WWW.MANDIRIQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Pages

Saturday, April 30, 2016

MANDIRIQQ- TANTE TETANGGAKU YANG KESEPIAN

TANTE TETANGGAKU YANG KESEPIAN


Perkenalkan namaku Aditya aku kelas 2 SMA unggulan di kotaku, aku anak yang tertua dari empat bersaudara, ayahku adalah PNS di sebuah instansi perkebunan, jujur saja aku canggung jika bergaul dengan cewek terkecuali dengan mamaku, maklumlah karena juga disekolah jarang ceweknya karena jurusanku saat itu teknik.



Selain itu aku merasa rendah diri dengan penampilan diriku di hadapan perempuan. Aku tinggi kurus dan hitam, jauh dari ciri-ciri pemuda ganteng. Wajahku jelek dengan tulang rahang bersegi. Karena tampangku yang mirip keling, teman-temanku memanggil aku Pele, karena aku suka main sepakbola.
Tapi sekalipun aku jelek dan hitam, otakku cukup encer. Pelajaran ilmu pasti dan fisika tidak terlalu sulit bagiku. Dan juga aku jagoan di lapangan sepakbola. Posisiku adalah kiri luar. Jika bola sudah tiba di kakiku penonton akan bersorak-sorai karena itu berarti bola sudah sukar direbut dan tak akan ada yang berani nekad main keras karena kalau sampai beradu tulang kering
Biasanya merekalah yang jatuh meringkuk kesakitan sementara aku tidak merasa apa-apa. Dan kalau sudah demikian lawan akan menarik kekuatan ke sekitar kotak penalti membuat pertahanan berlapis, agar gawang mereka jangan sampai bobol oleh tembakanku atau umpan yang kusodorkan. Hanya itulah yang bisa kubanggakan, tak ada yang lain.
Tampang jelek muka bersegi, tinggi kurus dan hitam ini sangat mengganggu aku, karena aku sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan seksi, yang mau diremas-remas, dicipoki dan dipeluk-peluk, bahkan kalau bisa lebih jauh lagi dari itu. Dan ini masalahnya.
Kotaku itu adalah kota yang masih kolot, apalagi di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibu-ibu antar tetangga.
Oh ya mungkin ada yang bertanya mengapa kok soal punya pacar atau tidak punya pacar saja begitu penting. Ya itulah. Rahasianya aku ini punya nafsu syahwat besar sekali. Entahlah, barangkali aku ini seorang *********.
Melihat ayam atau ****** main saja, aku bisa tegang. Setiap pagi penisku keras seperti kayu sehingga harus dikocok sampai muncrat dulu baru berkurang kerasnya. Dan kalau muncrat bukan main banyaknya yang keluar.
Mungkin karena ukuranku yang lebih panjang dari ukuran rata-rata. Dan saban melihat perempuan cantik syahwatku naik ke kepala. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apa-apa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku.
Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggak-lenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga.
Dia? Ya dia. Maksudku Lala dan ….. Tante Sinta.
Lala adalah murid salahsatu SMU di kotaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok lanang seantero kota. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Lala jadi pacarku, tapi mana bisa.
Cowok-cowok keren termasuk anak-anak penggede pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka.
Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RK atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka saja bersegi dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejar-kejar banyak pemuda, bahkan orang berumur juga, dia jadi sombong, mentang-mentang.
Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Yang benar adalah, aku memang takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak. Itu Lala.
Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Sinta. Tante Sinta tinggal persis di sebelah rumahku. Suaminya pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan kelapa sawit. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan dan ke Singapura.
Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini. Tapi aku tahu Tante Sinta dari Bandung, dan dia ini wuahh mak … sungguh-sungguh audzubile cantiknya. Wajah cakep. Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh, meqi tebal dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuhbelas agustusan dia menyumbangkan peragaan tari jaipongan. Wah aku betul-betul terpesona.
Dan Tante Sitta ini teman ibuku. Walau umur mereka berselisih barangkali 15 tahun, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Kalau bergunjing bisa berjam-jam, maklum saja dia tidak punya anak dan seperti ibuku tidak bekerja, hanya ibu rumah tangga saja. Terkadang ibuku datang ke rumahnya, terkadang dia datang ke rumahku.
Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Sitta ini, dia suka duduk di sofa dengan menaikkan sebelah atau kedua kakinya di lengan sofa. Satu kali aku baru pulang dari latihan sepakbola, saat membuka pintu kudapati Tante Sitta lagi bergunjing dengan ibuku.
Rupanya dia tidak mengira aku akan masuk, dan cepat-cepat menurunkan sebelah kakinya dari sandaran lengan sofa, tapi aku sudah sempat melihat celah kangkangan kedua pahanya yang putih padat dan celana dalam merah jambu yang membalut ketat meqinya yang bagus cembung.
Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri. Tanpa bicara apapun aku terus ke belakang. Dan sejak itu pemandangan sekilas itu selalu menjadi obsesiku. Setiap melihat Tante Sinta, aku ingat kangkangan paha dan meqi tebal dalam pagutan ketat celana dalamnya.
Oh ya mengenai Tante Sinta yang tak punya anak. Saya mendengar ini terkadang jadi keluh-kesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia dan suaminya tak punya anak, dan entah apa yang dikatakan ibuku mengenai hal itu untuk menghibur dia.
Apalagi? Oh ya, ini yang paling penting yang menjadi asal-muasal cerita. Kalau bukan karena ini barangkali takkan ada cerita hehehhehe …. Tante Sinta ini, dia takut sekali sama setan, tapi anehnya suka nonton film setan di televisi hehehe …. Terkadang dia nonton di rumah kami kalau suaminya lagi ke kota lain untuk urusan bisnesnya. Pulangnya dia takut, lalu ibuku menyuruh aku mengantarnya sampai ke pintu rumahnya.
Dan inilah permulaan cerita.
Pada suatu hari tetangga sebelah kanan rumah Tante Sinta dan suaminya (kami di sebelah kiri) meninggal. Perempuan tua ini pernah bertengkar dengan Tante Sinta karena urusan sepele. Kalau tidak salah karena soal ayam masuk rumah. Sampai si perempuan meninggal karena penyakit bengek, mereka tidak berteguran.
Tetangga itu sudah tiga hari dikubur tak jauh di belakang rumahnya, sewaktu suami Tante Sinta, Om Hendra berangkat ke Singapura untuk urusan bisnes pasokannya. Sepanjang hari setelah suaminya berangkat Tante Sinta uring-uringan sama ibuku di rumahku.
Dia takut sekali karena sewaktu masih hidup tetangga itu mengatakan kepada banyak orang bahwa sampai di kuburpun dia tidak akan pernah berbaikan dengan Tante Sinta.
Lanjutannya ketika aku pulang dari latihan sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Sinta takut tidur sendirian di rumahnya karena suaminya lagi pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri.
Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Sinta. Mula-mula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adik-adikku. Kukatakan aku mesti sekolah besok pagi. Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Sinta (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku).
Kata ibuku adik-adikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Sinta tenteram, lagi pula adik-adikku itupun takut jangan-jangan didatangi arwah tetangga yang sudah mati itu hehehehe.
Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Sinta lewat pintu belakang. Tante Sinta tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.
“Mari makan malam Dit”, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.
“Saya sudah makan, Tante,” kataku, tapi Tante Sinta memaksa sehingga akupun makan juga.
“Adit, kamu kok pendiam sekali? Berlainan betul dengan adik-adik dan ibumu”, kata Tante Sinta selagi dia menyendok nasi ke piring.
Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Sinta saja, atau Lala atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.
“Tapi Tante suka orang pendiam”, sambungnya.
Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Sinta berlaku hati-hati agar jangan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa atau ke lengan sofa.
Selesai acara musik kami lanjutkan mengikuti warta berita lalu film yang sama sekali tidak menarik. Karena itu Tante Sinta mematikan televisi dan mengajak aku berbincang menanyakan sekolahku, kegiatanku sehari-hari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum.
Aku menjawab singkat-singkat saja seperti orang blo’on. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakap-cakap karena takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Sinta pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung.
Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan. Tante Sinta sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar.
Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan ditingkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tiba-tiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.
Kudengar suara Tante memanggil di pintu kamarnya.
“Ya, Tante?”
“Tolong temani Tante mencari senter”.
“Dimana Tante?”, aku mendekat meraba-raba dalam gelap ke arah dia.
“Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana.” Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk. Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.
“Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.”
“Tante takut tidur dalam gelap Dit”.
“Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut?”, aku sendiri terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah mengantuk sangat. Tante Sitta diam beberapa saat.
“Di kamar tidur Tante?”, tanyanya.
“Ya saya tidur di bawah”, kataku. “di karpet di lantai.” Seluruh lantai rumahnya memang ditutupi karpet tebal.
“Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ….. “
Aku terkesiap. “A … asal apa Tante?”
“Asal kamu jangan bilang sama teman-temanmu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekali-kali bilang sama ibumu”.
“Ah buat apa itu saya bilang-bilang? Tidak akan, Tante”. Dalam hati aku melonjak-lonjak kegirangan. Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante Sinta yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggol-nyenggol dia sedikit-sedikit.
Meraba-raba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali meraba-raba ke arah Tante Sinta di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari kisi-kisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk.
Badan kami berantuk saat dia menuntun aku ke tempat tidurnya dalam gelap. Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur.
Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.
“Kamu itu kurus tapi badanmu kok keras Dit?” bisiknya di sampingku dalam gelap. Aku tak menjawab.
“Seandainya kau tahu betapa ******-ku lebih keras lagi sekarang ini,” kataku dalam hati. Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.
“Dit,” kudengar dia memecah keheningan. “Kamu pernah bersetubuh?”
Nafasku sesak dan mereguk ludah.
“Belum Tante, bahkan melihat celana dalam perempuanpun baru sekali.” Wah berani sekali aku.
“Celana dalam Tante?”
“Hmmh”.
“Kamu mau nanggelin Dit?” dalam gelap kudengar dia menahan tawa.
Aku hampir-hampir tak percaya dia mengatakan itu.
“Nanggelin celana dalam Tante?”
“Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.”
Aku diam agak lama.
“Takutnya nanti bilah saya tidak mau kendor Tante”.
“Nanti Tante kendorin”.
“Sama apa?”
“Ya tanggelin dulu. Nanti bilahmu itu tahu sendiri.” Suaranya penuh tantangan.
Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantik-seksi selama bertahun-tahun usia remajaku.
Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 0-0 sampai menit ke-85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri.
Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek.
GOL! Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Sitta. Lalu dalam gelap kuraih kaitan BH dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya.
Kukuakkan paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah labianya yang basah. Saya tancapkan terus. MASUK!
Aku menyetubuhi Tante Sitta begitu tergesa-gesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumaju-mundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh … Ohhhhh ….
Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntah-muntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps.
Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Sitta masih belum apa-apa, apalagi puas.
Dan tiba-tiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Sinta tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Laki-laki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.
“Lain kali jangan terlampau tergesa-gesa dong sayang”, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hanya dengan kimono yang tadinya tidak sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.
Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?
Tante Sitta masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.
”Apa ini Tante?”
“Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi”, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.
Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante kembali membawa gelas berisi air putih.
Dan kami duduk bersisian di pinggir ranjang.
“Enak sekali Tante”, bisikku dekat telinganya.
“Telor mentah dan madu lebah?”, tanyanya.
“Bukan. Meqi Tante enak sekali.”
“Mau lagi?” tanyanya menggoda.
“Iya Tante, mau sekali”, kataku tak sabar dengan melingkarkan tangan di bahunya.
“Tapi yang slow ya Dit? Jangan buru-buru seperti tadi.”
“Iya Tante, janji”.
Dan kamipun melakukannya lagi. Walau di kota kabupaten aku bukannya tidak pernah nonton filem bokep. Ada temanku yang punya kepingan VCD-nya. Dan aku tahu bagaimana foreplay dilakukan. Sekarang aku coba mempraktekkannya sendiri. Mula-mula kucumbu dada Tante Sitta, lalu lehernya.
Lalu turun ke pusar lalu kucium dan kujilat ketiaknya, lalu kukulum dan kugigit-gigit pentilnya, lalu jilatanku turun kembali ke bawah seraya tanganku meremas-remas kedua payudaranya. Lalu kujilat belahan vaginanya.
Sampai disini Tante Sinta mulai merintih. Kumainkan itilnya dengan ujung lidahku. Tante Sinta mengangkat-angkat panggulnya menahan nikmat. Dan akupun juga sudah tidak tahan lagi. Penisku kembali tegang penuh dan keras seakan berteriak memaki aku dengan marah “Cepatlah *******, jangan berleha-leha lagi”, teriaknya tak sabar. Penis yang hanya memikirkan mau enaknya sendiri saja.
Aku merayap di atas tubuh Tante Sinta. Tangannya membantu menempatkan bonggol kepala penisku tepat di mulut lobang kemaluannya. Dan tanpa menunggu lagi aku menusukkan penisku dan membenamkannya sampai dua pertiga. Lalu kupompa dengan ganas.
“Diiiiiiiit”, rengeknya mereguk nikmat sambil merangkul leher dan punggungku dengan mesra. Rangkulan Tante Sinta membuat aku semakin bersemangat dan terangsang. Pompaanku sekarang lebih kuat dan rengekan Tante Sinta juga semakin manja.
Dan kupurukkan seluruh batangku sampai ujung kepada penisku menyentuh sesuatu di dasar rahim Tante. Sentuhan ini menyebabkan Tante menggeliat-geliat memutar panggulnya dengan ganas, meremas dan menghisap kontolku.
Reaksi Tante ini menyebabkan aku kehilangan kendali. Aku bobol lagi. Spermaku muncrat tanpa dapat ditahan-tahan lagi. Dan kudengar Tante Sinta merintih kecewa. Kali ini aku keburu knocked out selagi dia hampir saja mencapai orgasme.
“Maafkan Tante”, bisikku di telinganya.
“Tak apa-apa Dit,” katanya mencoba menenangkan aku. Dihapusnya peluh yang meleleh di pelipisku.
“Dit, jangan bilang-bilang siapapun ya sayang? Tante takut sekali kalau ibumu tahu. Dia bakalan marah sekali anaknya Tante makan”, katanya tersenyum masih tersengal-sengal menahan berahi yang belum tuntas penuh.
Kontolku berdenyut lagi mendengar ucapan Tante itu, apa memang aku yang dia makan bukannya aku yang memakan dia? Dan aku teringat pada kekalahanku barusan. Ke-lelakian-ku tersinggung. Diam-diam aku bertekad untuk menaklukkannya pada kesempatan berikutnya sehingga tahu rasa, bukan dia yang memakan aku tetapi akulah yang memakan dia.
Aku terbangun pada kokokan ayam pertama. Memang kebiasaanku bangun pagi-pagi sekali. Karena aku perlu belajar. Otakku lebih terbuka mencerna rumus-rumus ilmu pasti dan fisika kalau pagi. Kupandang Tante Sinta yang tergolek miring disampingku.
Dia masih tidak ber-celana dalam dan tidak ber-BH. Sebelah kakinya menjulur dari belahan kimono di selangkangannya membentuk segitiga sehingga aku dapat melihat bagian dalam pahanya yang putih padat sampai ke pangkalnya.
Ujung jembutnya juga kulihat mengintip dari pangkal pahanya itu dan aku juga bisa melihat sebelah buah dadanya yang tidak tertutup kimono. Aku sudah hendak menerkam mau menikmatinya sekali lagi sewaktu aku merasa desakan mau buang air kecil. Karena itu pelan-pelan aku turun dari ranjang terus ke kamar mandi.
Aku sedang membasuh muka dan kumur-kumur sewaktu Tante Sinta mengetok pintu kamar mandi. Agak kecewa kubukakan pintu dan Tante Sinta memberikan handuk bersih. Dia sodorkan juga gundar gigi baru dan odol.
“Ini Dit, mandi saja disini,” katanya. Barangkali dia kira aku akan pulang ke rumahku untuk mandi? Goblok bener.
Akupun cepat-cepat mandi. Keluar dari kamar mandi dengan sarung dan singlet dan handuk yang membalut tengkuk, kedua pundak dan lengan kulihat Tante Sinta sudah di dapur menyiapkan sarapan.
“Ayo sarapan Dit. Tante juga mau mandi dulu,” katanya meninggalkan aku.
Kulihat di meja makan terhidang roti mentega dengan botol madu lebah Australia disampingnya dan semangkok besar cairan kental berbusa. Aku tahu apa itu. Teh telor. Segera saja kuhirup dan rasanya sungguh enak sekali di pagi yang dingin.
Saya yakin paling kurang ada dua butir telor mentah yang dikocokkan Tante Sitta dengan pengocok telur disana, lalu dibubuhi susu kental manis cap nona dan bubuk coklat. Lalu cairan teh pekat yang sudah diseduh untuk kemudian dituang dengan air panas sembari terus dikacau dengan sendok. Lezat sekali. Dan dua roti mentega berlapis juga segera lenyap ke perutku. Kumakan habis selagi berdiri. Madu lebahnya kusendok lebih banyak.
Tante tidak lama mandinya dan aku sudah menunggu tak sabar.
Dengan hanya berbalut handuk Tante keluar dari kamar mandi.
“Tante, ini teh telornya masih ada”, kataku.
“Kok tidak kamu habiskan Dit?” tanyanya.
“Tante kan juga memerlukannya” , kataku tersenyum lebar. Dia menerima gelas besar itu sambil tersenyum mengerling lalu menghirupnya.
“Saya kan dapat lagi ya Tante”, tanyaku menggoda. Dia menghirup lagi dari gelas besar itu. “Tapi jangan buru-buru lagi ya?” katanya tersenyum dikulum. Dia menghirup lagi sebelum gelas besar itu dia kembalikan padaku. Dan aku mereguk sisanya sampai habis.
Penuh hasrat aku mengangkat dan memondong Tante Sinta ke kamar tidur.
“Duh, kamu kuat sekali Dit”, pujinya melekapkan wajah di dadaku.
Kubaringkan dia di ranjang, handuk yang membalut tubuh telanjang-nya segera kulepas. Duhhh cantik sekali. Segalanya indah. Wajah, toket, perut, panggul, meqi, paha dan kakinya. Semuanya putih mulus mirip artis film Jepang.
Semula aku ragu bagaimana memulainya. Apa yang mesti kuserang dulu, karena semuanya menggiurkan. Tapi dia mengambil inisiatif. Dilingkarkannya tangannya ke leherku dan dia dekatkan mulutnya ke mulutku, dan akupun melumat bibir seksinya itu.
Dia julurkan lidahnya yang aku hisap-hisap dan perasan airludahnya yang lezat kureguk. Lalu kuciumi seluruh wajah dan lehernya. Lalu kuulangi lagi apa yang aku lakukan padanya tadi malam. Meremas-remas payu daranya, menciumi leher, belakang telinga dan ketiaknya, menghisap dan menggigit sayang pentil susunya. Sementara itu tangan Tante juga liar merangkul punggung, mengusap tengkuk, dan meremas-remas rambutku.
Lalu sesudah puas menjilat buah dada dan mengulum pentilnya, ciumanku turun ke pusar dan terus ke bawah. Seperti kemarin aku kembali menciumi jembut di vaginanya yang tebal seperti martabak Bangka, menjilat klitoris, labia dan tak lupa bagian dalam kedua pahanya yang putih. Lalu aku mengambil posisi seperti tadi malam untuk menungganginya.
Tante menyambut penisku di liang vaginanya dengan gairah. Karena Tante Sinta sudah naik birahi penuh, setiap tusukan penisku menggesek dinding liangnya tidak hanya dinikmati olehku tetapi dinikmati penuh oleh dia juga.
Setiap kali sambil menahan nikmat dia berbisik di telingaku “Jangan buru-buru ya sayang, …….. jangan buru-buru ya sayang.” Dan aku memang berusaha mengendalikan diri menghemat tenaga. Kuingat kata-kata pelatih sepakbola-ku.
Kamu itu main dua kali 45 menit, bukannya cuman setengah jam. Karena itu perlu juga latihan lari marathon. Dari pengalaman tadi malam kujaga agar penisku yang memang berukuran lebih panjang dari orang kebanyakan itu jangan sampai terbenam seluruhnya karena akan memancing reaksi liar tak terkendali dari Tante Sinta.
Aku bisa bobol lagi. Aku menjaga hanya masuk dua pertiga atau tiga perempat.
Dan kurasakan Tante Sinta juga berusaha mengendalikan diri. Dia hanya menggerakkan panggulnya sekadarnya menyambut kocokan batangku. Kerjasama Tante membantu aku. Untuk lima menit pertama aku menguasai bola dan lapangan sepenuhnya.
Kujelajahi sampai dua pertiga lapangan sambil mengarak dan mendrible bola, sementara Tante merapatkan pertahanan menunggu serangan sembari melayani dan menghalau tusukan-tusukanku yang mengarah ke jaring gawangnya.
Selama lima menit berikutnya aku semakin meningkatkan tekanan. Terkadang bola kubuang ke belakang , lalu kugiring dengan mengilik ke kiri dan ke kanan, terkadang dengan gerakan berputar. Kulihat Tante mulai kewalahan dengan taktik-ku. Lima menit berikutnya Tante mulai melancarkan serangan balasan.
Dia tidak lagi hanya bertahan. Back kiri dan bek kanan bekerjasama dengan gelandang kiri dan gelandang kanan, begitupun kiri luar dan kanan luar bekerjasama membuat gerakan menjepit barisan penyerangku yang membuat mereka kewalahan.
Sementara merangkul dan menjepitkan paha dan kakinya ke panggulku Tante Sitta berbisik mesra “jangan buru-buru ya sayang …. jangan tergesa-gesa ya Dit?”. Akupun segera mengendorkan serangan, menahan diri. Dan lima menit lagi berlalu. Lalu aku kembali mengambil inisiatif menjajaki mencari titik lemah pertahanan Tante Sinta.
Aku gembira karena aku menguasai permainan dan lima menit lagi berlalu. Tante Sinta semakin tersengal-sengal, rangkulannya di punggung dan kepalaku semakin erat. Dan aku tidak lagi melakukan penjajakan.
Aku sudah tahu titik kelemahan pertahanannya. Sebab itu aku masuk ke tahap serangan yang lebih hebat. Penggerebekan di depan gawang. Penisku sudah lebih sering masuk tiga perempat menyentuh dasar liang kenikmatan Tante Sinta.
Setiap tersentuh Tante Sinta menggelinjang. Dia pererat rangkulannya dan dengan nafas tersengal dia kejar mulutku dengan mulutnya dan mulut dan lidah kamipun kembali berlumatan dan kerkucupan.
“Dit”, bisiknya. “Punyamu panjang sekali.”
“Memek Tante tebal dan enak sekali”, kataku balas memuji dia. Dan pertempuran sengit dan panas itu berlanjut lima lalu sepuluh menit lagi.
Lalu geliat Tante Sinta semakin menggila dan ini menyebabkan aku semakin gila pula memompa. Aku tidak lagi menahan diri. Aku melepaskan kendali syahwat berahiku selepas-lepasnya. Kutusuk dan kuhunjamkan kepala ******-ku sampai ke pangkalnya berkali-kali dan berulang-ulang ke dasar rahimnya sampai akhirnya Tante Sinta tidak sadar menjerit “oooooohhhhhh…” .
Aku terkejut, cepat kututup mulutnya dengan tanganku, takut kedengaran orang, apalagi kalau kedengaran oleh ibuku di sebelah. Sekalipun demikian pompaanku yang dahsyat tidak berhenti. Dan saat itulah kurasakan tubuh Tante Sitta berkelojotan sementara mulutnya mengeluarkan suara lolongan yang tertahan oleh tanganku. Dia orgasme hebat sekali.
“Sudah Dit, Tante sudah tidak kuat lagi”, katanya dengan nafas panjang-singkatan setelah mulutnya kulepas dari bekapanku. Kulihat ada keringat di hidung, di kening dan pelipisnya. Wajah itu juga kelihatan letih sekali. Aku memperlambat lalu menghentikan kocokanku. Tapi senjataku masih tertanam mantap di memek tebalnya.
“Enak Tante?”, bisikku.
“Iya enak sekali Dit. Kamu jantan. Sudah ya? Tante capek sekali”, katanya membujuk supaya aku melepaskannya. Tapi mana aku mau? Aku belum keluar, sementara batang kelelakianku yang masih keras perkasa yang masih tertancap dalam di liang kenikmatannya sudah tidak sabaran hendak melanjutkan pertempuran.
“Sebentar lagi ya Tante,” kataku meminta , dan dia mengangguk mengerti. Lalu aku melanjutkan melampiaskan kocokanku yang tadi tertunda. Kusenggamai dia lagi sejadi-jadinya dan berahinya naik kembali, kedua tangannya kembali merangkul dan memiting aku, mulutnya kembali menerkam mulutku.
Lalu sepuluh menit kemudian aku tak dapat lagi mencegah air mani-ku menyemprot berkali-kali dengan hebatnya, sementara dia kembali berteriak tertahan dalam lumatan mulut dan lidahku. Liang vaginanya berdenyut-denyut menghisap dan memerah sperma-ku dengan hebatnya seperti tadi. Kakinya melingkar memiting panggul dan pahaku.
Persetubuhan nikmat diantara kami ternyata berulang dan berulang dan berulang dan berulang lagi saban ada kesempatan atau tepatnya peluang yang dimanfaatkan.
Suami Tante Sitta Om Hendra punya hobbi main catur dengan Bapakku. Kalau sudah main catur bisa berjam-jam. Kesempatan itulah yang kami gunakan. Paling mudah kalau mereka main catur di rumahku. Aku datangi terus Tante Sinta yang biasanya berhelah menolak tapi akhirnya mau juga. Aku juga nekad mencoba kalau mereka main catur di rumah Tante Sinta.
Dan biasanya dapat juga walau Tante Sinta lebih keras menolaknya mula-mula. Hehe kalau aku tak yakin bakalan dapat juga akhirnya manalah aku akan begitu degil mendesak dan membujuk terus.
Tiga bulan kemudian sesudah peristiwa pertama di kala hujan dan badai itu aku ketakutan sendiri. Tante Sinta yang lama tak kunjung hamil, ternyata hamil. Aku khawatir kalau-kalau bayinya nanti hitam. Kalau hitam tentu bisa gempar. Karena Tante Sinta itu putih. Om Hendra kuning. Lalu kok bayi mereka bisa hitam? Yang hitam itu kan si Adit. Hehehehe … tapi itu cerita lain lagilah.

MANDIRIQQ

Thursday, April 28, 2016

MANDIRIQQ - PERJAKA KU YANG DIAMBIL OLEH TANTEKU SENDIRI

PERJAKA KU YANG DIAMBIL OLEH TANTEKU SENDIRI


Pagi itu Tante Lia meneleponku dan memintaku untuk datang ke rumahnya. Dia mengeluh pipa air di dapurnya rusak. Karena aku sudah beberapa kali berhasil memperbaiki pipa2 air dirumahnya, maka dia memanggilku untuk memperbaiki pipa air yang rusak tersebut dirumahnya dan karena hari ini jadwalku sangat padat, maka aku bilang kalau aku akan kerumahnya setelah semua kegiatanku selesai. Sore hari setelah semua kegiatan aku selesaikan, maka sesuai janjiku pada Tante Lia aku datang ke rumahnya. Begitu sampai di rumahnya, akupun langsung masuk kedalam rumah dan ternyata Tante Lia sudah berada di ruang tamu menunggu kedatanganku dengan mengenakan baju santai. Baju tersebut sangat pendek dan hanya menutupi 1/3 bagian paha mulus Tante Lia.



“Ayo Nik, aku tunjukin pipa yang rusak” kata Tante Lia sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur. Aku mengikuti Tante Lia dari belakang. Mataku tak berkedip melihat penampilan Tante Lia itu. Dengan memakai baju yang sangat pendek dan ketat tersebut, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya paha serta bentuk dan lekuk pantat Tante Lia yang bulat padat bergoyang ketika dia berjalan. Begitu tiba di dapur, sebelum mulai memperbaiki pipa yang rusak, karena takut kotor dan basah, aku melepas celana panjang dan kemejaku sehingga aku tinggal mengenakan celana boxer dan kaos oblong. Setelah aku selesai berganti pakaian, aku membungkuk untuk melihat pipa di bawah tempat cuci piring. Aku melihat ada air menetes dari sambungan pipa.

Dengan posisi selonjor di lantai, aku masukkan badanku di bawah kolong tempat cuci piring tersebut dan mulai membetulkan sambungan yang rusak tersebut. Namun betapa terkejutnya aku saat aku melihat ke arah Tante Lia. Karena baju Tante Lia yang sangat pendek tersebut, maka dari posisiku tersebut aku dapat melihat langsung kearah selangkangan Tante Lia. Ternyata Tante Lia tidak memakai celana dalam sehingga aku bisa melihat langsung memek Tante Lia yang dipenuhi dengan bulu2 jembut yang cukup lebat. Sejenak aku terdiam sambil memandangi memek Tante Lia hingga aku dikejutkan oleh suara Tante Lia.

“Gimana Nik, apa perlu diganti sambungan pipanya?” tanya Tante Lia. “Gak usah Tan, hanya perlu ditambah seal tape dan dikencangin saja juga beres” jawabku dengan muka memerah menahan malu karena ketahuan Tante Lia kalau aku sedang memandangi bagian selangkangannya. Akupun kembali memperbaiki sambungan pipa yang rusak tersebut sambil sesekali kembali mataku melihat selangkangan Tante Lia yang jelas menampakkan bukit memeknya yang menggembung itu. Tiba2 aku merasakan sesuatu menggesek-gesek bagian tengah selangkanganku. Gesekan tersebut tepat mengenai biji pelirku. Saat aku melihat kebawah, aku melihat kaki Tente Nur yang menggesek gesek biji pelirku tersebut.

Akupun merasakan nikmatnya gesekan kaki Tante Lia tersebut pada biji pelirku dan akupun seketika menghentikan aktifitasku yang sedang memperbaiki sambungan pipa yang rusak tersebut.Tante Lia terus melakukan hal tersebut hingga kurang lebih 1 menit lamanya. Karena rangsangan pada biji pelirku tersebut, kontolku pun mulai ngaceng dan keras. Namun disaat aku sedang merasakan nikmatnya gesekan tersebut, tiba2 Tante Lia menghentikan gerakan kakinya dan melangkah beranjak dari tempatnya semula. Saat gesekan itu berhenti, pikiranku menjadi tidak karuan.

Aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin dengan harapan setelah selesai maka aku bisa menuntaskan nafsuku yang sempat terhenti tersebut dengan beronani di kamar mandi. Sebentar kemudian pekerjaanku selesai. Alangkah terkejutnya aku saat aku keluar dari bawah bak cuci piring, aku melihat Tante Lia sudah dalam keadaan telanjang bulat. Bajunya sudah teronggok di lantai. Sambil duduk di atas meja dapur, Tante Lia menggosok-gosok memeknya dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya meremas-remas payudaranya yang besar. Tanpa berkedip aku melihat kearah memek Tante Lia yang menggembung bentuknya dan dikelilingi oleh bulu2 jembut yang cukup lebat tersebut. “Apakah kamu menyukainya, Nik?” Dengan suara manja menggoda Tante Lia bertanya kepadaku.

Aku tidak menjawab dan terus menatap kearah memeknya. “Apa kamu gak ingin menyentuhnya, Nik? Kamu pasti akan menyukainya kalau sudah menyentuhnya” Ujar Tante Lia mengagetkanku. Bagaikan orang yang kena hipnotis, perlahan aku mendekati Tante Lia. Ini adalah pertama kalinya aku melihat memek perempuan secara nyata dan dari jarak yang begitu dekat. Sebelumnya aku hanya melihat memek perempuan dari film-film bokep, tapi kini aku dapat melihatnya secara langsung. Semua itu semakin membuat nafsuku bergelora dan kontolku pun semakin tegak dan keras. Belum hilang rasa keterkejutanku, tiba2 tangan Tente Nur meraih tanganku dan menuntunnya ke memeknya. Tante Lia membiarkan aku menyentuh memeknya dan tangankupun mulai meraba bukit memeknya. Bukit memek Tante Lia terasa empuk di tanganku. Lalu Tente Nur memegang tanganku yang lain dan mengarahkannya pada payudaranya. Luar biasa besar payudara Tante Lia dan kini aku meremas payudara tersebut dengan tanganku.

Sungguh saat itu perasaanku semakin tidak karuan. Kedua tangan aku benar2 menyentuh dua bagian yang paling sensitif dari seorang perempuan yaitu memek dan payudara dan itu adalah milik Tante Lia. Tente Nur memejamkan matanya menikmati rabaan tanganku pada memek dan payudaranya sambil menjilati kedua bibirnya dengan lidahnya sendiri. Tampaknya Tante Lia telah benar-benar terangsang oleh nafsu birahinya. Tiba2 Tante Lia membuka matanya. “Nik, Apakah kamu pernah ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia dengan vulgarnya. Mendengar pertanyaan tersebut, jantungku semakin berdegup kencang. “Belum pernah, Tan” jawabku dengan suara bergetar menahan gejolak nafsu birahiku yang semakin meninggi. “Mau gak kamu ngentot dengan Tante?” tanya Tante Lia lagi.

Aku tertegun mendengar kalimat Tante Lia barusan. Baru sekali ini aku melihat lalu kemudian memegang dan meraba memek dan payudara perempuan, tiba-tiba kini Tante Lia ingin aku ngentot dengan dirinya. “Jangan khawatir, Niko. Tante akan mengajari kamu bagaimana memuaskan perempuan dengan kontolmu itu dan kamu akan merasakan bagaimana nikmatnya ngentot dengan perempuan” kata Tante Lia melihat kebingunganku tersebut, sambill memasukkan tangannya kedalam celana boxerku dan mengusap-usap batang kontolku yang sudah ngaceng dari tadi. Tante Lia bangkit dari duduknya dan menyuruhku untuk ganti duduk di atas meja dapur. Dengan cepat Tante Lia menurunkan celana boxerku beserta dengan cdnya sehingga mencuatlah batang kontolku yang besar dan panjang tersebut. “Wow… gila…!!!! Besar banget kontolmu, Nik. Jauh lebih besar dibanding ****** Pamanmu. Udah gitu panjang lagi.” teriak Tante Lia begitu melihat batang kontolku sambil tangannya membelai lembut batang kontolku yang panjang dan besar tersebut sehingga kontolku semakin keras dan berdenyut-denyut. Lalu dengan penuh nafsu Tante Lia menjilati batang kontolku.

“Sekarang Tante ingin merasakan kontolmu di mulut Tante” kata Tante Lia sambil membuka mulutnya dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Mulut Tante Lia hanya dapat menampung setengah dari keseluruhan panjang batang kontolku. Slurp… slurp… slurp… dengan penuh nafsu Tante Lia mengulum batang kontolku dan menjilati kepala kontolku di dalam mulutnya. “Aaaahhhh… Taaaaaannnn… ssssshhhh…. ooooohhhh…” aku mengerangan merasakan kenikmatan yang luar biasa akibat kuluman Tante Lia pada batang kontolku. Aku memejamkan mata menikmati untuk pertama kalinya batang kontolku diisap oleh perempuan. Selama ini saat melihat adegan perempuan yang sedang ngisep penis lelaki dalam film bokep, aku selalu membayangkan betapa nikmat rasanya. Kini akupun dapat merasakan kenikmatan itu secara langsung dari Tante Lia. Tante Lia terus menghisap-hisap kontolku dengan rakusnya.

Mulutnya penuh dengan kontolku dan menghisapnya seperti sedang menghisap permen lolypop. Begitu nikmatnya, aku hampir tidak bisa membuka mataku. Tante Lia mengeluarkan kontolku dari mulutnya. Dikocoknya dengan lembut kontolku yang basah oleh ludahnya beberapa kali kemudian dia isap lagi kontolku. Aku terangsang hebat, aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari ujung kepala kontolku. “Aduh Taaaaannn… aku nggak tahaaaan… enak banget rasanya“ erangku. “Kalau mau keluar, keluarin aja Nik. Jangan ditahan-tahan“ kata Tante Lia sambil kembali mengulum dan mengisap kepala kontolku sementara tangannya mengocok lembut batang kontolku sehingga dalam waktu singat aku langsung ejakulasi. “Aaaaaaaahhhhh… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrrr…!!!” teriakku. Croooottt… croooottt… croootttt… spermaku nyemprot banyak sekali di dalam mulut Tante Lia. Mmmmhhh… slurp… mmmmhhh… slurp… slurp… mulut Tante Lia penuh dengan cairan spermaku kemudian dia telan semua sperma yang aku semprotkan. Sedangkan sisa2 sperma yang meleleh di batang kontolku dia jilati sampai bersih.

“Nik spermamu banyak sekali. Udah lama nih kelihatannya nggak dikeluarin ya? Baunya wangi. Sekarang Tante baru percaya kalau kontolmu memang belum pernah dimasukin kedalam memek perempuan” kata Tante Lia, “Baru dimasukin kedalam mulut saja sudah meler…” ledeknya. Kemudian Tante Lia berdiri lalu duduk di meja dapur tepat disebelahku. Tante Lia melebarkan kedua kakinya sehingga bibir memeknya tampak merekah. Dia mendorong tubuhku turun dari meja dan menarik kepalaku serta menuntunnya ke arah memeknya. Rupanya Tante Lia ingin agar aku gantian menjilati memeknya. Tante Lia telah benar2 terbakar oleh gairah birahinya . Gairah seksual meledak untuk dipuaskan. Dan Tante menginginkannya dariku. “Oooohhh… Nik… jilati memek Tante… Nik…!!!” perintah Tante Lia agar aku segera menjilati memeknya sambil memegang belakang kepalaku sehingga kini mulutku menempel di bibir memeknya.

Aku menjulurkan lidahku ke memek Tante Lia dan mulai menjilati memeknya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, aku mencium bau memek perempuan dan merasakan asinnya lendir yang keluar dari memek perempuan. Tante Lia semakin melebarkan kangkangan kedua kakinya sehingga mulut dan lidahku semakin mudah mengakses daerah memeknya. “Ooohhh… Niko… Terus isap memek Tante, Ruuuuuddd… Tante ingin kamu puasin Tante hari ini…!!! Sssshhh… aaahhh… ya… iya… yang itu sayang… Ooooohhh… isap itil Tante yang kuat… Ooooohhh… terus isap sayang… Ssssshhhh… Aaaaahhhh…” Tante Lia mengerang saat lidah aku menjelajahi memeknya dan menjilati itilnya. Tante Lia menekan kepalaku sehingga mulutku menempel lebih erat di memek nya. Erangan Tante Lia semakin keras dan sekarang Tante mulai menggerak-gerakan pantatnya mengikuti jilatan lidahku pada celah memeknya.

Aku semakin bernafsu menjilati celah memek Tante Lia yang semakin basah dan sesekali mengisap itil Tante Lia yang semakin bengkak. Tante Lia melihat kontolku yang besar dan panjang itu semakin tegang dan keras. Tante Lia tahu bahwa aku sudah benar2 terangsang dan siap untuk menyetubuhinya. Tante menarik kepalaku menjauh dari memeknya lalu dia berdiri. Sambil mengandeng tanganku, Tante Lia mengajakku ke kamarnya. Setibanya di kamar, Tante Lia menarikku keatas ranjang. Tante telentang dengan kedua kakinya direntangkan lebar2 dan aku berada di atasnya. Tangan Tante Lia segera meraih kontolku dan dikocoknya pelan-pelan. Kemudian Tante Lia memegang kontolku dan membimbing ke arah memeknya. Dia mulai menggosok-gosokan kepala kontolku di bibir memeknya.

Bibir memek Tante Lia terasa basah oleh cairan lengket yang keluar dari dalam memeknya. Tante Lia semakin bernafsu dan ingin aku segera menyarangkan kontolku ke dalam memeknya. Diarahkannya kontolku ke gerbang liang memeknya “Ayo sayang… masukkan kontolmu di memek Tante. Buat Tante puas dengan ****** supermu itu” kata Tante sambil menatapku. Berbekal pengalaman dari melihat film bokep, pelan-pelan aku tekan kontolku membelah bibir memek Tante Lia hingga akhirnya batang kontolku tenggelam seluruhnya di dalam liang memek Tante Lia. Akupun merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kontolku berada di dalam liang memek Tante Lia yang hangat. Rasanya nikmat sekali. Tante Lia memelukku erat sekali. “Oooohhh… Nik… kontolmu enak banget Nik… ngganjel banget… rasanya… ssshhhhh… oooohhhh… terus sayang enak banget… terus entoti memekku… Buat aku puas dengan penis supermu… Aaaaaahhhh… rasanya memekku penuh banget terisi sama kontolmu… gesekan kontolmu terasa banget di dalam liang memekku… Oooohhhh… Ssssshhhh… aahhhhhhh…!!!” Tante Lia mulai merintih, membuatku semakin bersemangat memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kedua kakinya dan dilingkarkan ke pinggangku.

Pada posisi ini kontolku semakin dalam masuk kedalam liang memeknya karena tekanan kaki Tante Lia yang ikut menekan saat aku mengenjotkan batang kontolku kedalam liang memeknya. Aku mulai menggerakkan pantatku naik turun sehingga kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia membuat Tante Lia terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kontolku tersebut. “Apakah kamu merasa nikmat sayang? Gimana rasanya memekku? Apakah kamu menyukainya? ” tanya Tante Lia sambil menatapku. “Ooooohhhh… Tante… memek Tante nikmat bangeeeettt… Niko ingin terus ngentoti memek Tante yang nikmat ini… Aaaahhhh… Sssshhhh… Oooohhh…” rintihku merasakan nikmatnya liang memek Tante Lia yang berkedut-kedut membuat kontolku serasa diremas-remas sambil terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memeknya. Tante Lia memberi tanda agar aku menghentikan enjotanku.

Dia memintaku untuk mencabut kontolku dari memeknya. Dengan masih diliputi kebingungan akupun mencabut kontolku. Tante Lia bangkit lalu nungging. “Ayo sayang… entoti memek Tante dari belakang…” pinta Tante Lia Pantat Tante Lia yang montok dan padat terlihat sangat menggemaskan. Diantara pantatnya yang montok itu, memeknya tampak merekah merangsang. Lalu Tante Lia menggenggam batang kontolku dan membimbingnya hingga kepala kontolku tepat menempel di permukaan liang memeknya. “Sekarang… dorong kontolmu sayang…” kata Tante Lia. Perlahan aku tekan pantatku. Bless… Blesss… Kontolku masuk ke liang memek Tante Lia. Kemudian aku mulai memompa kontolku di liang memek Tante Lia. Ternyata dalam posisi ini, liang memek Tante Lia terasa semakin sempit sehingga jepitannya terasa semakin erat. Dan gesekan kontolku dengan dinding didalam liang memek Tante Lia pun semakin terasa.

Rasanya sungguh sangat nikmat. “Ooooohhhh… Taaaaaannn… memek Tante makin nikmaaaatttt… ssssshhhh… ooooohhhh… enak banget memek Tante…” erangku. Aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia sambil meremas pantatnya. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali beradu dengan pangkal kontolku membuatku makin bernafsu. Aku semakin mempercepat pompaan batang kontolku di dalam memek Tante Lia yang becek sehingga menimbulkan bunyi crop… crop… crop. “Sssssshhhh… sayang… Kapanpun kamu mau, akan saya berikan memekku untukmu… sayang… ssssssshhhh… Terus sodok yang kuat… Aaaaahhhhh… nikmat banget kontolmu sayang…” kata Tante Lia sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar-putar mengimbangi pompaan kontolku. “Remass… Remass payudara Tante, Nik…” desah Tante Lia sambil meremas susunya sendiri.

Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontolku, tanganku segera memegang, meremas payudara dan memainkan putingnya bergantian. “Ooooohhh… sssshhhhh… aaaahhhh… nikmaaatt… Tante gak kuat… Tante mau keluaaaarrr… Ssssshhhh… Ooooohhhh…” jerit lirih Tante Lia sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya, pantatnya terus bergoyang-goyang dan kedutan otot-otot liang memeknya semakin kuat. “Oooohh… Enak sekali, Taaaannn… Akuuuu… mau keluuuuaaarrr…” kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa adanya tanda2 aku akan mendapatkan ejakulasiku seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Keluarkan saja di dalam memekku, sayang…” kata Tante Lia sambil mempercepat goyangan pantatnya.

Empotan liang memeknya semakin kuat meremas batang kontolku yang berada di dalam liang memeknya sehingga semakin nikmat terasa oleh kontolku. Kupercepat enjotan kontolku keluar masuk memek Tante Lia sambil terus meremas payudaranya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku dalam2 ke memeknya. “Taaaaannnnn… Niko keluaaaar… Aaaaaahhhh…!!!” teriakku. Crooooot… croooot… crooot… spermaku menyembur sangat banyak di dalam memek Tante Lia seiring rasa nikmat yang kurasakan. Kontolku berkedut-kedut di dalam liang memek Tante Lia sampai semburan spermaku berhenti. “Oooohhhh… Ssssshhhh… sayaaaaannng… akuuuu… jugaaaa… keluuuuaaaarrr… ssssshhhhh… aaaaaahhhhh…!!!” teriak Tante Lia. Tubuhnya kejang-kejang akibat orgasmenya yang luar biasa nikmatnya. Ternyata disaat aku menyemprotkan spermaku, Tante Lia juga mencapai orgasmenya. Seeeeer… seeeer… seeeeeer… cairan orgasmenya menyiram hangat dan membasahi batang kontolku.

Bagitu banyaknya cairan yang terkumpul didalam liang memek Tante Lia hingga sebagian meleleh keluar dari memeknya. Setelah memberikan waktu beberapa menit bagi Tante Lia untuk menikmati orgasmenya, kemudian aku mencabut kontolku dan akhirnya aku merebahkan diri di samping tubuh molek Tante Lia. Begitu kontolku lepas dari memeknya, Tante Lia langsung menggulingkan tubuhnya disampingku dan memelukku. “Terima kasih sayang… kontolmu benar-benar luar biasa… Tante puas banget… Belum pernah Tante merasakan kenikmatan orgasme seperti barusan yang Tante alami… Muuaah…” bisik Tante Lia sambil mencium lembut keningku. Sementara tangannya terus meraba batang kontolku yang mulai lemas. “Sama-sama… Tante juga hebat, memeknya sangat nikmat…” kataku balas memuji Tante Lia turun dari tempat tidur, lalu terdengar bunyi kecipak-kecipak air di kamar mandi, rupanya Tante Lia sedang membersihkan memeknya yang berlepotan dengan spermaku yang bercampur dengan cairan orgasmenya.

Selesai dari kamar mandi, Tante Lia menghampiriku lagi dengan tubuh dibelit handuk. “Gimana? Enak kan rasanya ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia sambil duduk di sampingku. “Enak sekali, Tan. Terima kasih. Tante telah mengajari aku nikmatnya ngentot memek perempuan. Selama ini aku hanya merasakan kenikmatan ejakulasi lewat onani, tapi kini aku dapat merasakan nikmatnya ejakulasi di memek Tante…” sahutku sambil tersenyum, “Tapi kalau Paman pulang, aku susah dapetin memek Tante…” kataku. “Tenang Nik. Kapanpun Niko pingin memek Tante, akan Tante berikan… tapi harus hati-hati, Nik. Di depan pamanmu jangan memperlihatkan sikap lain padaku. Seperti biasa saja. Pokoknya harus serapi mungkin” kata Tante Lia. Aku cuma mengangguk, sambil memperhatikan wajah Tante Lia. Sorot pandangannya memang jadi lain dari biasanya. Seperti mengandung arti yang mendalam. Senyumnya pun jadi lain.

Mungkin itulah senyum seorang wanita yang telah mencapai kepuasan seksual. “Kenapa udah mau pakai celana lagi? Emang gak mau lagi?” kata Tante Lia dengan nada agak centil sambil memegang tanganku saat aku hendak mengenakan cdku. “Mau, tapi aku lapar, Tan. Kita makan dulu gimana?” ajakku “Kalau perut penuh, nanti bisa sembelit,” Tante Lia memelukku dengan hangatnya, “Mending kita bikin ronde kedua dulu yuk. Nanti kalau udahan, baru kita makan malam. Tante yakin kamu pasti masih kuat” katanya. Aku mengangguk sambil senyum. Cd tak jadi kupakai, lalu kulemparkan begitu saja ke lantai. Sementara itu Tante Lia pun membuka lilitan handuknya, sehingga tubuhnya bugil lagi di depan mataku. Sejenak kuamati tubuh Tante Lia yang mulus sekali, payudaranya montok itu.

Kulit Tante Lia mulus dan bersih. Tidak ada noda setitik pun di tubuhnya. Hebat juga pamanku bisa mendapatkan wanita secantik dan semulus ini. Padahal saat itu usia pamanku sudah 50 tahun, sementara Tante Lia 20 tahun lebih muda darinya. Tante Lia langsung menelentang, seperti mengharapkan terkamanku. Dan aku memang menerkamnya. Meremas payudaranya yang masih kencang dan bahkan mengemut putingnya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Tante Lia tersenyum-senyum sambil mengelus rambutku dengan lembut. Batang kontolku pun mulai menegang lagi. Tante Lia tahu itu, karena tangannya terus-terusan memegang batang kontolku dan terkadang meremasnya dengan lembut. “Ayo… masukkan lagi kontolmu Nik…” pinta Tante Lia sambil meraih batang kontolku dan diarahkan tepat di celah memeknya yang sudah basah itu. Tante Lia lalu memberi isyarat agar aku mendorong batang kontolku.

Kuikuti isyaratnya itu. Kudorong batang kontolku sekuat mungkin. “Ouw… Oooh… sedikit-sedikit, Nik. Jangan disekaliin… sakit… penis kamu gede sekali sih…” teriak Tante Lia sambil meringis. Aku cabut kontolku dari liang memek Tante Lia lalu aku gesek2an kepala kontolku ke itil Tante Lia beberapa kali hingga memeknya semakin basah dan terasa licin. “Ooooohhh… nah… gitu… sayang… iya… gesek-gesek sayang… iya… ooooohhhh….” desah Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan kepala kontolku di itilnya yang semakin membengkak itu. Kemudian aku selipkan kepala kontolku di belahan memek Tante Lia dan aku tekan perlahan-lahan batang kontolku hingga amblas masuk kedalam liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… sayaaaangg… enak sayaaaaang…” erang Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan batang kontolku pada dinding liang memeknya. “Ngentot denganku sama ngentot dengan paman enakan mana Tan?” bisikku sambil terus mengenjotkan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Jauh sayang. Ngentot dengan kamu jauh lebih enak… soalnya kontolmu keras sekali… panjang dan gede banget… aaaaaahhh… bisa2 aku jadi ketagihan ****** kamu Nik…” jawab Tante Lia. Kemudian bibir kami saling lumat. “Nik…. ooooooh… enak sekali sayang… sssssshhhh… ooooohhh… kayaknya aku sudah mau keluaaaaar…” terdengar lagi desahan-desahan histeris Tante Lia, ketika bibirnya lepas dari lumatanku.

Sulit melukiskannya dengan kata-kata, betapa nikmatnya saat batang kontolku sudah mulai mengenjot-enjot dalam jepitan liang memek Tante Lia yang cantik dan mulus itu. Kedutan-kedutan memek Tante Lia semakin sering terasa. Liang memek Tante Lia serasa memijit-mijit batang kontolku sehingga membuat akupun mulai merasakan kalau sebentar lagi spermaku juga akan keluar. “Ssssshhhh… aaaaaahhhhh… Tanteeeeee… akkkuuu… jugaaaa…. mau keluuuuaaaarrrr…” aku mengerang. “Enjotan yang cepat sayang… ayo sayang… kita bareng2 keluar… aaaaaahhh… sssssshhhh… enak sekali sayang…” erang Tante Lia. Kuikuti keinginan Tante Lia. Kupercepat gerakan pantatku maju mundur dan enjotan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… Taaaaaannnn… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!!” teriakku. Kutancap batang kontolku sekuat mungkin, sampai terbenam sepenuhnya di dalam liang memek Tante Lia. Aku pun mendekap tubuh Tante Lia sekencang mungkin. Crooooottt… croooottt… croooottt… kontolku menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. “Oooooohhhh… Nik… akuuuuu… juuugaaa… keluuuuaaaarrr… aaaaahhhhh…!!!” jerit Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya.

Tubuhnya mengejang sambil mendekapku erat sekali. Seeeeerrrr… seeeeerrr… seeeerrr… semburan cairan orgasmenya menyiram hangat batang kontolku. Kami saling berdekapan dengan erat, kemudian kami terkapar di atas tempat tidur dengan kepuasan yang tiada taranya. Tante Lia kemudian bercerita mengenai kehidupan seksualnya dengan Paman. Sudah hampir satu tahun ini dia tidak merasakan nikmatnya orgasme dari persetubuhannya dengan Paman. Akibat penyakit gula yang dideritanya, Paman tidak dapat lagi memberikan kepuasan seksual kepadanya. “Ngentot dengan Pamanmu sebulan 2 kali sudah cukup bagus, karena seringnya cuma sekali sebulan. penis Pamanmu kalau berdiri nggak bisa keras dan baru sebentar main kontolnya sudah ejakulasi” kata Tante Lia. “Makanya saat melihat tonjolan kontolmu yang besar dari balik celana boxermu tadi, nafsuku langsung bangkit.

Dan ternyata kontolmu memang sangat gede dan panjang, Nik. Memekku seperti mau jebol rasanya. Dan luar biasa… belum pernah aku merasakan bersetubuh yang senikmat ini…” bisiknya lirih sambil menikmati sisa2 orgasmenya. Aku tersenyum dengan perasaan bangga. Kemudian mengikuti langkah Tante Lia ke dalam kamar mandi. Kami sama2 mencuci kemaluan kami. Keluar dari kamar mandi, Tante Lia menutup tubuhnya dengan kimono tanpa mengenahan BH dan CD. Begitu pula denganku yang mengenakan celana boxer dan tanpa memakai CD. Kemudian kami sama-sama melangkah ke ruang makan. “Mau dibikinin nasi goreng?” tanya Tante Lia sambil melingkarkan lengannya di leherku, dengan sikap yang mesra sekali. “Boleh, kalau Tante Lia gak capek” sahutku sambil tersenyum.

Tante Lia mencium bibirku dengan mesra, membuat hatiku berdenyut. Karena malam ini sangat lain dari biasanya. “Kuat berapa kali lagi malam ini?” tanya Tante Lia dengan lengan tetap melingkari leherku. Dengan tatapan yang menggoda. “Nggak tau Tan. Kan aku juga baru pertama kali ngentot dengan dengan perempuan. Emang biasanya kalau cowok sebaya aku kuat berapa kali?” tanyaku “Empat atau lima kali juga bisa. Tapi Tante Lia pasti kepayahan. Tante Lia kan bukan remaja lagi” jawab Tante Lia sambil melepaskan rangkulannya dan melangkah ke dapur. Sebentar kemudian Tante Lia sudah menghidangkan nasi goreng untukku. Ada 2 sendok dan 2 garpu dalam satu piring dan nasi gorengnya pun banyak. “Mau sepiring berdua, sayang?” Tante Lia mengecup pipiku. Aneh, ada getaran khusus di hatiku.

Senang rasanya diperlakukan mesra seperti itu oleh Tanteku. Layaknya sepasang kekasih, kami lalu makan di piring yang sama. Terkadang saling pandang dan tersenyum. “Malam ini aku tidur disini ya Tan?” pintaku setelah nasi goreng habis dilahap oleh kami berdua. “Dengan senang hati,” jawab Tante Lia, “Nanti biar aku kasih tahu mamamu kalau kamu malam ini nginap disini” lanjutnya. Selesai makan nasi goreng, untuk pertama kalinya aku tidur bersama Tante Lia. Tentu bukan cuma tidur. Kami lakukan lagi persetubuhan yang ketiga kalinya. Yang ketiga ini lebih edan-edanan. Kami bergulingan, saling remas, saling lumat dan kembali mengatur supaya mencapai titik kepuasan dalam waktu berbarengan. Ketika batang kontolku sedang menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia, terasa benar liang memek itu pun berkedut-kedut, sebagai pertanda bahwa Tante Lia pun sedang merasakan nikmatnya orgasme.

Kami sama-sama terkapar dalam kepuasan. Lalu kami tertidur sambil saling berpelukan dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Begitu nyenyaknya aku tidur, sehingga tak peduli lagi pada tubuhku yang tidak ditutupi sehelai benang pun. Bahkan selimut pun masih terlipat dengan rapi, tidak kami pakai untuk menyelimuti tubuh bugil kami. Tapi pagi-pagi sekali, ketika hari masih gelap, aku merasakan sesuatu yang lain pada batang kontolku. Ada elusan yang luar biasa enaknya, sehingga aku membuka mataku perlahan. Ternyata Tante Lia sedang menyelomoti batang kontolku. Aku terdiam dan berpura-pura tetap tidur. Tapi batang kontolku mulai menegang lagi. Ah, gila… permainan bibir dan lidah Tante Lia terasa begitu enaknya, sehingga nafsu birahiku bergejolak lagi dengan hebatnya. Kemudian Tante Lia berjongkok dengan kakinya berada di kanan kiri pinggulku. Rupanya Tante Lia sedang berusaha memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya. Blesss…. batang kontolku terbenam lagi di dalam liang memek Tante Lia, disusul dengan penjatuhan dada Tante Lia ke atas dadaku, sehingga aku pun membuka mataku.

Tante Lia menggerak-gerakkan pantatnya naik turun, sehingga batang kontolku jadi keluar masuk di dalam mliang memek Tante Lia yang terasa hangat ini. Dinginnya udara pagi tak terasa lagi. Kehangatan dan kenikmatan membuatku mulai berkeringat. Dan diam-diam aku teringat sebuah artikel yang mengatakan bahwa bersetubuh menjelang pagi sangat enak rasanya. Kini aku mengalaminya dan merasakan nikmatnya. Pada saat tubuh sedang segar-segarnya, setelah semalaman istirahat, aku mendapat “santapan pagi” yang sungguh lezat rasanya. Tante Lia tambah merangsangku dengan kata-katanya, “Enak ya ngentot subuh-subuh gini?” desisnya sambil mempergila ayunan pinggulnya. Sehingga batang kontolku seperti dibesot-besot ke atas ke bawah ke kanan ke kiri. “Iya Tan,” sahutku mengimbangi, “ternyata memek Tante Lia enak sekali…” “Kontol kamu juga enak, sayang. Pamanmu kalah jauh… dudududuuuuuuhhhhh… enak sekali sayang… aaaahhhh… aku bisa jadi tambah sayang sama kamu Nik…” kata Tante Lia. “I… iii… iya Tan… mmmmmmh… enak Tan… ooooh… ssshhhhh… aaahhhh…” erangku. Tiba-tiba Tante Lia menghentikan ayunan pinggulnya dan memeluk tubuhku erat-erat. “Niikkkkkk… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!! ssssshhhhh… aaaaaahhhh… nikmaaaaaatttt… banget Nikkkkk…!!!” jerit Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang pertama di pagi itu.

Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya menyembur banyak sekali menyiram hangat batang kontolku yang masih terbenam di liang memeknya dan liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali. Setelah beristirahat sejenak, menyadari batang kontolku yang masih keras di liang memeknya, Tante Lia mengeluarkan kontolku dari dalam memeknya. “Ganti posisi, Nik. Kamu yang di atas” pinta Tante Lia sambil merebahkan tubuhnya di sampingku. Namun kali ini Tante Lia terlentang sambil mengganjal pinggulnya dengan bantal. Lalu kedua kakinya direntangkan lebar-lebar. Sehingga kemaluan Tante Lia tampak merekah, tampak kemerahan bagian dalamnya. “Supaya apa diganjal bantal gitu Tan?” tanyaku polos. “Biar ****** kamu bisa masuk semuanya” jelas Tante Lia lalu tersenyum sambil mengelus memeknya sendiri. “Oya? tanyaku dengan keheranan. “Iya sayang… cobalah… pasti beda rasanya” jawab Tante Lia.

Aku tersenyum, lalu mengikuti petunjuk Tante Lia, memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya yang sudah sangat basah itu. Kemudian aku menahan tubuhku dengan kedua tangan tertekan di kanan kiri Tante Lia, seperti tukang becak yang sedang memegang stang becaknya. Gila, Tante Lia benar. Dengan cara seperti itu sensasinya sungguh luar biasa. Rasanya batang kontolku amblas sepenuhnya ke dalam liang memek Tante Lia yang mencuat ke atas itu. “Duuuuuuuh… sudah masuk, Nik…??!!! Iya… ooooohhhh… kontolmu emang gede sekali, Nik. Sampai seret begini rasanya… ooooohhh… enak bangeeeetttt… ssssshhhh… ooooohhhh…” bisik Tante Lia terengah-engah sambil mendekapku erat2. “Aaaahhh… nikmat sekali Taaaaaan… lebih mantap rasanya…” cetusku sambil mengayun batang kontolku.

Tante Lia pun mengangkat kakinya sampai melewati bahuku dan menggantung kakinya di bahuku. Dengan begitu aku semakin leluasa menggerakan batang kontolku dan membenamkannya dalam2 di liang memek Tante Lia. Sampai fajar menyingsing, aku masih mengayun batang kontolku. Keringat pun mulai bercucuran, berjatuhan ke perut dan dada Tante Lia. Ooooohhh… sungguh pagi yang indah sekali. Aku terus mengenjotkan batang kontolku, sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang montok dan masih sangat kencang itu. Tante Lia menikmati semuanya dengan ganasnya. Pinggulnya bergoyang-goyang erotis sekali, meliuk-liuk dengan gerakan seperti angka 8, membuat batang kontolku seperti dibesot-besot dengan nikmatnya di dalam liang memeknya. Aku pun terpejam-pejam saking enaknya.

Pada satu saat Tante Lia merengkuh leherku, kemudian menciumi bibirku, bahkan lalu melumatnya dengan penuh gairah. Aku pun tak tinggal diam. Kulumat juga bibir dan lidah Tante Lia yang terasa hangat ini. Sementara gerakan batang kontolku semakin cepat bergerak maju mundur dan keluar masuk di dalam jepitan liang memek Tante Lia. Sehingga gak lama kemudian, tubuh Tante Lia kembali mengejang sambil memeluk erat tubuhku. “Aaaaaaahhhhhh… akkkuuuuu… keluuuuaaaarrrr… laaaaagiii… Ruuuuudddd… sssssshhhhhhh…. ooooohhhh… enaaaaaakkkkk… Niiikkkkkkk…. sssssshhhhh… aaaaaaahhhhh…..!!!” teriak Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang kedua. Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya kembali menyiram batang kontolku.

Liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali lebih kuat dari yang pertama tadi. Aku merasa bangga, karena dalam senggama di pagi ini aku berhasil membuat Tante Lia dua kali orgasme. Aku memang jadi tangguh sekali. Karena dalam semalaman sampai pagi ini aku telah bersetubuh empat kali dengan Tante Lia. Tapi aku kasihan melihat Tante Lia yang seperti sudah kepayahan disetubuhi olehku. Maka sambil menikmati empotan memek Tante Lia yang luar biasa nikmatnya itu, aku berkonsentrasi agar cepat ejakulasi. Akhirnya dengan sekali hentakan, aku membenamkan batang kontolku sedalam mungkin, sampai menyentuh dasar liang memek Tante Lia. Croooottt… crooottt… croooottt… bersemburanlah spermaku dari kontolku, memancar-mancar di dalam liang memek Tante Lia. “Ssssssshhhhh… aaaaaaahhhh… Tanteeeeeeee… akuuuuu… keluuuuaaaarrr…!!! Nikmaaaaattt… sekaaalliii… Taaaaannn…!!!” aku mengerang merasakan nikmatnya ejakulasiku. Aku pun lalu ambruk ke dalam dekapan Tante Lia. “Aduuh… gila kamu kuat banget, sayang…” kata Tante Lia sambil mencium pipiku. “Tadi sebenarnya masih bisa bertahan, tapi kasihan Tante Lia sudah ngos-ngosan gitu” kataku sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang masih dibasahi keringat.

Aku diam dan seluruh badanku terasa lemas. “Ayo Nik kita mandi dulu biar segar” Tante Lia mengajakku mandi. ajak Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil menggoda. “Tante, aku dimandiin dong?” kata manja. “Ala kamu genit juga, beres deh ntar Tante mandiin” jawab Tante Lia sambil bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, akupun mengikutinya dari belakang. Di kamar mandi, Tante Lia mengguyur seluruh badanku dengan air hangat yang mengucur lewat dari shower. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh bagian tubuh belakangku. Aku yang dalam keadaan telanjang seperti bayi yang sedang dimandikan oleh Tante Lia. “Sekarang bagian depannya, Nik” perintah Tante Lia. Ketika aku berbalik menghadap Tante Lia. Sepasang payudara yang besar dan montok itu menggantung indah di dada Tante Lia, kini tepat didepan mukaku. Kedua putingnya yang besar terlihat merah kecoklatan.

Aku tidak bisa menahan nafsu segera kuraih kedua payudara Tante Lia dan kuremas-remas. Tante Lia diam saja dan masih terus menyabuni tubuh bagian depanku. Saat putingnya aku pelintir-pelintir Tante Lia mulai mendesis. Kupeluk tubuh Tante Lia yang montok dan lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu kontolku yang sudah ngaceng kembali menerjang-nerjang bagian memek Tante Lia. Tangan Tante Lia kemudian meraih batang kontolku dan dikocoknya dengan lembut sehingga bantang kontolku jadi semakin besar dan keras. Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan kontolku ke dalam memek Tante Lia.

Aku merendahkan badanku dan Tante Lia kusenderkan ke dinding kamar mandi. Kuarahkan kepala kontolku ke gerbang liang memek Tante Lia lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke dalam liang memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Tante Lia memelukku erat sekali. Tante Lia mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh… sayaaaangggg… ooooouuhhh… besarnya kontolmu… aaauuuuff… tariiiikhh… aaaaahh… enaaaakkk… teeekaaaan lagiii… aaaahhhh… niiiiikmaaaattttt… uuuuhhhh… pelan sayaaaaanggg… oooouuuffff… enaaaknyaaaa… ooooooohhhhhh… saayaaaang…” tak henti-henti Tante Lia memuji kenikmatan dari ****** besarku yang kini menggesek dinding-dinding liang memeknya. Rintihan Tante Lia membuatku semakin bersemangat untuk memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku sehingga aku makin leluasa memompa memek Tante Lia. “Ooooohhhh… Niiikkkkk… kontolmu enak banget Nik, memekku rasanya sesak banget diganjel sama batang kontolmu yang sanagt gede… aduuuuuh… terus Nik enak banget” kata Tante Lia sambil terus merintih. Aku terus memompa kontolku didalam liang memek Tante Lia sambil mulutku menciumi leher dan telinga Tante Lia.

Tante Lia memelukku erat sekali. “Sayaaaanngggg… ooouuhhhh… terussshhhh… Niiikkkkk … aaahhhhh… ennaaakkk… akkuuuu nggaaaaaakk taaaaahaaannn… akkuuuu… keluuuuuaaaarr… keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr… aaahhhhhhh…!!!” jeritan panjang Tante Lia diiringi hempasan keras pangkal pahanya kearah kontolku. Kira-kira semenit kemudian badan Tante Lia ambruk dalam pelukanku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas lunglai. Kontolku yang masih mengeras mengganjal dalam liang memeknya yang banjir. “Aduh Nik, nikmatnya sayang… aku puas sekali… kamu makin pinter aja mainnya sampai aku lemes banget “ kata Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya dan memeknya terasa berkedut-kedut kuat sekali. Gerakanku ditahannya dan dia memelukku erat sekali.

Sementara itu aku sedang tanggung, lalu Tante Lia kuminta membungkuk membelakangiku. Pantatnya yang bahenol sunguh sangat mempesona , batang penis ku arahkan masuk ke memeknya dari arah belakang. Dan kemudian seluruh batang kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante Lia. Aku kembali menggenjot dengan menabrak-nabrakkan pangkal pahaku dengan bongkahan pantat Tante Lia yang tebal. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali kutabrak membuatku semakin bernafsu. Aku terus mempercepat pompaanku hingga kemaluan kami berbunyi. Tante Lia kelihatannya naik lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontolku seperti diremas. Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran pantat Tante Lia yang sangat mengagumkan. Aku mulai merasa akan mencapai ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam2 dengan gerakan keras. “Aaagghhhhh… Taaaaannn… aaakuuuu… kelluaaar… enaaakk sekaliii… aaaagghhh…!!!” aku mengerang keenakan.

Dalam waktu tidak berapa lama aku menyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. Kontraksi kontolku nampaknya menambah rangsangan di memek Tante Lia sehingga dia menggerakkan pantatnya tidak beraturan sampai kemudian tangannya menarik badanku rapat ke tubuhnya. “Uughhh… hhmmm… aku keluar jugaa… aaagghh… enaaakk… uughh” Tante Lia menjerit keras sekali. Memeknya kembali berdenyut dan kali ini lebih lama dari yang pertama tadi. Tante Lia kembali memujiku, katanya permainan semakin luar biasa, karena dia bisa sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yang terakhir kata dia nikmat sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tidak kuat berdiri.

Kami mandi bersama dan setelah mengeringkan badan, kami berpakaian. Aku ke ruang tengah, sementara Tante Lia ke dapur menyiapkan makan buat kita berdua. Setelah sekitar setengah jam, Tante Lia mengajakku makan bersama. Sehabis makan, karena capeknya tubuhku, aku tertidur di sofa. Menjelang tengah hari aku terbangun. Melihat hari sudah siang, aku berpamitan ke Tante Lia untuk pulang ke rumah. SEJAK peristiwa indah itu, aku dan Tante Lia selalu melampiaskan nafsu birahi kami. Kapan saja aku mau, Tante Lia selalu siap meladeniku. Bagitupun denganku. Kapanpun Tante Lia menginginkanku, akupun selalu siap melayaninya.

MANDIRIQQ

Saturday, April 23, 2016

MANDIRIQQ - TEMEN LAMA YANG MENEMANIKU

TEMEN LAMA YANG MENEMANIKU


Disuatu malam yang dingin, aku sengaja menghabiskan waktu untuk bermesraan bersama istriku, kami berdua duduk bersama dengan posisi istri berada di pangkuan, aku menyentuh rambutnya dan tanganku bergerak ke leher istriku, istri melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celanaku. Tangan kanan Ricky kemudian bergerak turun dari leher ke arah pinggul, istriku bergeser turun dari pangkuanku, menarik pahanya, sehingga otomatis dasternya terangkat. Ternyata istriku tidak menggunakan CD.

MANDIRIQQ

Dengan istri, aku harus mendapatkan kepuasan, tetapi sebagai laki – laki normal, aku juga memiliki fantasi melakukan hubungan sex dengan wanita lain. Aku akan sangat bersemangat dengan seorang wanita yang kurus, tinggi, ramping dan memiliki buah dada yang tidak terlalu besar, Itulah gambaran wanita idaman Ricky. Menjelang Hari Valentine, aku teringat kejadian 5 tahun yang lalu, dan akan mencoba untuk menuangkan dalam sebuah tulisan:
Antara 1997 – 1998 aku diberi tugas belajar di Surabaya. Kota Surabaya sangat tidak asing bagiku karena di sanalah aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku memutuskan untuk tinggal di asrama karena aku tidak ingin merepotkan kerabatku, toh juga hanya 6 bulan.

Setelah sampai di asrama aku langsung berusaha menata pakaian – pakaianku ke almari dan buku – buku yang aku bawa terlihat masih sangat berantakan, sungguh aku memerlukan semangat pendorong untuk melakukan pekerjaan yang melelahkan ini. Akhirnya aku pun melakukan masturbasi. Dalam pikiranku,
“Aku tidak bisa seperti ini terus.. aku memerlukan seseorang yang dapat memenuhi nafsu dan gairah sex ku”.
Keesokan harinya aku berusaha mencari teman – teman lamaku yang dulu ada di kota ini, satu – persatu mereka aku telepon. Singkatnya, ternyata aku telah kehilangan kontak dengan mereka, nomor – nomor ponsel mereka sudah tidak aktif. Hanya ada satu yang masih aktif, dia adalah Alika, umurny lebih tua dariku, Alika sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Dulu kami pernah dekat, sering bersama saat belajar kelompok.
Alika keturunan chinese, cukup tinggi untuk seorang wanita, berkulit putih bersih dan berdada rata.
Awalnya kita berdua hanya melakukan telepon satu sama lain, berdiskusi, makan dan pergi bersama, sampai suatu hari ( pada pertengahan bulan Februari ) dia menelponku sambil menangis tersedu – sedu dan dia mengatakan ingin bertemu denganku.

“Mas, bisa gak kita ketemuan, aku ingin cerita”.
” Bisa, baiklah kita bertemu di tempat biasa”.
Dengan mobil Lancer th 83”an aku pergi menemuinya, setelah bertemu Alika mengajakku pergi kerumahnya.
“Aku tidak bisa melakukan ini, aku tidak ingin membuat suasana keruh bersama suamimu”, ucapku kepada Alika.
“Tidak apa – apa, ayo pergi bersamaku”, ucap Alika.
Dalam perjalanan kami berbicara macam – macam mulai ilmiah, politik, sampai hal – hal yang kotor.
“Mas, kapan kamu akan pergi ke Jakarta?” Dia bertanya ( jadwal aku untuk pulang ke rumah setiap bulan ).
“Minggu depan, emang knapa?” Tanyaku kembali.
“Tidak apa – apa sih, pengin nanya aja”.
“Masak sih cuma pengen nanya saja, …. …. Pengen yang lain – lain kan, pengen nyoba?”, jawabku.
“Hehehehe dasar ngeress aja yang ada dipikiran mas..” Setelah sampai ke tempat tujuan, di sebuah rumah yang tidak aku ketahui, Alika membuka pintu.
“Ini rumah siapa ????? Serambi kotor… penuh debu, kaya beberapa hari tidak disapu, kebangetan deh.” Tanyaku heran.

Ini rumah orang tuaku, kemarin abis dikontrakin, seminggu sekali aku kesini dan membersihkannya”, jawabnya sambil masuk ke rumah gak terawat tersebut.
“Sebentar ya, aku mau masukin mobil dan segera kembali lagi…”
Dalam pikiranku, Meskipun teras penuh debu kotor, namun rumah ini gak pengap… …. Cukup nyaman..
Furniturnya juga masih bagus. Alika mempersilahkanku duduk, sementara dia menyapu teras depan rumah tersebut.
“Anggap aja rumah sendiri mas, gak usah sungkan… .. Aku mau bersih – bersih bentar,” katanya.
“Iya, ini rasanya udah kayak dirumah sendiri bersama istri sendiri,” kataku sedikit menggodanya.
“Terserah deh, eh aku mau mandi dulu?” ucap Alika.

Otakku dipenuhi pikiran ngeres, ngebayangin lekukan payudara Alika yang terlihat jelas dibalik baju transparan yang dikenakannya sehingga putingya terlihat sedikit menyembul.
Ngomong – ngomong ada apa memintaku datang ke tempat ini? Apakah kamu punya masalah yang serius, masalah apa itu?” Aku bertanya lebih lanjut tanpa basa – basi, ia pindah tempat duduk kesebelahku
“Masalah keluarga mas…”, Katanya.
“Apakah itu tentang seks?” Aku bercanda dengannya.
“Ah kamu tetep aja kaya dulu mas, sableng, dan tidak jauh dari yang gitu – gituan”… … Tapi ada benernya sih … .. Meskipun tidak secara langsung,” jawabnya.
Kemudian Alika bercerita panjang lebar, intinya adalah rasa tidak puas, sikap otoriter suaminya dan selalu disalahkan ketika ada ketidaksepakatan dengan pada suatu masalah.

“Aku bener – bener sudah capek, Mas Sam suamiku selalu berpihak sama ibunya, ketika aku mencoba menjawab persoalan dengan mertua, justru mertuaku mengomel habis – habisan”. Terisak ia mengakhiri kisahnya.
Ketika aku memegang tangannya, dia hanya terdiam, kemudian berkata lembut
“Bolehkah aku bersandar di dadamu mas?”. Aku mengangguk dan cepat – cepat meraih dan membelai lembut rambut sebahunya.
Aku mencium keningnya dengan lembut, Alika mendongak dan berbisik pelan.
“Mas, aku membutuhkan dukungan, kasih sayang dan belaian mesra.”
Pada saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang diciptakannya, sehingga tanpa merasa canggung aku mencium matanya, kemudian hidungnya, Alika mengeliat sehingga bibir kami bertemu. Alika berdiri dan berkata pelan sambil memelukku,
“pegang erat – erat, aku milikmu sekarang”.
 
Dengan lembut aku mencium bibirnya lagi. Kami berpelukan seperti sepasang kekasih yang baru bertemu setelah berpisah lama dengan segunung kerinduan. Setelah itu kami berdua kembali duduk.
Dengan posisi Alika duduk di pangkuan, aku terus menyentuh rambutnya dan bergerak tanganku di lehernya, Alika melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celanaku.
Tangan kananku kemudian bergerak dari leher ke arah pinggul, Alika bergeser turun dari pangkuanku, menarik pahanya, otomatis dasternya terangkat. Kamu tahu apa?, Ternyata Alika tidak menggunakan CD.
“Aku sudah enggak tahan mas, … … … .. lakukan sekarang bisiknya. Segera aku menjilati merah muda mecky indah dengan sedikit rambut namun panjang – panjang, aku basahin dan sibakkan bulu – bulu halus dengan lidahku sambil sesekali menyentuh klitorisnya .
“Ahhh, mas … … … … … …. … … … .. Aku ingin, kamu masukan sekarang “… … … … … … …. Tangannya berusaha membuka celanaku dan memegang penisku.
“Tapi aku gak nyaman di sini” Ucapku sambil memandangi ruang – ruang disekitar ruang tamu ini.
“Ya udah, yuk kita pindah ruangan di dalam”, katanya berdiri dan mengunci ruang tamu tempat kami melakukan pemanasan tadi.
“Siapa takut … …”, Dia tersenyum dan berjalan sambil membuka daster tipisnya, aku mengikuti dari belakang, tubuhnya begitu indah … … .. halus seperti marmer.

Kami masuk ke sebuah kamar tidur berukuran 5 x 6 meter dan cukup mewah. Yang lebih istimewa adalah adanya cermin besar ( mungkin ukurannya 3 x 2, 5 meter ) di depan tempat tidur. Alika memelukku di depan cermin dan dengan cekatan membuka kemeja, celana dan CD ku. Begitu indah dan erotis, gerakan – gerakan yang kami lakukan terlihat pada cermin itu.
Segera penisku mencuat keras seolah-olah sukacita karena melihat kebebasan. Aku memenuhi semua haus akan hasrat ini, kami menggosok dan saling berciuman. Setelah beberapa saat menyentuh dan disentuh, tubuh Alika yang indah menggeliat di tempat tidur sedang menunggu untuk di eksekusi. Aku melanjutkan kegiatanku yang ditangguhkan sebelumnya, berharap bahwa dia akan Mengerti apa yang aku inginkan.

Dia seperti mendengar apa yang sedang aku pikirkan, Alika pun segera berbalik dan memposisikan diri pada posisi 69 …. dia langsung mengulum penisku yang sedang menegang kencang, tanpa rasa ragu dan takut Alika berperang melawan penis ukuran diameter 2,5 sampai 3,5 cm dan panjang 15 – 18 cm. Ahhh … Aku mendesah menikmati kuluman dan hisapan lembut bibir Alika… … …
“Kamu benar – benar sangat pintar memuaskan lelaki Lik”, aku memujinya, sementara dia masih tetap sibuk menghisap penisku.
Kemudian Alika membasahi meckynya sendiri dengan air liurnya, Alika terlihat sangat antusiasme.
“Ohh, mas … … … … … … … .. ayo … … ….” ia bangkit dan jongkok di atas miniatur monasku … ….
Dicapai dan diarahkan penisku ke lubang senggamanya, kemudian ia menggoyangnya naik dan turun dan menggigit dengan bibir meckynya. Aku memegang payudara mungil dan meremasnya dengan perlahan, kemudian setelah 3 menit, Alika ingin aku mendekap erat tubuhnya … Alika tampaknya telah mencapai orgasme ketika ia menunggangiku … … ..
Aku membalikkan tubuh dengan posisi penis masih tertanam. Alika membantu membuka lebar – lebar gerbang surgawinya dengan diangkat kedua pahanya ke atas. Aku mundur kemudian penisku ke depan, dengan irama kocokan 5X dalam dan 1X ringan akhirnya berhasil ditembus lebih maksimal,
“Mas …. , Mmmmhhhhhh, Lebih … … … …. Keras … ….”, Dia mengoceh gak karuan … … ….
“Ini sudah sampai aku berkata, “… .. Alika tertawa … .. sehingga otot – otot vaginanya berdenyut berpartisipasi ritme tertawanya … …. ,

Aku mendorong tubuh Alika ke ujung tempat tidur, dan menekan penisku semakin dalam. Alika berteriak histeris menikmati gaya permainanku, tangannya menarik – narik pinggulku seakan menikmati penisku yang sedang bergoyang mengganyang lubang kemaluannya … ….
“Aku mau sampai Lik… … ….” dia tidak sempat mengatakan bahwa, aku jangan mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya … … dan, AAaahhgghh … … aku kehilangan ingatanku, aku merasa melayang diatas awan untuk beberapa saat… … Alika juga tampaknya telah mencapai orgasme untuk kedua kalinya.
Kami bercanda dan mengobrol di tempat tidur setelah pertempuran melelahkan sebelumnya dapat diselesaikan dengan penuh gairah.

“Kamu sudah kebangetan deh Lik?”..
“Maaf mas, aku tidak bisa menahan tertawa ketika kamu mengatakan aku sudah mau sampai”
“Hehehehe emangnya sudah sampai mana, sampai pasar?”, katanya.
“Udah ah, yok mandi bareng – bareng”, katanya sambil menciumku manja.

Setelah peristiwa itu, kami semakin sering bertemu dan ML di tempat – tempat dimanapun asal memungkinkan, sampai aku menyelesaikan tugas belajar yang aku jalani.
MANDIRIQQ

Friday, April 22, 2016

MANDIRIQQ - ADIKKU YANG INGIN MECOBA-COBA

ADIKKU YANG INGIN MECOBA-COBA


Nama saya Charles, umur 28 Tahun. Saya sekarang ini masih single alias bujangan dan masih tinggal bersama orang tua. Saya mempunyai seorang kakak, namanya Jesica. Umur kakak saya sekarang ini 35 Tahun dan telah bersuami namun belum memiliki anak. Hal yang saya alami ini terjadi sekitar 8 tahun lalu. Pada saat itu saya masih berumur 20 tahun dan kakak saya berumur 27 tahun.

MANDIRIQQ

Sejujurnya nafsu sex saya sangat besar, dan juga berkeinginan untuk ML. Namun hal itu tidak berani saya lakukan karena rasa takut akan akibat yang nantinya terjadi. Oleh karena itu, saya sering melampiaskannya dengan onani sambil menonton film porno di kamar. Kakak pada saat itu masih berpacaran, tubuhnya lumayan lah. Kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, mata besar serta buah dadanya yang berukuran sedang. Sebesar telapak tanganku, kira-kira ukurannya 34 B. Pagi itu papa dan mama membicarakan masalah liburan keluarga bersama kami. Rencananya mereka ingin pergi berlibur ke Malaysia. Saya dan kakak senang akhirnya kami sekeluarga bisa pergi berlibur bersama-sama karena selama ini kami tidak pernah ke Malaysia bersama. Seminggu kemudian kami pun berangkat ke Malaysia menggunakan Air asia. Perjalanannya menghabiskan waktu 3 jam. Setibanya kami di Malaysia, kami langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Papa dan mama sekamar, sedangkan saya dan kakak juga sekamar. Pada malam harinya, kulihat kakak sudah tertidur pulas. Mungkin karena kecapean dan aku pun sedang mempersiapkan diri untuk beristirahat. Pada waktu hendak menuju tempat tidur, handphone kakak bergetar, kulihat ada SMS yang masuk. Karena rasa ingin tahu, saya membuka isi SMS itu yang ternyata dari pacar kakak.

Kubaca SMS yang dikirim dari pacar kakak isinya hanya ucapan selamat malam dan mimpi indah. Namun di bagian bawah SMS itu terdapat kata yang membuatku kaget. Di bagian akhir SMS itu tertulis “ Sayang nanti kalau kamu pulang, bantu ngemut burung ku yach ? Nanti aku juga akan membantu untuk membuatmu orgasme..hehehe….Enak rasanya..” Setelah kubaca isi SMS itu aku kaget bukan main. Tak kuduga kakak sudah pernah ML bersama pacarnya. Aku simpan kembali handphonenya. Aku akan menanyakannya besok pagi pikirku dalam hati. Keesokan harinya, waktu aku bangun kakak baru keluar dari kamar mandi. Kakak baru bangun yah ? kataku. Ia habis pipis nih, katanya. Sewaktu ia naik ke tempat tidurnya, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal semalam yang kubaca dari handphonenya. Kak, ada yang ingin Charles tanyain. Ada apa ? jawabnya. Apa kakak sudah pernah ML sama pacar kakak ? Mendengar pertanyaanku, muka kakak tiba-tiba pucat. Ia terdiam sejenak, lalu ia kerkata dengan perlahan ia Charles kakak sudah pernah ML dengan pacar kakak. Koq kamu tahu ? tanyanya, ia kak tadi malam handphone kakak bergetar dan tidak sengaja aku baca isi SMS dari pacar kakak.

Charles minta maaf yah. Iya-iya ngak apa koq. Lalu aku melanjutkan bertanya Kak enak yah ML ? dia menjawab pertama kali sih sakit dan perih karena kakak masih perawan, tapi setelah itu rasanya enak banget. Kamu jangan ngomong ke papa sama mama yah. Iya jawabku sambil memperhatikan kakak berbicara. Kak bisa jelaskan ke aku gimana cara ML itu ? tanyaku, Susah untuk di jelaskan nih. Emang kamu belum pernah coba yah ? tanyanya. Belum pernah kak, jawabku. Kamu mau kakak ajarin ? jawabnya. Mendengar kakak berbicara itu aku kaget. Loh kak mana bisa kita gituan ? Jawabku. Emang sih sebenarnya ga bisa, itu kan sama aja hubungan terlarang, bisa-bisa dosa. Tapi kalau kamu mau tahu rasanya gimana yah harus coba prakteknya. Gimana ? tanyanya. Tapi kalau kakak nanti hamil gimana donk ? tanyaku. Kan bisa pakai kondom ? jadi ga bakal hamil deh. Kamu nanti pergi beli kondomnya di mini market yang ada di luar hotel yah. Ntar malam kakak ajarin. Jawabnya. Iya kak nanti aku beli. Jawabku. Kami pun segera bersiap untuk pergi bersama papa dan mama untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Malaysia. Setelah makan malam di luar hotel papa, mama dan kakak sudah kembali ke kamar, tapi aku menyempatkan diri pergi ke mini market untuk membeli kondom dulu baru balik ke kamar. Sesampainya di kamar, kulihat kakak baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhnya. Kamu dari mana ? tanyanya. Dari mini market kak, kan tadi pagi di suruh beli kondom, jawabku. Oh iya kakak sampai lupa. Papa dan mama sudah tidur ? tanyanya. Rasanya sudah kak, soalnya tadi sewaktu aku ketuk pintu kamarnya ga ada yang bukain. Kamu pergi mandi sana, perintahnya. Iya kak, jawabku. Sehabis mandi, aku juga mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Sewaktu keluar dari kamar mandi, kulihat kakak sudah berada di atas tempat tidurnya sambil membuka bungkus kondom yang baru kubeli tadi. Kemari naik ke tempat tidur kakak, perintahnya. Iya kak, jawabku. Sekarang kamu lihat yah baik-baik tubuh kakak. Belum sempat aku menjawab, kakak sudah membuka handuk yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya. Sentak aku kaget dan terdiam melihat tubuh kakakku yang begitu mulus serta buah dadanya yang menggantung dan kulihat vaginanya yang tidak di tumbuhi oleh bulu. Mungkin kakak juga memotong bulu nya, pikirku dalam hati karena aku juga memotong bulu yang berada di sekitar burungku. Masih asyik melihat tubuh kakak, tiba-tiba kakak berkata “ sini kamu remas atau apakan buah dada kakak terserah kamu deh.

Dengan hati-hati aku memegang buah dada yang berukuran 34 B itu. Begitu aku memegang buah dada nya, Nampak wajah kakak yang sedang menikmati sentuhanku. Kesempatanku untuk mempraktekkan aksi pemain video porno yang aku sering nonton di kamar. Pikirku dalam hati. Sambil memegang, aku sedikit meremas dan memutar-mutar puting susunya. Oh…umm…suara yang keluar dari mulut kakak. Semakin bersemangat aku beraksi mendengar suara kakak yang terangsang. Aku langsung mencium dan mengisap puting susu nya. Sesekali aku gigit kecil putingnya. Sungguh nikmat rasanya. Rupanya ini rasanya mengulum buah dada, pikirku dalam hati. Namun aku tak mau pikirkan itu, aku lanjutkan aksiku dengan meremas buah dada sebelahnya..tiba-tiba ia menarik kepalaku. Kakak sudah basah, sini buka handuk kamu. Aku pun membuka handuk yang menutupi sebagian tubuhku. Melihat burungku yang sudah berdiri tegang, kakak tersenyum dan langsung menarik tubuhku sampai aku tertidur di ranjang. Tiba-tiba dia sudah berada di dekat selangkanganku dan sudah memegang burungku . aku merasa sensasi yang belum pernah kurasakan. Sambil memegang kakak berkata sekarang kamu rasakan gimana enaknya di emmut.. Tangannya langsung mengocok burungku sambil sesekali lidahnya ia permainkan di sekitar kepala burungku..oh…enak sekali kak…jangan berhenti…kataku.. Semakin bersemangat ia beraksi setelah mendengar eranganku, tiba-tiba burungku ia masukkan ke dalam mulutnya sambil mengisap dan mengocoknya. Muka ku merasa panas. Setelah kakak puas memainkan burungku, kakak menyuruhku untuk membelai vaginanya. Aku patuh dengan perintahnya. Begitu ku belai, ia tersentak dan memegang dadanya sendiri. Ku coba menggerakkan tanganku di daerah klitorisnya. Ia pun seperti keenakan dengan tindakanku. Semakin bersemangat aku bermain di sekitar klitoris kakak. Kucoba mainkan dengan lidahku sambil sesekali aku gigit klitorisnya dan menghisapnya..sensasi ini sungguh luar biasa…jantungku berdetak kencang… Ohh..enak sekali…kamu buat kakak basah sekali Charles. Sering nonton bokep yah ? tanyanya. Ia kak..jawabku sambil tersenyum. Pantess…jawabnya. Sini burungmu, kakak pakaikan kondom. Kakak sudah ga tahan. Selesai memakaikan kondom, kakak menyuruhku berbaring. Ternyata dia suka dengan posisi Women on Top.

Begitu aku berbaring, ia memegang burungku dan berusaha untuk memasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah basah karena aksiku tadi. Begitu burungku menyentuh bibir vaginanya, ia mendesah. Akhh….ahhkk… dan masuklah burungku ke dalam vaginanya. Dia pun menggerakkan badannya dengan lincah sambil sesekali memutarkan pinggulnya. Sungguh nikmat rasanya.. kak enak banget kak.. rasanya seperti di jepit-jepit kak..enakk ouhhh…ohh….mendengar suaraku kakak semakin memompa tubuhnya yang sedang berada di atasku..akh…akkh…enakk…oh…. Aku sudah mau orgasme Charles..akh…semakin ia percepat gerakannya…2menit kemudian kakak pun orgasme. Ackhhh…akuu…datang…ahhh…kurasa cairan panas yang mengalir turun di sekitar burungku. Kupikir itu adalah cairan milik kakak karena orgasme tadi..ia pun tersenyum melihatku. Lalu aku dengan berani meminta kakakku untuk mengganti posisi. Sekarang aku mau ia nungging alias Doggy Style. Ia pun tersenyum dan menuruti kata-kataku. Begitu ia sudah nungging kulihat vaginanya dari belakang, sungguh nikmat melihat vaginanya karena daging di sekitar bibir nya begitu tebal. Perlahan ku masukkan burungku ke dalam vaginanya, oh…hangat sekali..yang ini lebih enak di bandingkan waktu kakak mengemut burungku..dengan kaku ku gerakkan maju mundur pantatku..dia pun mencoba menuntunku dengan menggerakkan pantatnya maju mundur..

Lama kelamaan gerakanku mulai stabil dan tidak kaku lagi.. sesekali aku meremas buah dada kakak yang Nampak menggantung dari belakang sambil kucium pundak dan lehernya..ia pun mengerang dengan hebat serta semakin liar menggerakkan pantatnya. Nikmat sekali kak…akhh…ku pegang pinggulnya sambil ku maju – mundurkan pantatku..sesekali ku dorong keras-keras pantatku sehingga burungku masuk lebih dalam lagi ke vaginanya..akhhh enak…kamu pinter juga yah…Charles..ahh..desahan kakak. 10 menit lamanya burungku berada di dalam vaginanya, dan kurasa spermaku akan keluar..kupercepat gerakanku dan sepertinya kakak mengerti kalau aku akan orgasme, diapun makin mempercepat gerakan pantatnya..akh….kak….oh….ouhhh…akkuu…suudahh..mauu ..oh..keluar…serasa kaki, lutut, paha dan pinggangku terkunci dan kakak langsung mencabut burungku dari vaginanya dan dengan cepat ia membuka kondom yang terpasang di burungku. Ia pun langsung mengocok dan memasukkan burungku ke dalam mulutnya…croot…ccrrooott….kurasa badanku tersentak beberapa kali…sungguh nikmat rasanya….begitu selesai kakak mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya.

Aku pun langsung berbaring di tempat tidur..kami melewati malam yang indah di Malaysia. Ia pun dengan wajah kecapean berkata, gimana enakkan rasanya ?? Iya kak rasanya enak banget..terima kasih…sering-sering yah kalau bisa..sambil tersenyum kakak mencubitku dan berkata enak aja..nanti kita lihatlah gimana, jawabnya. Kami pun melewati liburan dengan bahagia bersama papa dan mama. Sampai sekarang kami berdua masih sesekali bercinta kalau suami kakak sedang keluar kota.

MANDIRIQQ

Wednesday, April 20, 2016

MANDIRIQQ - TERIMA KASIH MURIDKU YANG SUDAH MENEMANIKU

TERIMA KASIH MURIDKU YANG SUDAH MENEMANIKU

MANDIRIQQ


Aku dan 2 temanku yang senasib, terpaksa ikut les private tambahan. Tak kusangka setelah dipertemukan oleh kakakku, ternyata guru privateku adalah seorang mahasiswi tingkat akhir, umurnya kira kira 24 tahun sungguh mempesona melihat dari pandangan pertama.
Namanya Siti, penampilannya sungguh perfect dari atas sampai bawah, wah ini bukannya les tambahan lagi tapi ada tambahannya yang lebih besar lagi, dari kulit putihnya, buah dadanya yang cukup besar, rambut panjang dengan dikunibur dia juga memakai kaca mata tapi tidak mengurangi kecantikannya. Hhhmmmm yummmyy….
Keesokan harinya aku bergegas kerumahnya. Tentu disertai semangat 45 untuk bertemu dengan ibu Siti. Apes mungkin, sesampainya disana, rumah dalam keadaan kosong. Hujan mulai lebat, sedang aku tak membawa mantol. Terpasa memang harus menunggu di teras rumah. Kira-kira 15 menit kemudian aku melihat ibu Siti turun dari taksi dan langsung berlari ke rumahnya karena tidak membawa payung.
Dia sendiri sempat kebasahan sehingga pakaiannya mengerut dan makin memperlihatkan lekuk tubuhnya. “Aduh sori banget yah, hari ini Ibu ada kuliah tambahan lupa beritahu kalian jadi bikin kalian basah gini”, katanya. “Tidak apa-apa kok bu kita maklum, tapi kok kenapa di rumah sekarang sepi amat nih, yang lain pada ke mana nih?”, tanya Roni. “Papa dan Mama lagi ke Surabaya ngikutin undangan pernikahan saudara nih, terus pembantu ibu udah pulang, kan udah deket lebaran”. “Wah jadi repot dong Ibu di rumah sendirian”, kataku padanya.
“Yah begitulah, tapi besok ortu pulang kok”, katanya. “Eh, sebelum les saya mau mandi dulu sebentar ya, basah nih nanti flunya kambuh lagi, kalian tunggu saja dulu di sini oke..”. Mendengar itu pikiranku mulai ngeres membayangkan di saat dingin begini bisa mandi bersama cewek secantik Ibu Icha. Ooh enaknya, dingin-dingin empuk deh rasanya. Dari kamar mandi mulai terdengar suara peribukan air, ingin rasanya aku mengintipnya tapi sayang lubang kunci sempit sekali.
Kami mulai melihat-lihat isi ruang tamunya, melihat foto-fotonya waktu kecil, foto pernikahan kakaknya, dan foto-foto keluarga yang terpajang di sana. Tiba-tiba dari kamar mandi terdengar jeritan disusul Ibu Siti keluar dari kamar mandi hanya dengan ditutupi handuk yang dilipat dan secara refleks memeluk Roni yang saat itu dekat kamar mandi. “Ada kecoa besar sekali di sana!”, katanya.  Segera kutepuk binatang itu dengan sandal dan kubuang bangkainya ke tong sampah. Waktu aku keluar kamar mandi kulihat Ibu Siti masih dipelukan Roni dengan hanya selembar handuk saja, dalam hati aku merasa sirik.
“Huh kenapa gua dari tadi bukan berdiri di situ, sialan”, gerutuku dalam hati. Ibu Siti terlihat seksi sekali saat itu, rambutnya yang basah tergerai dan pahanya yang putih panjang itu kulihat dengan jelas sekali membuat penisku bangkit seketika , ingin rasanya menarik handuk itu. Roni berkata, “Ibu kecoanya sudah mati Ibu, tenang.., tenang..!”. Beberapa saat kemudian Ibu Siti mulai tenang dan berkata, “Terima kasih ya untung ada kalian, takut banget sama kecoa”. Dia mulai melepaskan pelukan tidak sengajanya itu, tapi mendadak Roni menangkap pergelangan tangan kirinya dan tidak melepasnya.
“Eh, kenapa kamu ini Roni, sudah mau berpakaian dulu nih”. “Sudah Ibu tidak usah repot-repot berpakaian deh, saya lebih suka ngeliat seperti ini”, jawab Roni. “Udah ah, kamu jangan main-main”, kata Ibu Siti sambil menghentakkan tangannya, tapi Roni bukannya melepas malah semakin erat menggenggamnya sambil tangan satunya menarik lipatan handuk yang dipakai Ibu Siti sehingga handuk itu jatuh, dan terlihatlah pemandangan terindah yang pernah kulihat tubuh putih indah dengan buah dada yang putingnya merah muda dan kemaluannya yang tertutup bulu-bulu hitam yang lebat, persis seperti model-model nude Jepang yang kulihat di internet.
“Kurang ajar kamu ya!”, bentaknya sambil menampar Roni. Ditampar begitu Roni bukannya kapok, malahan memegang tangan satunya itu dan melipat kedua tangan Ibu Siti ke belakang, lalu mencium bibirnya, membuat pipi Ibu Siti memerah malu. Melihat adegan panas itu aku yang sudah terbuai nafsu langsung mendekati mereka. Aku memeluk Ibu Siti yang sedang dicium dari belakang. Tubuh Ibu Siti terasa harum, karena baru selesai mandi. Tanganku agak gemetar ketika memegang buah dadanya yang indah. Kumain-mainkan putingnya sampai mengeras, aku juga menciumi kupingnya dan turun menjilati lehernya, kemudian tangan kiriku mulai turun meraba kemaluanya dan memainkan klitorisnya, hangat rasanya tanganku di tempat itu. Roni melepas ibuumannya setelah merasa susah bernafas. “Sudah.., sudah berhenti.., kalo tidak saya teriak nih!”, kata Ibu Siti.
Tapi bukannya berhenti, Roni kembali melumat bibir Ibu Siti dan mulai meraba dadanya, aku gantian memegangi tangan Ibu Siti. Menurutku Ibu Siti sebenarnya suka diperlakukan begitu hanya saja dia sok jual mahal atau mungkin juga malu. Buktinya kalau dia tidak suka dia pasti sudah berteriak sejak tadi, dan lagi pula dia bisa dengan mudah menendang sekangkangan Roni untuk melepaskan diri, tapi nyatanya dia hanya meronta-ronta sedikit dan lebih lagi dia juga mulai mengeluarkan lidahnya untuk beradu ketika Roni menciumnya. Tidak lama kemudian rontaannya mulai melemas dan kelihatannya dia mulai menikmati semua ini. Rudi kembali berkata, “Ibu di sini tidak nyaman kan, gimana kalo kita ke kamar aja?”. “Sudah.., cukup.., kalian memang keterlaluan, saya ini kan guru kalian!”. Tanpa menjawab Roni mencari dan menemukan kamar Ibu Siti, aku menutup mulut Ibu Siti dengan tanganku sambil memegangi kedua tangannya yang terlipat ke belakang dan aku menggiringnya masuk ke kamarnya. Setelah Roni mengunci pintu aku mendorong Ibu Siti ke ranjang.
Ibu Siti meraih selimut dan menutupi tubuhnya lalu berkata, “Kurang ajar kalian ya.., pergi kalian dari rumah ini..!”. Tapi kami mana mungkin menurutinya, aku mendekatinya sementara Roni membuka pakaiannya, kurebahkan dia di ranjang. Kulumat bibir mungilnya, lalu kujilat buah dadanya, sambil tanganku memainkan vaginanya yang sudah basah karena kumainkan waktu di ruang tamu tadi. “Stop.., pergi.., jangan .., ah.., jangan.., ahh!”, kudengar Roni berkata padaku. “Eh Siung mau main kok masih pake baju, lepas dulu dong!”. Roni yang sudah bugil duduk di samping kami, lalu kulepas sebentar Ibu Siti untuk membuka bajuku, Roni langsung menyambar Ibu Siti dan menjilati vaginanya, sesudah bugil aku mendekati lagi Ibu Siti yang lagi terbaring. Aku berlutut di depan wajahnya dan berkata, “Ibu tolong dong jilatin, boleh tidak?”.
Ibu Siti menatapku sejenak sambil mendesah karena jilatan Rudi, lalu diraihnya penisku dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Kulumannya enak sekali, penisku terasa hangat dan basah. Sambil dikulum, kuremas-remas buah dadanya yang montok itu. Setelah puas menjilati vagina Ibu Siti, Roni mengarahkan penisnya yang cukup besar itu ke liang vagina Ibu Siti, dengan perlahan Rudi memasukkannya sementara Ibu Siti terus mengulum dan menjilati penisku. Ternyata Ibu Siti sudah tidak perawan lagi, karena ketika Roni memasukkan penisnya tidak ada darah sedikitpun. Kira-kira 10 menit lebih penisku dikulum olehnya, aku merasakan sudah mau keluar dan aku sebenarnya sudah mau melepasnya namun tak tertahankan lagi akhirnya aku menyemburkan maniku di mulutnya, dia pun melepas kulumannya. Kulihat mulutnya penuh dengan mani dan sisanya muncrat membasahi wajahnya, “Sori Ibu, terlalu semangat sih tadi, nggak marah kan?”, kataku.
“kurang ajar ya kamu ke guru sendiri berani berbuat gini..”. Aku mengambil tisu untuk membersihkan wajah Ibu Siti, ketika aku hendak mengelap penisku, Ibu Siti mencegah, “Siung, jangan.., sini biar ibu bersihin aja.., uhh!”, katanya teputus-putus karena sedang digenjot Roni. Dia meraih penisku dan menjilati sisa-sisa maniku sebelum dia menelannya tadi, semua maniku berada di dalam mulutnya. “Gimana Ibu? rasanya enak gitu?”, kataku. Dia hanya mengangguk sambil terus menjilat sampai bersih. Setelah bersih aku bertanya padanya, “Ibu haus nih, ambil minum di mana nih?”. “Ambil saja di kulkas di tingkat 2 sana.., ahh.., ahh..”, katanya lagi dengan nada terputus-putus.
Aku keluar dan membuka kulkas, setelah minum kulihat di frezeer juga ada sekotak es krim, terpikir olehku untuk makan es itu di atas tubuh Ibu Siti pasti lebih nikmat. Maka kubawa es itu ke kamar. Sebelum sampai kamar pun suara desahan Ibu Siti masih terdengar, untung kamarnya agak di dalam dan ada suara hujan deras di luar, jadi suaranya tidak terdengar sampai ke tetangga. Ketika aku sampai kulihat tubuh Ibu Siti menggelinjang hebat, sampai terlihat tulang-tulang rusuknya, kelihatannya dia sudah mencapai klimaks, dia merangkul erat Roni sambil medesah panjang.
Roni mencabut penisnya dan memuntahkan isinya ke mulut Ibu Siti. Ibu Siti menelan semuanya sambil menjilati penis Roni. Aku dekati mereka dan berkata, “Capek ya Ibu, nih minum dulu deh!”, kusodorkan segelas air padanya. “Ibu sambil istirahat bagi dong es krimnya boleh tidak?”, tanyaku sambil menunjukkan es itu. “Kamu ini bener-bener tidak sopan ya, tidak bilang-bilang main ambil aja.. ya udah makan sana”, katanya. “Tapi tidak ada gelasnya nih Ibu.., gimana kalo kita makannya di atas badan ibu ibu aja ya?”, tanpa menunggu jawaban darinya, aku sudah mulai mengoles es krim itu ke tubuhnya mulai dari leher, dada, kemaluan, dan paha indahnya. “Eh tunggu dulu, kalian ini apa-apaan nih, dingin ah jangan!”. Sebelum dia berbuat lebih kami langsung menjilati tubuhnya, Roni menjilati leher dan dadanya, aku bagian vagina dan pahanya. Roni berkata, “Wah Ibu enak banget esnya, apalagi yang bagian dada, es kayak gini pasti cuma ada 1 di dunia”.
Ibu Siti cuma bisa mendesah karena geli bercampur nikmat. Kujilati kemaluannya, agak aneh memang rasa es krim bercampur cairan cinta, tapi enak juga kok. Setelah es di tubuhnya habis, aku berbaring dan memintanya duduk di atas penisku sambil menggenjotnya. Ibu Siti mulai memasukkan penisku ke vaginanya, kelihatannya agak sempit walaupun tidak perawan lagi. Dia mulai bergoyang-goyang di atas tubuhku dan Roni memasukkan penisnya ke mulut Ibu Siti. Ku remas buah dadanya yang hot itu, sampai akhirnya kutembakkan maniku di vaginanya. Kami akhirnya bermain sampai puas, hari sudah gelap waktu itu. Kami sempat tertidur kira-kira 1 jam, ketika bangun kulihat Ibu Siti sudah memakai piyama bersandar di pinggir ranjang sambil merokok, baru kali ini kulihat dia merokok, katanya sih dia memang jarang sekali, hanya kalau lagi stress saja biasanya.
Kulihat dimeja belajarnya ada fotonya sedang dirangkul seorang pria yang cukup ganteng, pas untuknya. Kutanya siapa orang itu, ternyata dialah pacar Ibu Siti yang sekarang sedang mengambil gelar master di Amerika, dia sudah 1,5 tahun tidak pulang hanya ada kabarnya lewat e-mail dan telepon. Karena itulah Ibu Siti sudah lama tidak menikmati lagi hubungan seks. Sekaranglah Ibu Siti mendapat penyaluran kebutuhan itu, meskipun sebelumnya dia malu-malu. Dia berkata, “Sudah bangun? gimana.., sudah puas? Kalian ini benar-benar deh, belum pernah ada murid les saya yang seberani kalian, tapi please yah, jaga rahasia ini, biar ini cuma kita yang tau aja, ok!” “Beres Ibu”, kata Roni, “Asal ibu seneng kita juga seneng kan, tapi Vernand boleh tau tidak, dia kan temen kita juga Ibu”, kata Roni. “Hmm.., iya deh tapi dia orang terakhir yang tau rahasia ini loh”.
“OK Ibu beres!”, jawab kami bersamaan. “O iya, ibu udah masak makan malam, kalian makan aja di sini”. Kami pun makan bersama, masakannya enak, hoki banget pacarnya kalau sudah nikah nanti. Sesudah makan kami pulang diantar Ibu Siti sampai pintu pagar. Baru kutahu ternyata dibalik wajah alim dan terpelajar Ibu Siti tersembunyi banyak hal di luar dugaan. Sejak itu sampai pacar Ibu Siti pulang bila ada kesempatan kami sering melakukan hal itu lagi, kadang berempat (ditambah Vernand), kadang 1 lawan 1 saja, kadang triple, macam- macam lah. Untuk mencari tempat sepi biasa bila di rumah salah satu dari kami sedang kosong, kami meneleponnya untuk datang ke sana saja. Sekarang aku sudah kuliah semester 4, Ibu Siti pun sudah menikah dengan pacarnya, kami bertiga diundang ke pestanya, di sana dia tersenyum manis pada kami bertiga mungkin tanda terima kasih karena kamilah yang memenuhi kebutuhan biologisnya waktu pacarnya tidak ada dulu. Selamat ya Ibu, semoga bahagia selalu, kamilah yang tidak bahagia karena tidak bisa bermain dengannya lagi.

MANDIRIQQ

Newer Posts Older Posts Home