya 2-3 Menit
- Min. Deposit 20.000, Min. Withdraw 50.000
- Layanan Live Chat 24 Jam Non-stop
- Dapat dimainkan di android, iphone, dan ipad
- Agen Poker paling FAIR, NO ROBOT (member vs member)
- SUPPORT BANK: BCA - BNI - BRI - MANDIRI - DANAMON

Mari bergabung dengan kami dan dapatkan hadiahnya hingga ratusan juta rupiah dengan meningkatkan TurnOver anda.
Promo ini berlaku mulai 1 Juni - 30 Juni 2016 ..
Hubungi kami di BBM : 2BE2B4BA dan livechat kami www.mandiriqq.com

Newer Posts Older Posts Home