WWW.MANDIRIQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Pages

Saturday, September 24, 2016

MANDIRIQQ - MENIKMATI TUBUH GADIS SMA

MENIKMATI TUBUH GADIS SMA

Karena tidak ada reaksi yang berlebihan serta Nadia bukan saja mencium bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu kancing baju SMA-nya berhasil kulepas dan ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya tidak terlalu besar.



Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari tangan kanannya, Nadia kelihatannya tetap diam dan malah membantu dengan membengkokkan tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di belakang dan dengan mudah kutemukan serta kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di seluruh wajah bergantian.

BH-nya pun dengan mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika kusingkap BH-nya, tersembul buah dada Nadia yang ukurannya tidak terlalu besar tapi menantang dan dengan puting susunya berwarna kecoklatan.

Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku menyelusuri leher dan terus ke bawah dan sesampainya di payudaranya, kujilati payudara Nadia yang menantang itu dan sesekali kuhisap puting susunya, sementara Nadia meremas-remas rambutku seraya terdengar suara lirih, “aahh…, aahh…, ooomm…, ssshh…, aahh”.

Aku paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih seperti ini, serta merta penisku semakin tegang dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap menjilati dan menghisap payudara Nadia, kugunakan tangan kananku untuk menelusuri bagian bawah badan Nadia Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah.

Sambil masih tetap menjilati payudara Nadia, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan Nadia terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…, aahh”.

Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara Nadia mengerang lirih seperti itu. Segera kulepas tanganku yang ada di vaginanya dan sekarang kugunakan untuk mencari kancing atau apapun yang ada di Rok sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja rok sekolah yang dipakai adalah rok standard yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi longgar di badan Nadia.

Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta ciumanku menelusuri perut Nadia seraya tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya yang sudah longgar itu dengan mudah kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan Nadia mengenakan CD warna merah muda dan kulihat juga vaginanya yang menggunung di dalam CD-nya.

Badan Nadia menggelinjang saat ciumanku menelusuri perut dan pada saat ciumanku mencapai CD di atas gunungan vaginanya, gelinjang badan Nadia semakin keras dan pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar suaranya yang lirih sambil meremas-remas rambutku agak keras serta sesekali memanggil,

“ssshh…, aahh…, ssshht…, ooom…, aahh”. Sambil kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka, kuperhatikan vagina Nadia masih belum banyak ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan vaginanya dan basah.

Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki Nadia yang masih menjulur di lantai, kuposisikan badanku diantara kedua paha Nadia sambil merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku itu, tiba-tiba Nadia bangun dari tidurnya dan berkata,

“Jaa…, ngaan…, Ooom”, sambil mencoba mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya. Karena takut Nadia akan marah, maka dengan terpaksa aku bangkit dan kupeluk Nadia serta berusaha menidurkannya lagi sambil kucium bibirnya untuk menenangkan dirinya. Nadia tidak memberikan komentar apa-apa, tapi kami kembali berciuman dan Nadia sepertinya lebih bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif menciumi seluruh wajahku.

Sementara itu tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH Nadia yang sebelah dan yang tadi belum sempat kulepas, Nadia sepertinya mendiamkan saja, malah sepertinya membantuku dengan memiringkan badannya agar bajunya mudah kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku berusaha untuk melepas baju dan celanaku sendiri.

Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas karena aku takut Nadia akan menolaknya, aku menempatkan diriku yang tadinya selalu di samping kiri atau kanan badan Nadia, sekarang aku naik di atas badan Nadia. Perkiraanku ternyata salah, setelah aku ada di atas badan Nadia, ternyata dia malah memelukkan kedua tangannya di punggungku sambil sesekali menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa penisku agak sakit karena tertindih di antara badanku dan paha Nadia.




Karena tidak tahan, segera kuangkat kaki kananku untuk mencari posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan kakiku terangkat, kurasakan Nadia malah merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang terasa penisku berada di atas vagina Nadia. Nadia masih memelukkan kedua tangannya di punggungku dan meciumi seluruh wajahku.

Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan kuelus vagina Nadia yang menggembung dan setelah beberapa saat lalu kupegang bibir vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua tangan Nadia serasa mencekeram di punggungku dan ketika jari tengahku kugunakan untuk mengelus bagian dalam vaginanya,

terasa vagina Nadia sangat basah dan kurasakan badan bawah Nadia bergerak perlahan-lahan sepertinya mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan jari-jariku sehingga Nadia sering berdesis,

“Ssshh…, ssshh…, aahh…, ssshh”, sambil kurasakan jari kedua tangannya menusuk punggungku. Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari vagina Nadia dan kugunakan tangan kananku untuk memegang penisku serta segera saja penisku kuarahkan ke vagina Nadia sambil kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah sepanjang bagian dalam vagina Nadia, serta kembali kudengar desis suaranya,

“ssshh…, ssshh…, ooom…, aahh…, ssshh”, dan pantatnya diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat Nadia sudah sangat terangsang nafsunya, segera saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam vagina Nadia.

Kuperhatikan wajah Nadia agak mengerenyit seperti menahan rasa sakit serta menghentikan gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di dekat telingaku, “Aduuuhh…, ooomm…, Jangaannn…, sakiiittt…, Asiihh.., takuuut., Oom”. Mendengar suaranya yang sedikit menghiba itu, segera kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus dahinya sambil kucium telinganya serta kubisikan,

“Tidak…, apa-apa…, sayaang…, Oom…, pelan-pelan saja…, kok”, untuk menenangkan ketakutan Nadia. Nadia tidak segera menanggapi kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap masih memelukkan kedua tangannya di punggungku. Karena dia diam saja dan memejamkan kedua matanya, segera secara perlahan-lahan, kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya dan terdengar lagi Nadia berkata lirih di dekat telingaku,

“Aduuuhh…, sakiiittt…, ooom…, Asihh.., takuuut”, padahal kurasakan kalau Nadia mulai lagi menggerakkan pantatnya perlahan-lahan. Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, “Takut apa sayang..”. Nadia tidak segera menjawab pertanyaanku itu.

Sambil menunggu jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya dan Nadia mulai lagi melayani ciumanku itu dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke dalam mulutnya dan kurasakan Nadia mulai memindahkan kedua tangannya dari punggung ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu dan tidak terburu-buru untuk menusukkan penisku lagi.

Tetap dengan masih menghisap lidahku, kurasakan kedua tangan Nadia sedikit menekan pantatku, entah perintah supaya aku menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya perasaanku saja. Sementara aku diamkan saja dan dengan masih berciuman, kutunggu reaksi Nadia selanjutnya. Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat telinganya, kulihat Nadia berusaha mengelak mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan kedua tangannya seperti menekan pantatku.

Lalu kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti, kembali kutekan penisku ke dalam liang kewanitaannya, tapi Nadia tidak kuberi kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya kusumpal dengan mulutku dan penisku makin kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat mata Nadia menutup rapat-rapat seperti menahan sakit. Karena penisku belum juga menembus vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan kembali kutusukkan ke dalam vagina Nadia dan, “Bleeesss”, terasa penisku sepertinya sudah menembus vagina Nadia dan,

“aahh…, sakiiit…, ooom Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang basah. Sambil masih tetap menjilati payudara Nadia, kugunakan jari tanganku menyusup masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan Nadia terasa menggelinjang dan membukakan kakinya serta kembali terdengar, “aahh…, ssshh…, ssshh…, aahh”. Aku jadi semakin penasaran saja mendengar suara Nadia mengerang lirih seperti itu.

“Iyaa…, sayaang…, ooom pelah-pelan”, jawabku serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun sangat pelan agar Nadia tidak merasa kesakitan, dan ternyata berhasil, wajah Nadia keperhatikan tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku keluar masuk vagina Nadia sedikit kupercepat dan belum berapa lama terdengar suara Nadia,

“ooom…, ooom…, aaduuuhh…, ooomm…, aahh”, sambil kedua tangannya mencengkeram punggungku dengan kuat dan menciumi keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu dan badannya berkeringat, lalu Nadia berteriak agak keras, “aahh…, ooomm…, aduuuhh..”, lalu Nadia terkapar dan terdiam lemas dengan nafas terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau Nadia sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku baru saja akan naik.

Karena kulihat Nadia sepertinya sedang kelelahan dengan kedua matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi Nadia tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya bibirku yang sedang menciumnya seraya berkata lirih, “ooom…, nakal…, yaa, Nadia baru sekali ini merasakan hal seperti tadi”, sambil mencubit punggungku.

Aku tidak menjawab komentarnya tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk vagina Nadia. Kuperhatikan Nadia mulai terangsang lagi, Nadia mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan gerakannya ini membuat penisku seperti di pelintir keenakan.

Gerakan penisku keluar masuk semakin kupercepat dan demikian juga Nadia mulai makin berani mempercepat gerakan putaran pantatnya, sambil sesekali kedua tangannya yang dipelukkan dipinggangku berusaha menekan sepertinya menyuruhku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya lebih dalam lagi dan kudengar Nadia mulai bersuara lagi…,

“aahh…, aahh…, ooohh…, oomm…, aah”, dan tidak terasa akupun mulai berkicau, “aacchh…, aahh…, Siiihh…, enaakk…, teruuus…, Siiih”. Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan kudengar juga nafas Nadia semakin cepat, dengan perlahan-lahan kupeluk badan Nadia dan segera kubalik badannya sehingga sekarang Nadia sudah berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku di pantatnya, sedangkan wajah Nadia ditempelkan di wajahku.

Dengan sedikit makan tenaga, kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua tanganku menekan pantat Nadia ke bawah dan bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam di vagina Nadia, sehingga setiap kali kudengar suaranya sedikit keras,

“aahh…, oooh”. Dan mungkin karena keenakan, sekarang gerakan Nadia malah lebih berani dengan menggerakkan pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku serasa masuk semuanya di vagina Nadia, kudengar dia bersuara keenakan, “Aahh…, aah disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian juga aku sambil berusaha menahan agar maniku tidak segera keluar.

Gerakan Nadia semakin cepat saja dan kurasakan wajahnya semakin ditekankan ke wajahku sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat itu di dekat telingaku dan, “Aduuuh…, aahh…, aahh…, ooomm.., Nadia…, mauuu.., keluaar…, aah”. “Tungguuu…, Waarrr.., kitaa…, samaa…, samaa., ooom.., Jugaa.., mauuu…, keluarr”. “aahh…, aahh…, ooomm”, teriak Nadia sambil mengerakkan pantatnya menggila dan akupun karena sudah tidak tahan menahan maniku dari tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan,

“Crreeettt…, ccrreeett…, ccccrrreeett…, dan “aahh…, siiihh…, ooom keluaar”, sambil kutekan pantat Nadia kuat-kuat. Setelah beristirahat sebentar, kuajak Nadia ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan Nadia kembali menjatuhkan badannya di tempat tidur, mungkin masih merasakan kelelahan.

Tak terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12 siang dan segera saja kupesan makan siang. End

Newer Post Older Post Home

0 comments:

Post a Comment